Berburu

Pov Sukarmin

Semakin lama obrolan pun semakin ngelantur, sampai akhirnya tiba dalam pembicaraan masalah kehidupan sehari-hari, yang selalu memiliki kisah untuk dibahas.

"Ngomong-ngomong masalah kehidupan, hari ini akang lagi sedih, Soalnya ada masalah yang sedang menimpa." ujar Kang Jaya mulai membuka pembicaraan yang lebih serius.

"Masalah apa kang?" Tanyaku yang berjalan di belakangnya.

"Begini sukarmin, seperti yang kamu ketahui Akang meskipun sudah tua, namun akang memiliki anak yang masih kecil, kemarin gurunya menagih uang untuk biaya samenan  punya tabungan sedikit malah terpakai untuk kebutuhan sehari-hari. Siapa tahu saja kamu bisa menolong meminjamkan uang, tidak banyak Paling Rp200.000?" ujar Jaya menjelaskan kesusahannya.

"Bukannya tidak mau menolong Kang kehidupanku tidak jauh berbeda dengan kehidupan Akang, yang berada dalam kesusahan. tidak punya uang sepeserpun, bahkan tadi malam Aku juga merasa bersedih ketika dimintai uang oleh si Dudung untuk ongkos menonton pasar malam. Aku hanya bisa memberi uang Rp10.000 padahal uang sebesar itu tidak mampu untuk membeli apa-apa."

"Terus bagaimana tanggapannya ketika dikasih uang Rp10.000?"

"Agak sedikit ngambek, cuman aku yakin dia sadar dengan keadaan orang tuanya yang kesusahan."

"Akang percaya Si Dudung meski anaknya agak nakal, tapi dia sangat baik selalu membantu pekerjaan orang tua, tidak seperti anak-anak yang lain yang dihabiskan untuk bermain."

"Makanya aku bersedih kang, dan mohon maaf tidak bisa membantu." jawabku dengan menghela nafas dalam.

"Tidak apa-apa, kalau tidak punya namanya juga berusaha tidak mengharuskan untuk berhasil."

"Kehidupan sekarang sedang sulit pekerjaan di sawah sudah tidak tersedia, karena sawahnya sudah selesai diberikan pupuk. begitu juga di kebun yang sudah ditanami semua, sehingga menyulitkan kita orang miskin untuk mencari kehidupan."

"Tidak salah, kehidupan seorang petani hanya mengandalkan pertanian. tapi apakah kamu memiliki solusi, Siapa kira-kira orang baik yang mau meminjamkan uang?" ujar Jaya yang terus-menerus membicarakan uang, Mungkin dia benar-benar sedang membutuhkan.

"Sebenarnya di kampung kita banyak orang yang mau meminjamkan uang, namun masalahnya siapa orang yang memiliki uang dalam keadaan seperti sekarang? panen belum tiba, sedangkan tabungan sudah dihabiskan untuk modal pertanian walaupun mau menolong, tapi kalau tidak ada uangnya, apa yang akan diberikan? kecuali minjam kepada......," ujarku menghentikan pembicaraan.

"Maksud kamu minjam kepada juragan Badru Tamam?" Timpal Jaya melanjutkan.

"Nah ke orang itu, pasti dia banyak uangnya. mobilnya aja punya dua."

"Agak risih kalau meminjam uang dengan orang seperti Badru Taman, takut ditagih, takut dihina, takut sakit hati, ditambah dengan bunganya yang sangat besar, bukannya menolong malah membunuh orang-orang miskin seperti kita."

"Kalau minjamnya sedikit mungkin tidak apa-apa, dan bunganya juga pasti kecil."

"Besar kecil tidak jadi ukuran. karena sudah jadi masalah itu sama saja tidak enak Karena jarang orang Tertusuk Duri kerbau, keseringan orang itu tertusuk oleh duri ikan asin peda."

"Iya benar, mendingan kita menjauh dari orang-orang pelit meski kekayaannya sangat banyak. namun kalau tidak bisa menolong kita untuk apa? padahal adanya orang kaya itu untuk membantu orang-orang miskin." Tnggapku yang menyayangkan Badru Tamam yang tidak bisa memanfaatkan kekayaannya dengan berbuat baik.

