Pasar Malam

POV Dudung

"Lah siapa yang ngerugiin orang lain, aku tidak merasa merugikan orang lain." jawabku dengan entengnya.

"Terus siapa yang menakut-nakuti?"

"Tidak tahu, aku tidak menakut-nakuti kalian. yang ada kaliannya aja yang penakut, tidak memiliki keberanian. Malu dong Sebagai laki-laki yang penakut, laki-laki itu harus memiliki keberanian." jawabku sambil Tetap tenang berjalan.

"Dudung kalau iseng itu jangan kebangetan. Bagaimana kalau ada yang celaka karena terjatuh ketika menyelamatkan diri, apa kamu berani bertanggung?" Timpal Ajo penuh nasehat.

"Tanggung jawab untuk apa. Siapa yang menyuruh kalian berlari?" Jawabku sambil menghentikan langkah kemudian menatap ke arah teman-temanku yang berjalan di belakang.

Mendapat pertanyaan seperti itu tidak ada orang yang menjawab, karena memang benar tidak ada orang yang menyuruh mereka untuk berlari, mungkin mereka berlari karena dirinya sendiri yang menjadi penakut.

"Susah ngomong denganmu, Dung! sudah ayo lanjutkan lagi perjalanannya, Nanti keburu malam." ujar Amin yang mendorong tubuhku untuk melanjutkan perjalanan.

Dalam hati aku tersenyum menertawakan ketakutan temanku dengan bersiul dan bernyanyi seperti tidak memiliki dosa, sedangkan teman-temanku mereka terus berjalan di belakang. Namun, ketika kita sedang tenang tiba-tiba terdengar suara angin yang bergemuruh pohon-pohon bambu terlihat bergoyang-goyang ke sana kemari, menimbulkan suara kemeresek yang menakutkan, diikuti dengan bau rampe, bunga-bunga yang biasa digunakan untuk sesajen yang menyengat ke hidung, dilanjutkan dengan bau kemenyan yang terbakar.

Aku sangat terkejut melihat perubahan alam yang begitu mendadak, sehingga aku pun menghentikan langkah, kemudian menghadap ke arah teman-temanku yang terlihat mengalami kejadian yang sama.

"Ini bau apa ya?" Tanyaku sambil memindai satu persatu

"Kayaknya bau kemenyan." jawab Bidin menimpali.

"Siapa orang yang membakar menyan jam segini, dan Apa tujuannya membakar kemenyan di tengah kebun seperti sekarang?"

"Iya benar, kenapa ya?" jawab yang lain yang sama-sama tidak paham dengan kondisi yang sedang dihadapi.

Anak-anak perempuan terlihat kembali berkumpul saling memegang, bulu Kuduk mulai merinding, jantung mulai berdebar. Amin terlihat celingukan seperti sedang mencari sesuatu.

"Dung, ini Ada apa?" tanyanya dengan pelan mungkin kalau tidak dalam keadaan malam suaranya tidak akan terdengar.

"Jangan-jangan!"1

"Jangan-jangan apa Kudung? Jangan membuat suasana semakin takut." tanya Amin kembali yang terlihat semakin penasaran.

Aku tidak menjawab pertanyaan itu, mataku memindai keadaan sekitar seperti ada yang dicari. Keadaan semakin terasa mencekam dan menakutkan dari kejauhan terdengar suara burung gagak yang membuat suasana semakin terasa genting.

Semua orang tidak berani mengeluarkan suara, kami berkumpul di tengah jalan sambil memindai keadaan sekitar, takut ada makhluk yang datang. keadaan terasa dingin semangat untuk menonton seolah sirna seketika terkalahkan oleh ketakutan.

Dalam keheningan itu tiba-tiba tercium bau bangkai yang sangat menyengat, seolah menusuk ke hidung tembus ke ulu hati.

"Haduh sial...! Kenapa tiba-tiba bau bangkai seperti ini?" Umpatku dengan suara bindeng, karena hidungku ditutup tidak kuat menahan baunya.

