Melawan

Pov Dudung

Mendengar suara yang sangat menakutkan, kami semua terlihat terkejut. saling memindai, saling menatap, dipenuhi ketakutan. jantung mulai terasa berdegup dengan kencang, keringat dingin mulai keluar membasahi tubuh.

"Enong ini bagaimana, kenapa sudah ada hantu lagi?" ujar Nani kepada temannya.

"Aku juga tidak tahu, kenapa kejadiannya seperti ini?"

Suasana pun semakin terasa mencekam, ketika terlihat ada bayangan putih yang berjalan. bentuknya seperti mayat yang hendak dikuburkan, kepalanya terlihat berkunchng membuat semua orang menjadi panik, saling berteriak, saling memeluk satu sama lain.

Hantu......! han.....tu......! Han.......!

Brug.....! Brug.....! Brug.....!

Teriak seseorang, disusul dengan suara tubuh yang terjatuh menimpa tanah. aku yang sedang berdiri terdorong ke arah belakang oleh tubuh Enong. Amin terlihat meringis karena kakinya ada yang menginjak, namun dia masih tetap bisa bergerak mundur ke arah belakang, sampai mentok ke arah tebing tanah.

"Hantu.... hantu......, Aduh......! ada hantu Dudung.....! a......da

.... hantu..! Dudung.....! Dudung.....!" teriak Amin sambil menunjuk ke arah bayangan putih yang berada di depan.

"Benar dugaanku. Ternyata semua keanehan ini disebabkan oleh setan pocong." jawabku yang terasa getir ketika harus berhadapan dengan makhluk yang menampakan wujudnya.

Aku dan teman-temanku untuk sementara waktu terdiam tidak bisa bergerak, inginnya berlari menuju rumah masing-masing. namun, Entah mengapa tiba-tiba kaki kami terasa lemas seperti tidak memiliki kekuatan. Terkesima dengan makhluk putih yang menakutkan.

Kami hanya bisa saling memegang, saling memeluk, saling berkumpul di tengah jalan. Tubuhku terasa bergetar kalau siang mungkin wajahku akan terlihat pucat pasi, bahkan terdengar suara kentut yang keluar dari arah Amin akibat tidak kuat menahan rasa takut.

Setan pocong yang tadi berdiri di tengah jalan, mulai mendekat ke arah kerumunan, membuat kami semua semakin menguatkan pegangan. bahkan sebagian besar ada yang menutup mata, tidak mau melihat kengerian itu. Namun aku yang masih dilanda penasaran, aku tetap memperhatikan meski dengan hati yang tak karuan.

Wajah pocong yang rusak terlihat memindai kami, namun beruntung itu tidak lama. pocong itu segera menjauh membuatku menarik nafas lega. Namun sayang itu hanyalah keinginan belaka, karena dengan kurang ajarnya pocong tiba-tiba membaringkan tubuh menghalangi jalan yang akan dilewati.

"Setan.....! se.......tan...... po......po.....cong.....!" ujarku dengan suara yang terputus-putus, tanganku menunjuk ke arah bayangan putih yang terbaring di tengah jalan.

Kakiku sudah tidak mampu menopang lagi beban tubuh sampai akhirnya aku pun terjatuh memeluk teman-teman yang lain, yang sedang memalingkan wajah tidak mau melihat hal yang menyeramkan.

"Dung....! Ayo pulang dung..... pulang.....!" ujar Amin yang terlihat nungging tidak berani menunjukkan wajahnya.

"Pulang bagaimana Amin? tuh lihat jalannya juga dihalangi oleh pocong!"

"Aduh.... aduh......! bagaimana kalau begitu Kudung.....! Ayo berpikir!"

"Nggak tahu....., aku juga takut......! mendingan kita mundur lagi, jangan diam di sini, kita cari jalan yang lain." Jawabku sambil memaksakan diri untuk berdiri, kemudian berlari meninggalkan teman-temanku.

Mendengar suara Deru langkah kaki yang berlari, Amin pun bangkit diikuti oleh Ajo dan Bidin melakukan hal yang sama berlari mengikutiku di belakang menjauh dari kampung cisuren. soalnya ketika kami mau masuk terhalang oleh pocong yang berbaring di tengah jalan.