"Bukannya kamu pernah bersahabat?"

"Bersahabat dengan siapa?" Tanyaku sambil mengerutkan dahi.

"Dengan juragan Badru."

"Oh itu, Aku tidak bersahabat dengannya. namun aku menjadi pembantunya. Dulu ketika bapak masih hidup pernah menjadi pembantu juragan Andra, Bapaknya juragan Badru. aku sering bermain ke rumahnya untuk membantu pekerjaan bapak dengan mengasuh anak-anak juragan Andra yang lainnya, sehingga aku sering bertemu dengan juragan Badru. dia sering menyuruh layaknya seorang atasan dengan bawahan, sehingga kami pun terlihat akrab, mungkin waktu itu kami masih sama-sama anak kecil."

"Terusnya bagaimana?"

"Iya akhirnya kita terlihat seperti seorang sahabat, namun semakin ke sini. Apalagi setelah dia menikah dengan juragan Ranti kehidupannya berubah drastis. dia semakin meninggi dan semakin sombong dengan kekayaan yang dimilikinya, Sampai akhirnya dia pun lupa bahwa dia pernah hidup bersama denganku. Padahal sebelum dia menikah dengan juragan Ranti, akulah yang menjadi orang suruhannya untuk menyampaikan surat, bahkan menemani dia apel." jawabku membuka kembali lembaran cerita hidup yang sudah lama tertunda, yang sudah tertutup oleh cerita-cerita yang baru yang dipenuhi kesedihan.

"Apa kamu sekarang pernah meminta tolong terhadapnya?"

"Sudah Kang, namun jawabannya sangat menyakitkan. Aku dulu pernah meminjam padi ketika musim kemarau panjang."

"Kemarau yang terjadi 2 tahun yang lalu bukan?"

"Iya mungkin semuanya merasakan kesusahan mendapatkan makanan pokok itu."

"Terus bagaimana, Kok kamu bisa sakit hati?" tanya Jaya seperti ingin mengetahui seluk beluk tentang orang terkaya di kampungku.

"Iya aku mendapatkan rasa sakit. memang padi diberikan pinjaman, namun cara menagihnya sangat membuat Kepala terasa pening, dia menagih hampir setiap pagi dengan kata-kata yang tidak mengenakan hati. Kalau waktu bisa diulang mungkin aku tidak akan meminjam padi terhadapnya."

"Berarti selain Pelit dia juga sangat menjengkelkan?"

"Begitulah, Tapi kenapa kita malah mengobrolkan orang lain. sudah ah jangan keterusan nanti telinganya panas." ujarku menghentikan pembicaraan.

Berjalan sambil ditemani dengan obrolan-obrolan ringan membuat perjalanan itu tidak terasa, sampai akhirnya kita pun tiba di tepian hutan membuat Jaya berhenti sambil memindai keadaan sekitar, begitu juga denganku yang berdiri menatap ke arah lembah yang sangat rimbun oleh pepohonan Pakis, yang sangat disenangi oleh babi hutan untuk membuat sarang.

Kedua anjing yang sejak dari tadi selalu setia menemani terlihat mundar-mandir, hidungnya mengangkat ke atas, seperti mencium sesuatu mulai menunjukkan kepiawaiannya dalam mengendus buruan.

"Nah di lembah itu kemarin aku meninggalkan Kijang buruan. sekarang kita datangi aja, pasti Kijang itu masih ada di sana." ujar Jaya sambil mulai kembali melangkahkan kaki.

"Bagaimana kalau Kijangnya sudah tidak ada?"

"kita cari Kijang yang lain, karena di hutan kita masih banyak hewan-hewan yang biasa diburu, bahkan hewan buas pun masih ada."

"Semoga saja kita bisa mendapatkan Kijang, lumayan dagingnya bisa kita jual untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari."

"Iya semoga aja begitu."