Begitu juga dengan teman-temanku yang sama-sama menutup hidungnya, bahkan terdengar suara batuk tidak kuat menahan bau yang tidak sedap untuk dihirup, membuat Kepala terasa pening dan mengundang isi di dalam perut untuk keluar dari arah mulut. Beruntung bau yang menyiksa itu tidak terlalu lama, Sehingga kami bisa menarik nafas dalam, menikmati kebebasan Oksigen yang bisa dihirup, sambil tetap memindai keadaan sekitar. saling tatap, saling bertanya di dalam hati.

"Sangkaanku tidak salah." aku bergumam dengan lirih

"Apa yang benar itu Dung?"

"Pocong."

"Pocong." ulang Ajo yang terlihat terkejut disertai ketakutan sama dengan yang lainnya. apalagi dengan anak perempuan yang terlihat bergetar sambil saling memegang dengan teman-teman perempuan lainnya.

"Icha mendingan kita pulang lagi yuk!" ujar Enong memberikan saran.

"Pulang bagaimana? kalau yang lain tidak pulang. Emang kamu berani pulang berdua saja? kita ikuti yang banyak saja!"

"Dudung sudah aku ingatkan berulang kali, kalau berbicara itu jangan asal nguap. kamu bilang pocong, pocong dari mana? Jangan mengada-ngada! jangan menakut-nakuti orang yang penakut, nanti bisa bahaya!" ujar Amin yang terlihat menenangkan diri, Padahal aku tahu dia pun sangat ketakutan

"Kenapa kamu terus menyalahkanku Min? ini sudah ada buktinya, kalau pocong itu benar-benar ada. dengan tercium bau bangkai yang sangat menyengat. masa iya aku bisa membuat dan mendatangkan bau yang tidak enak itu?" jawabku menjelaskan dengan tenang.

"Maksudnya kamu tahu dari mana, Kalau ini semua ada hubungannya dengan pocong?"

"Emang kamu belum mendengar. bahwa minggu yang lalu di kampung Cikaret ada kejadian yang menggemparkan, ada setan pocong yang berkeliaran di tengah kampung."

"Itu berita bohong Dung, jangan mudah percaya dengan cerita yang belum ada buktinya."

"Ah Itu terserah kamu. mau percaya, mau tidak. yang jelas aku sudah menjelaskan. Ya sudah daripada kita terus berdebat, mendingan kita lanjutkan perjalanan." Putuskumeninggalkan teman-teman yang masih terdiam kebingungan.

Namun tidak lama mereka pun bergerak mengikutiku, bahkan Enong yang tadi terdengar ingin pulang, Dia terpaksa ikut karena takut pulang sendirian.

"Mungkin Barusan ada musang yang lewat." Ujar Amin memecah heningnya suasana malam, mungkin sedang mengusir rasa takut dirinya dan rasa takut kami semua.

"Kalau musang itu baunya bukan bau bangkai, melainkan bau pandan, dan tidak akan menyengat." timbal Ajo menyanggah

"Mungkin musang yang mati, Bukan musang yang hidup."

"Kamu sudah ketularan si Dudung kalau ngomong tidak dipikir terlebih dahulu. mana mungkin ada musang yang mati bisa berjalan dan bisa mengundang angin yang begitu bergemuruh?" Timpal temanku yang satunya lagi.

"Iya yah! terus itu bau apa ya?" jawab Amin yang terdengar kebingungan, pembicaraannya tidak bisa dimengerti oleh akal.

"Kamu masih nanya lagi, tadi sudah aku jelaskan. bahwa bau bangkai itu berasal dari setan pocong, Untung tadi tidak kelihatan, Coba kalau kelihatan bagaimana?" jawabku dengan bergidik ngeri tidak mampu membayangkan kengerian yang akan didapat, ketika makhluk yang sangat menakutkan itu menampakan wujudnya.

"Kudung sudah Kamu jangan berbicara lagi, karena apa yang keluar dari mulutmu Terdengar sangat menakutkan." bentak suara Eong yang sudah sangat ketakutan.