Dari arah jauh terdengar suara anjing yang menggonggong, hembusan angin kecil menyebarkan bau kemenyan dan bunga kamboja. suasana semakin terasa mencekam, semakin terasa menakutkan. Aku yang berlari duluan sudah jauh dari tempat di mana ada pocong berada, dengan segera aku pun menjatuhkan tubuh ke atas rumput yang tipis, diikuti oleh teman-temanku yang terdengar nafasnya ngos-ngosan.

"Haduh, halah, haduh....! benar ternyata, benar setan pocong itu memang ada. aku takut, aku sangat takut. apalagi ketika melihat wajahnya yang menyeramkan, kain kafan yang terlihat putih seperti baru dikenakan." Ujar sambil memijat memijat betis yang terasa pegal.

"Iya benar, apa yang kamu sampaikan bahwa setan pocong itu memang benar adanya. tapi bagaimana sekarang teman-teman kita masih ada yang tertinggal. Enong, Nani, Icha, semua teman-teman kita yang perempuan mereka Tertinggal di sana. bagaimana kita menolongnya?" Jawab Ajo yang diakhiri dengan pertanyaan, dari raut wajahnya terlihat ada rasa kasihan dengan teman-temannya.

"Haduh, kok bisa seperti itu? terus apa yang harus kita lakukan sekarang. kalau kembali lagi aku takut kepalaku dilahap oleh setan pocong." jawabku dengan brigidik ngeri.

Suasana pun terasa sunyi mengantar pikiran masing-masing, tergambar jelas di benak kami bagaimana ketakutan orang yang sedang didekati oleh setan pocong. aku dan teman-temanku yang melarikan diri memasang telinga mendengarkan Siapa tahu saja ada suara yang berteriak meminta tolong, namun suasana masih terasa sunyi.

"Dung Apa yang harus kita lakukan sekarang? kasihan teman-teman kita yang perempuan. kalau kita tidak menolong kita akan diminta pertanggungjawaban, orang tuanya akan menyalahkan kita sebagai laki-laki." ujar Amin yang mungkin tetap memikirkan keadaan Enong dan teman-temannya.

"Benar Min, Pasti orang tua mereka akan menyalahkan kita, karena kita yang mengajak mereka untuk pergi menonton. Terus apa yang harus kita lakukan sekarang?" Timpal Ajo yang terlihat sama memiliki kekhawatiran yang begitu kuat, namun tidak memiliki solusi yang baik sehingga dia pun malah balik bertanya.

"Kalau begitu Ayolah kita kembali lagi ke tempat yang tadi, Kita Lawan pocong itu bersama-sama. Jangan takut dengan makhluk yang tidak memiliki tangan itu, kalau perlu kita tangkap sekalian buat hiburan." Jawab Amin yang terlihat seperti pemberani, padahal ketika bertemu dialah yang paling ketakutan.

"Ya benar, kita harus melawan. Sebagai laki-laki tidak boleh takut dengan hal yang seperti itu, jangan sampai lupa dengan jati diri. kalau teman-teman kita celaka pasti kita yang akan disalahkan, Ayo kita kembali lagi!" jawabku sambil bangkit berdiri tegak, keberanian mulai timbul akibat dari rasa kasihan yang begitu mendalam.

"Amin, Ajo, Bidin dan yang lainnya bangkit dari tempat duduk masing-masing, memiliki tekad yang kuat merasa kasihan dengan perempuan-perempuan yang kami tinggalkan.

"Ayo Dung kita berangkat, kamu duluan!" Pinta Amin yang terlihat mendorongku untuk berjalan paling depan.

"Halah! kalau masalah yang ginian aku yang harus paling duluan." dengusku namun tetap berjalan dengan kepala tegak, menirukan orang yang gagah dan pemberani. namun bulu Kuduk tetap berdiri jantung terasa berdegup kencang, kembali berbarengan dengan keringat dingin yang membasahi punggung.