Aku dan Jaya melanjutkan perjalanan Kembali menuju ke arah lembah yang tidak terlalu jauh dari tempat kami beristirahat, jalan yang dilalui mulai terasa sangat terjal terhalang oleh pepohonan kecil yang sangat rimbun, daun-daun dan Liana yang tumbuh subur di pohon-pohon yang menjulang tinggi.

Burung terdengar berkicau dengan riang gembira, dari arah jauh terdengar suara burung perkutut di sauti dengan suara lutung dan monyet yang sedang bertengkar. sesekali terdengar suara bergemuruh ketika monyet itu pindah dari pohon satu ke pohon yang lain.

Sambil berjalan mataku terus bergerak-gerak, siapa tahu saja ada jamur atau kayu kering yang bisa dibawa ke rumah. Namun keadaan yang sangat rimbun sangat sulit untuk menemukan tumbuhan yang lainnya, hanya ada rumput dan pohon-pohon yang besar.

Gooooooogg! gog! gog.....!

Ketika sampai ke tempat yang agak datar, tiba-tiba anjing pun menggonggong kemudian berlari menjauh mungkin mencium hewan yang akan dijadikan buruan

"Anjing kita mengejar apa sukarmin?"

"Paling juga mengejar babi hutan Kang, Ayo kejar!"

"Buat apa mengejar babi hutan harganya sangat murah dan sangat susah ditangkap, mendingan kita panggil saja anjing kita supaya kembali lagi."

"Emangnya memanggil anjing seperti memanggil manusia, yang bisa kembali hanya dengan disebut namanya. Ayo kita ikuti!"

Ujarku sambil loncat kemudian berlari mengikuti suara anjing yang terus menggonggong, Aku berlari dengan sangat mudah karena sudah terbiasa berlari di tengah hutan belantara.