"Aku menjelaskan Bagaimana kalau ada. tapi kan kenyataannya tidak ada."

"Sudah ah jangan diperpanjang lagi! sekarang kita sudah aman mendingan kita percepat langkah, supaya kita cepat sampai ke tempat hiburan." Amin memisahkanku yang sedang berdebat dengan Enong.

Akhirnya kami pun berjalan kembali dengan keadaan yang sangat berbeda, Kami sekarang berjalan dengan saling berdempetan, saling pegang, takut ketinggalan. hanya aku sendiri yang berjalan terpisah tidak sedikitpun memiliki ketakutan.

Semakin lama semakin jauh dari tempat yang menyeramkan, dari kejauhan terdengar suara anjing yang menggonggong namun akhirnya tidak terdengar lagi. Kami terus berjalan dengan tenang diiringi dengan suara hewan-hewan malam yang terdengar nyaring dari arah samping kanan kiri jalan, sampai akhirnya kami pun tiba di kampung Jelegong.

Sesampainya di tempat yang dituju. benar saja di situ terlihat sudah banyak orang yang sedang berjalan. Ada pula yang naik motor menuju titik pusat keramaian. di tempat itu ketakutan Kami menghilang seketika karena banyak orang yang terlihat berlalu-lalang. Orang yang berjalan semakin padat, di sebagian tempat ada yang berkumpul sambil berbicara diselingi dengan canda tawa.

Orang-orang yang datang dengan berbagai cara. ada yang bergerombol seperti apa yang kami lakukan, Ada pula yang berjalan berdua sambil bergandengan tangan, Ada pula yang naik motor bahkan ada yang membawa mobil dugong untuk mengangkut warga kampungnya. semua orang bekumpul mulai dari yang tua, yang muda, bahkan anak kecil. bersama-sama, berbondong-bondong menuju tempat hiburan.