Ketika aku sampai ke tempat kejadian, aku sangat terkejut ketika melihat Enong dan teman-temannya terlihat berserakan, terbaring di atas tanah sedangkan setan pocong masih terbaring menghalangi jalan. aku pun menghentikan langkah, mataku menatap ke arah bayangan putih yang sangat menyeramkan.

"Kurang ajar! benar apa yang disampaikan oleh Bapak, setan pocong yang satu ini sangat berani. Terus bagaimana kita mengusirnya?" ujarku berbisik.

"Lempar saja pakai batu, Siapa tahu saja pergi dari sini." Amin memberikan saran.

"Benar kita lemparin saja pakai batu," jawabku setuju.

Tanpa membuang waktu, aku dan teman-temanku yang lain, mulai menjongkokkan tubuh mencari batu untuk dilemparkan. setelah aku menemukan dengan segera aku pun melemparkan batu itu ke arah pocong.

Bruk!

Lemparan ku tepat mengenai sasaran, bahkan mengenai kepalanya.

"Mampus kau setan.....!" Teriaku sedikit kegirangan.

Namun kebahagiaan itu sirna seketika, saat melihat pocong itu terlihat bergerak kemudian bangkit dari tempat berbaringnya. yang aneh bangkitnya itu tidak seperti orang yang bangun dari tidur, tubuh pocong itu terlihat kaku seperti tongkat yang dibangunkan. tidak bisa dimengerti oleh akal sehat membuat aku semakin yakin bahwa yang berada di depan itu adalah setan asli bukan setan jadi-jadian.

Pocong itu terlihat sangat santai, dia berdiri tegak dengan wajah yang samar-samar kain Kapan putih terlihat bercahaya di atas sinar rembulan, kakinya tidak menginjak tanah. dengan perlahan dia pun melaju mendekat ke arahku yang hanya bisa membuka mulut tanpa mengeluarkan suara.