Episodes
1 Ada Pasar Malam
2 Menuju Tempat Hiburan
3 Pasar Malam
4 Dicegat Setan Pocong
5 Melawan
6 Melawan
7 Ditolong Warga Kampung
8 Mengganggu Ketenangan Warga
9 Setan Atau Siluman
10 Kehidupan Sukarmin
11 Berburu
12 Terkecoh
13 Buruan Menghilang
14 Dimiliki Macan Tutul
15 Merebut Kembali
16 Anjing Jadi Korban
17 Semakin Sengit
18 Dua Hewan Buruan
19 Tidak Enak Perasaan
20 Ada Tamu Tak Diundang
21 Mahluk Hitam
22 Sukarmin Menghilang
23 Pencarian Sukarmin
24 Sangat Mengkhawatirkan
25 Tertolong
26 Setan Pocong Berkeliaran
27 Dudung ingin Menakap Setan Pocong
28 Rasa Penasaran Sukarmin
29 Menggantikan Tugas Bapak
30 Mahluk Putih
31 Memantau
32 Salah Panik
33 Uang Hilang
34 Diluar Batas Kemampuan Ronda
35 Kesaksian Dudung
36 Rencana Dudung
37 Kehidupan Rara
38 Tamu Tak Tau Malu
39 Diusir
40 Ngeronda Setan Pocong
41 Tugas Dan Janji
42 Berburu Setan Pocong
43 Dudung Menangkap Pocong
44 Lepas Lagi
45 Sakit Juragan Badru
46 Dudung Di ancam
47 Syarat Berat
48 Pekerjaan Ayah Rara
49 Beban Dudung
50 Sampai Sakit
51 Dudu Jujur
52 Musyawarah
53 Keputusan
54 Jaya Bertamu
55 Dudung Melamar
56 Ditolak dan dicampakkan
57 Wak Jaya
58 Rencana Dibuat
59 Menunggu Uang Hilang
60 Biarkan Rencanya Berjalan
61 Akhirnya Kena Juga
62 Mengembalikan Sisa Uang
63 Terkuak
64 Juragan Pocong
65 Aki Gayatri
66 Penjelasan mahluk Yang Menyerang Sukarmin
67 Penangkal Makhluk Halus
68 Ilmu Yang Sangat Bermanfaat
69 Ilmu Dasar
70 Ujian Pertama
71 Negara Gilang Brata
72 Jadi Tamu Kehormatan
73 Janji Raja Suganda
74 Keinginan Yang Besar
75 Kerajaan Leweung Poek
76 Sambutan Kurang Baik
77 Meladeni Tantangan
78 Pertarungan Sengit
79 Permintaan Maaf Dudung
80 Penangkapan Kelok Hideung
81 Tugas selesai
82 Badru Tamam
83 Rencana Badru Tamam
84 Kesediaan Rara
85 Jaya Dipanggil
86 Tumbal
87 Mencari Penangkal
88 Berserah Diri
89 Baju Aneh
90 Penasaran
91 Siluman Pocong
92 Yani Sangat Ketakutan
93 Rara Terkejut
94 Sangat Mengkhawatirkan
95 Siluman Pocong Datang
96 Kabur berhamburan
97 Rara menemani Yani
98 Tak tega
99 Mencari Rara
100 Meresahkan
101 Keresahaan Jaya
102 Kehadiran Setan pocong
103 Badru Tamam
104 Raja Siluman Pocong
105 permintaan
106 Kawan Lama
107 Haji Sobari
108 Lamaran
109 Kaget
110 salah Yani
111 Baju Jimat Tidak Ada
112 Mendumel
113 Mebutuhkan Yani
114 Jawaban Yani
115 Badru Tamam Melajutkan Ritual
116 Sukarmin Penasaran
117 Makhluk Aneh
118 Rumah Jaya Dikelilingi
119 Badru tiba-tiba minta Tolong
120 Kesanggupan Jaya
121 Menjalankan Tugas
122 kekhawatiran orang tua
123 Keadaan Rara
124 dicegat setan pocong
125 Merasa Aman
126 Anak Tiba-tiba Rewel
127 Ternyata
128 Pengganggu
129 Rara Diusir
130 Pencarian Jaya
131 Sangat Sulit
132 Kehilangan Jejak
133 Ketakutan Saidah
134 Badru Tamam Kaget
135 Dudung Pulang
136 Kegelisahan Sukarmin
137 Hutang Pati
138 Kewalahan
139 Datang Tepat Waktu
140 Kumpul Keluarga
141 Pocong Cantik
142 Rara Belum Ditemukan
143 Meminta Bantuan Aki Kuncen
144 Memeras Juragan Pocong
145 Dudung harus ikut
146 Mengemparkan
147 Ada Jejak
148 Yahya
149 Tolonglah
150 Yaa Mayit
151 Ada Panggilan
152 Penampakan
153 Dikejar Setan Pocong
154 Terus menerus
155 Warga Panik
156 Semua Salah Dadun
157 ronda
158 Tamu
159 Ketakutan Dudung
160 bertemu dengan Dadun
161 Rara di Jemput
162 pertarungan Sengit
163 Keadaan Yahya
164 Menjenguk Yahya
165 Mengkhawatirkan
166 Selesai
Episodes