Episodes
1 Ada Pasar Malam
2 Menuju Tempat Hiburan
3 Pasar Malam
4 Dicegat Setan Pocong
5 Melawan
6 Melawan
7 Ditolong Warga Kampung
8 Mengganggu Ketenangan Warga
9 Setan Atau Siluman
10 Kehidupan Sukarmin
11 Berburu
12 Terkecoh
13 Buruan Menghilang
14 Dimiliki Macan Tutul
15 Merebut Kembali
16 Anjing Jadi Korban
17 Semakin Sengit
18 Dua Hewan Buruan
19 Tidak Enak Perasaan
20 Ada Tamu Tak Diundang
21 Mahluk Hitam
22 Sukarmin Menghilang
23 Pencarian Sukarmin
24 Sangat Mengkhawatirkan
25 Tertolong
26 Setan Pocong Berkeliaran
27 Dudung ingin Menakap Setan Pocong
28 Rasa Penasaran Sukarmin
29 Menggantikan Tugas Bapak
30 Mahluk Putih
31 Memantau
32 Salah Panik
33 Uang Hilang
34 Diluar Batas Kemampuan Ronda
35 Kesaksian Dudung
36 Rencana Dudung
37 Kehidupan Rara
38 Tamu Tak Tau Malu
39 Diusir
40 Ngeronda Setan Pocong
41 Tugas Dan Janji
42 Berburu Setan Pocong
43 Dudung Menangkap Pocong
44 Lepas Lagi
45 Sakit Juragan Badru
46 Dudung Di ancam
47 Syarat Berat
48 Pekerjaan Ayah Rara
49 Beban Dudung
50 Sampai Sakit
51 Dudu Jujur
52 Musyawarah
53 Keputusan
54 Jaya Bertamu
55 Dudung Melamar
56 Ditolak dan dicampakkan
57 Wak Jaya
58 Rencana Dibuat
59 Menunggu Uang Hilang
60 Biarkan Rencanya Berjalan
61 Akhirnya Kena Juga
62 Mengembalikan Sisa Uang
63 Terkuak
64 Juragan Pocong
65 Aki Gayatri
66 Penjelasan mahluk Yang Menyerang Sukarmin
67 Penangkal Makhluk Halus
68 Ilmu Yang Sangat Bermanfaat
69 Ilmu Dasar
70 Ujian Pertama
71 Negara Gilang Brata
72 Jadi Tamu Kehormatan
73 Janji Raja Suganda
74 Keinginan Yang Besar
75 Kerajaan Leweung Poek
76 Sambutan Kurang Baik
77 Meladeni Tantangan
78 Pertarungan Sengit
79 Permintaan Maaf Dudung
80 Penangkapan Kelok Hideung
81 Tugas selesai
82 Badru Tamam
83 Rencana Badru Tamam
84 Kesediaan Rara
85 Jaya Dipanggil
86 Tumbal
87 Mencari Penangkal
88 Berserah Diri
89 Baju Aneh
90 Penasaran
91 Siluman Pocong
92 Yani Sangat Ketakutan
93 Rara Terkejut
94 Sangat Mengkhawatirkan
95 Siluman Pocong Datang
96 Kabur berhamburan
97 Rara menemani Yani
98 Tak tega
99 Mencari Rara
100 Meresahkan
101 Keresahaan Jaya
102 Kehadiran Setan pocong
103 Badru Tamam
104 Raja Siluman Pocong
105 permintaan
106 Kawan Lama
107 Haji Sobari
108 Lamaran
109 Kaget
110 salah Yani
111 Baju Jimat Tidak Ada
112 Mendumel
113 Mebutuhkan Yani
114 Jawaban Yani
115 Badru Tamam Melajutkan Ritual
116 Sukarmin Penasaran
117 Makhluk Aneh
118 Rumah Jaya Dikelilingi
119 Badru tiba-tiba minta Tolong
120 Kesanggupan Jaya
121 Menjalankan Tugas
122 kekhawatiran orang tua
123 Keadaan Rara
124 dicegat setan pocong
125 Merasa Aman
126 Anak Tiba-tiba Rewel
127 Ternyata
128 Pengganggu
129 Rara Diusir
130 Pencarian Jaya
131 Sangat Sulit
132 Kehilangan Jejak
133 Ketakutan Saidah
134 Badru Tamam Kaget
135 Dudung Pulang
136 Kegelisahan Sukarmin
137 Hutang Pati
138 Kewalahan
139 Datang Tepat Waktu
140 Kumpul Keluarga
141 Pocong Cantik
142 Rara Belum Ditemukan
143 Meminta Bantuan Aki Kuncen
144 Memeras Juragan Pocong
145 Dudung harus ikut
146 Mengemparkan
147 Ada Jejak
148 Yahya
149 Tolonglah
150 Yaa Mayit
151 Ada Panggilan
152 Penampakan
153 Dikejar Setan Pocong
154 Terus menerus
155 Warga Panik
156 Semua Salah Dadun
157 ronda
158 Tamu
159 Ketakutan Dudung
160 bertemu dengan Dadun
161 Rara di Jemput
162 pertarungan Sengit
163 Keadaan Yahya
164 Menjenguk Yahya
165 Mengkhawatirkan
166 Selesai
Episodes