Episodes
1 Ada Pasar Malam
2 Menuju Tempat Hiburan
3 Pasar Malam
4 Dicegat Setan Pocong
5 Melawan
6 Melawan
7 Ditolong Warga Kampung
8 Mengganggu Ketenangan Warga
9 Setan Atau Siluman
10 Kehidupan Sukarmin
11 Berburu
12 Terkecoh
13 Buruan Menghilang
14 Dimiliki Macan Tutul
15 Merebut Kembali
16 Anjing Jadi Korban
17 Semakin Sengit
18 Dua Hewan Buruan
19 Tidak Enak Perasaan
20 Ada Tamu Tak Diundang
21 Mahluk Hitam
22 Sukarmin Menghilang
23 Pencarian Sukarmin
24 Sangat Mengkhawatirkan
25 Tertolong
26 Setan Pocong Berkeliaran
27 Dudung ingin Menakap Setan Pocong
28 Rasa Penasaran Sukarmin
29 Menggantikan Tugas Bapak
30 Mahluk Putih
31 Memantau
32 Salah Panik
33 Uang Hilang
34 Diluar Batas Kemampuan Ronda
35 Kesaksian Dudung
36 Rencana Dudung
37 Kehidupan Rara
38 Tamu Tak Tau Malu
39 Diusir
40 Ngeronda Setan Pocong
41 Tugas Dan Janji
42 Berburu Setan Pocong
43 Dudung Menangkap Pocong
44 Lepas Lagi
45 Sakit Juragan Badru
46 Dudung Di ancam
47 Syarat Berat
48 Pekerjaan Ayah Rara
49 Beban Dudung
50 Sampai Sakit
51 Dudu Jujur
52 Musyawarah
53 Keputusan
54 Jaya Bertamu
55 Dudung Melamar
56 Ditolak dan dicampakkan
57 Wak Jaya
58 Rencana Dibuat
59 Menunggu Uang Hilang
60 Biarkan Rencanya Berjalan
61 Akhirnya Kena Juga
62 Mengembalikan Sisa Uang
63 Terkuak
64 Juragan Pocong
65 Aki Gayatri
66 Penjelasan mahluk Yang Menyerang Sukarmin
67 Penangkal Makhluk Halus
68 Ilmu Yang Sangat Bermanfaat
69 Ilmu Dasar
70 Ujian Pertama
71 Negara Gilang Brata
72 Jadi Tamu Kehormatan
73 Janji Raja Suganda
74 Keinginan Yang Besar
75 Kerajaan Leweung Poek
76 Sambutan Kurang Baik
77 Meladeni Tantangan
78 Pertarungan Sengit
79 Permintaan Maaf Dudung
80 Penangkapan Kelok Hideung
81 Tugas selesai
82 Badru Tamam
83 Rencana Badru Tamam
84 Kesediaan Rara
85 Jaya Dipanggil
86 Tumbal
87 Mencari Penangkal
88 Berserah Diri
89 Baju Aneh
90 Penasaran
91 Siluman Pocong
92 Yani Sangat Ketakutan
93 Rara Terkejut
94 Sangat Mengkhawatirkan
95 Siluman Pocong Datang
96 Kabur berhamburan
97 Rara menemani Yani
98 Tak tega
99 Mencari Rara
100 Meresahkan
101 Keresahaan Jaya
102 Kehadiran Setan pocong
103 Badru Tamam
104 Raja Siluman Pocong
105 permintaan
106 Kawan Lama
107 Haji Sobari
108 Lamaran
109 Kaget
110 salah Yani
111 Baju Jimat Tidak Ada
112 Mendumel
113 Mebutuhkan Yani
114 Jawaban Yani
115 Badru Tamam Melajutkan Ritual
116 Sukarmin Penasaran
117 Makhluk Aneh
118 Rumah Jaya Dikelilingi
119 Badru tiba-tiba minta Tolong
120 Kesanggupan Jaya
121 Menjalankan Tugas
122 kekhawatiran orang tua
123 Keadaan Rara
124 dicegat setan pocong
125 Merasa Aman
126 Anak Tiba-tiba Rewel
127 Ternyata
128 Pengganggu
129 Rara Diusir
130 Pencarian Jaya
131 Sangat Sulit
132 Kehilangan Jejak
133 Ketakutan Saidah
134 Badru Tamam Kaget
135 Dudung Pulang
136 Kegelisahan Sukarmin
137 Hutang Pati
138 Kewalahan
139 Datang Tepat Waktu
140 Kumpul Keluarga
141 Pocong Cantik
142 Rara Belum Ditemukan
143 Meminta Bantuan Aki Kuncen
144 Memeras Juragan Pocong
145 Dudung harus ikut
146 Mengemparkan
147 Ada Jejak
148 Yahya
149 Tolonglah
150 Yaa Mayit
151 Ada Panggilan
152 Penampakan
153 Dikejar Setan Pocong
154 Terus menerus
155 Warga Panik
156 Semua Salah Dadun
157 ronda
158 Tamu
159 Ketakutan Dudung
160 bertemu dengan Dadun
161 Rara di Jemput
162 pertarungan Sengit
163 Keadaan Yahya
164 Menjenguk Yahya
165 Mengkhawatirkan
166 Selesai
Episodes