Updated 166 Episodes

1
Ada Pasar Malam
2
Menuju Tempat Hiburan
3
Pasar Malam
4
Dicegat Setan Pocong
5
Melawan
6
Melawan
7
Ditolong Warga Kampung
8
Mengganggu Ketenangan Warga
9
Setan Atau Siluman
10
Kehidupan Sukarmin
11
Berburu
12
Terkecoh
13
Buruan Menghilang
14
Dimiliki Macan Tutul
15
Merebut Kembali
16
Anjing Jadi Korban
17
Semakin Sengit
18
Dua Hewan Buruan
19
Tidak Enak Perasaan
20
Ada Tamu Tak Diundang
21
Mahluk Hitam
22
Sukarmin Menghilang
23
Pencarian Sukarmin
24
Sangat Mengkhawatirkan
25
Tertolong
26
Setan Pocong Berkeliaran
27
Dudung ingin Menakap Setan Pocong
28
Rasa Penasaran Sukarmin
29
Menggantikan Tugas Bapak
30
Mahluk Putih
31
Memantau
32
Salah Panik
33
Uang Hilang
34
Diluar Batas Kemampuan Ronda
35
Kesaksian Dudung
36
Rencana Dudung
37
Kehidupan Rara
38
Tamu Tak Tau Malu
39
Diusir
40
Ngeronda Setan Pocong
41
Tugas Dan Janji
42
Berburu Setan Pocong
43
Dudung Menangkap Pocong
44
Lepas Lagi
45
Sakit Juragan Badru
46
Dudung Di ancam
47
Syarat Berat
48
Pekerjaan Ayah Rara
49
Beban Dudung
50
Sampai Sakit
51
Dudu Jujur
52
Musyawarah
53
Keputusan
54
Jaya Bertamu
55
Dudung Melamar
56
Ditolak dan dicampakkan
57
Wak Jaya
58
Rencana Dibuat
59
Menunggu Uang Hilang
60
Biarkan Rencanya Berjalan
61
Akhirnya Kena Juga
62
Mengembalikan Sisa Uang
63
Terkuak
64
Juragan Pocong
65
Aki Gayatri
66
Penjelasan mahluk Yang Menyerang Sukarmin
67
Penangkal Makhluk Halus
68
Ilmu Yang Sangat Bermanfaat
69
Ilmu Dasar
70
Ujian Pertama
71
Negara Gilang Brata
72
Jadi Tamu Kehormatan
73
Janji Raja Suganda
74
Keinginan Yang Besar
75
Kerajaan Leweung Poek
76
Sambutan Kurang Baik
77
Meladeni Tantangan
78
Pertarungan Sengit
79
Permintaan Maaf Dudung
80
Penangkapan Kelok Hideung
81
Tugas selesai
82
Badru Tamam
83
Rencana Badru Tamam
84
Kesediaan Rara
85
Jaya Dipanggil
86
Tumbal
87
Mencari Penangkal
88
Berserah Diri
89
Baju Aneh
90
Penasaran
91
Siluman Pocong
92
Yani Sangat Ketakutan
93
Rara Terkejut
94
Sangat Mengkhawatirkan
95
Siluman Pocong Datang
96
Kabur berhamburan
97
Rara menemani Yani
98
Tak tega
99
Mencari Rara
100
Meresahkan
101
Keresahaan Jaya
102
Kehadiran Setan pocong
103
Badru Tamam
104
Raja Siluman Pocong
105
permintaan
106
Kawan Lama
107
Haji Sobari
108
Lamaran
109
Kaget
110
salah Yani
111
Baju Jimat Tidak Ada
112
Mendumel
113
Mebutuhkan Yani
114
Jawaban Yani
115
Badru Tamam Melajutkan Ritual
116
Sukarmin Penasaran
117
Makhluk Aneh
118
Rumah Jaya Dikelilingi
119
Badru tiba-tiba minta Tolong
120
Kesanggupan Jaya
121
Menjalankan Tugas
122
kekhawatiran orang tua
123
Keadaan Rara
124
dicegat setan pocong
125
Merasa Aman
126
Anak Tiba-tiba Rewel
127
Ternyata
128
Pengganggu
129
Rara Diusir
130
Pencarian Jaya
131
Sangat Sulit
132
Kehilangan Jejak
133
Ketakutan Saidah
134
Badru Tamam Kaget
135
Dudung Pulang
136
Kegelisahan Sukarmin
137
Hutang Pati
138
Kewalahan
139
Datang Tepat Waktu
140
Kumpul Keluarga
141
Pocong Cantik
142
Rara Belum Ditemukan
143
Meminta Bantuan Aki Kuncen
144
Memeras Juragan Pocong
145
Dudung harus ikut
146
Mengemparkan
147
Ada Jejak
148
Yahya
149
Tolonglah
150
Yaa Mayit
151
Ada Panggilan
152
Penampakan
153
Dikejar Setan Pocong
154
Terus menerus
155
Warga Panik
156
Semua Salah Dadun
157
ronda
158
Tamu
159
Ketakutan Dudung
160
bertemu dengan Dadun
161
Rara di Jemput
162
pertarungan Sengit
163
Keadaan Yahya
164
Menjenguk Yahya
165
Mengkhawatirkan
166
Selesai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!