Updated 166 Episodes

1
Ada Pasar Malam
2
Menuju Tempat Hiburan
3
Pasar Malam
4
Dicegat Setan Pocong
5
Melawan
6
Melawan
7
Ditolong Warga Kampung
8
Mengganggu Ketenangan Warga
9
Setan Atau Siluman
10
Kehidupan Sukarmin
11
Berburu
12
Terkecoh
13
Buruan Menghilang
14
Dimiliki Macan Tutul
15
Merebut Kembali
16
Anjing Jadi Korban
17
Semakin Sengit
18
Dua Hewan Buruan
19
Tidak Enak Perasaan
20
Ada Tamu Tak Diundang
21
Mahluk Hitam
22
Sukarmin Menghilang
23
Pencarian Sukarmin
24
Sangat Mengkhawatirkan
25
Tertolong
26
Setan Pocong Berkeliaran
27
Dudung ingin Menakap Setan Pocong
28
Rasa Penasaran Sukarmin
29
Menggantikan Tugas Bapak
30
Mahluk Putih
31
Memantau
32
Salah Panik
33
Uang Hilang
34
Diluar Batas Kemampuan Ronda
35
Kesaksian Dudung
36
Rencana Dudung
37
Kehidupan Rara
38
Tamu Tak Tau Malu
39
Diusir
40
Ngeronda Setan Pocong
41
Tugas Dan Janji
42
Berburu Setan Pocong
43
Dudung Menangkap Pocong
44
Lepas Lagi
45
Sakit Juragan Badru
46
Dudung Di ancam
47
Syarat Berat
48
Pekerjaan Ayah Rara
49
Beban Dudung
50
Sampai Sakit
51
Dudu Jujur
52
Musyawarah
53
Keputusan
54
Jaya Bertamu
55
Dudung Melamar
56
Ditolak dan dicampakkan
57
Wak Jaya
58
Rencana Dibuat
59
Menunggu Uang Hilang
60
Biarkan Rencanya Berjalan
61
Akhirnya Kena Juga
62
Mengembalikan Sisa Uang
63
Terkuak
64
Juragan Pocong
65
Aki Gayatri
66
Penjelasan mahluk Yang Menyerang Sukarmin
67
Penangkal Makhluk Halus
68
Ilmu Yang Sangat Bermanfaat
69
Ilmu Dasar
70
Ujian Pertama
71
Negara Gilang Brata
72
Jadi Tamu Kehormatan
73
Janji Raja Suganda
74
Keinginan Yang Besar
75
Kerajaan Leweung Poek
76
Sambutan Kurang Baik
77
Meladeni Tantangan
78
Pertarungan Sengit
79
Permintaan Maaf Dudung
80
Penangkapan Kelok Hideung
81
Tugas selesai
82
Badru Tamam
83
Rencana Badru Tamam
84
Kesediaan Rara
85
Jaya Dipanggil
86
Tumbal
87
Mencari Penangkal
88
Berserah Diri
89
Baju Aneh
90
Penasaran
91
Siluman Pocong
92
Yani Sangat Ketakutan
93
Rara Terkejut
94
Sangat Mengkhawatirkan
95
Siluman Pocong Datang
96
Kabur berhamburan
97
Rara menemani Yani
98
Tak tega
99
Mencari Rara
100
Meresahkan
101
Keresahaan Jaya
102
Kehadiran Setan pocong
103
Badru Tamam
104
Raja Siluman Pocong
105
permintaan
106
Kawan Lama
107
Haji Sobari
108
Lamaran
109
Kaget
110
salah Yani
111
Baju Jimat Tidak Ada
112
Mendumel
113
Mebutuhkan Yani
114
Jawaban Yani
115
Badru Tamam Melajutkan Ritual
116
Sukarmin Penasaran
117
Makhluk Aneh
118
Rumah Jaya Dikelilingi
119
Badru tiba-tiba minta Tolong
120
Kesanggupan Jaya
121
Menjalankan Tugas
122
kekhawatiran orang tua
123
Keadaan Rara
124
dicegat setan pocong
125
Merasa Aman
126
Anak Tiba-tiba Rewel
127
Ternyata
128
Pengganggu
129
Rara Diusir
130
Pencarian Jaya
131
Sangat Sulit
132
Kehilangan Jejak
133
Ketakutan Saidah
134
Badru Tamam Kaget
135
Dudung Pulang
136
Kegelisahan Sukarmin
137
Hutang Pati
138
Kewalahan
139
Datang Tepat Waktu
140
Kumpul Keluarga
141
Pocong Cantik
142
Rara Belum Ditemukan
143
Meminta Bantuan Aki Kuncen
144
Memeras Juragan Pocong
145
Dudung harus ikut
146
Mengemparkan
147
Ada Jejak
148
Yahya
149
Tolonglah
150
Yaa Mayit
151
Ada Panggilan
152
Penampakan
153
Dikejar Setan Pocong
154
Terus menerus
155
Warga Panik
156
Semua Salah Dadun
157
ronda
158
Tamu
159
Ketakutan Dudung
160
bertemu dengan Dadun
161
Rara di Jemput
162
pertarungan Sengit
163
Keadaan Yahya
164
Menjenguk Yahya
165
Mengkhawatirkan
166
Selesai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!