Updated 166 Episodes

1
Ada Pasar Malam
2
Menuju Tempat Hiburan
3
Pasar Malam
4
Dicegat Setan Pocong
5
Melawan
6
Melawan
7
Ditolong Warga Kampung
8
Mengganggu Ketenangan Warga
9
Setan Atau Siluman
10
Kehidupan Sukarmin
11
Berburu
12
Terkecoh
13
Buruan Menghilang
14
Dimiliki Macan Tutul
15
Merebut Kembali
16
Anjing Jadi Korban
17
Semakin Sengit
18
Dua Hewan Buruan
19
Tidak Enak Perasaan
20
Ada Tamu Tak Diundang
21
Mahluk Hitam
22
Sukarmin Menghilang
23
Pencarian Sukarmin
24
Sangat Mengkhawatirkan
25
Tertolong
26
Setan Pocong Berkeliaran
27
Dudung ingin Menakap Setan Pocong
28
Rasa Penasaran Sukarmin
29
Menggantikan Tugas Bapak
30
Mahluk Putih
31
Memantau
32
Salah Panik
33
Uang Hilang
34
Diluar Batas Kemampuan Ronda
35
Kesaksian Dudung
36
Rencana Dudung
37
Kehidupan Rara
38
Tamu Tak Tau Malu
39
Diusir
40
Ngeronda Setan Pocong
41
Tugas Dan Janji
42
Berburu Setan Pocong
43
Dudung Menangkap Pocong
44
Lepas Lagi
45
Sakit Juragan Badru
46
Dudung Di ancam
47
Syarat Berat
48
Pekerjaan Ayah Rara
49
Beban Dudung
50
Sampai Sakit
51
Dudu Jujur
52
Musyawarah
53
Keputusan
54
Jaya Bertamu
55
Dudung Melamar
56
Ditolak dan dicampakkan
57
Wak Jaya
58
Rencana Dibuat
59
Menunggu Uang Hilang
60
Biarkan Rencanya Berjalan
61
Akhirnya Kena Juga
62
Mengembalikan Sisa Uang
63
Terkuak
64
Juragan Pocong
65
Aki Gayatri
66
Penjelasan mahluk Yang Menyerang Sukarmin
67
Penangkal Makhluk Halus
68
Ilmu Yang Sangat Bermanfaat
69
Ilmu Dasar
70
Ujian Pertama
71
Negara Gilang Brata
72
Jadi Tamu Kehormatan
73
Janji Raja Suganda
74
Keinginan Yang Besar
75
Kerajaan Leweung Poek
76
Sambutan Kurang Baik
77
Meladeni Tantangan
78
Pertarungan Sengit
79
Permintaan Maaf Dudung
80
Penangkapan Kelok Hideung
81
Tugas selesai
82
Badru Tamam
83
Rencana Badru Tamam
84
Kesediaan Rara
85
Jaya Dipanggil
86
Tumbal
87
Mencari Penangkal
88
Berserah Diri
89
Baju Aneh
90
Penasaran
91
Siluman Pocong
92
Yani Sangat Ketakutan
93
Rara Terkejut
94
Sangat Mengkhawatirkan
95
Siluman Pocong Datang
96
Kabur berhamburan
97
Rara menemani Yani
98
Tak tega
99
Mencari Rara
100
Meresahkan
101
Keresahaan Jaya
102
Kehadiran Setan pocong
103
Badru Tamam
104
Raja Siluman Pocong
105
permintaan
106
Kawan Lama
107
Haji Sobari
108
Lamaran
109
Kaget
110
salah Yani
111
Baju Jimat Tidak Ada
112
Mendumel
113
Mebutuhkan Yani
114
Jawaban Yani
115
Badru Tamam Melajutkan Ritual
116
Sukarmin Penasaran
117
Makhluk Aneh
118
Rumah Jaya Dikelilingi
119
Badru tiba-tiba minta Tolong
120
Kesanggupan Jaya
121
Menjalankan Tugas
122
kekhawatiran orang tua
123
Keadaan Rara
124
dicegat setan pocong
125
Merasa Aman
126
Anak Tiba-tiba Rewel
127
Ternyata
128
Pengganggu
129
Rara Diusir
130
Pencarian Jaya
131
Sangat Sulit
132
Kehilangan Jejak
133
Ketakutan Saidah
134
Badru Tamam Kaget
135
Dudung Pulang
136
Kegelisahan Sukarmin
137
Hutang Pati
138
Kewalahan
139
Datang Tepat Waktu
140
Kumpul Keluarga
141
Pocong Cantik
142
Rara Belum Ditemukan
143
Meminta Bantuan Aki Kuncen
144
Memeras Juragan Pocong
145
Dudung harus ikut
146
Mengemparkan
147
Ada Jejak
148
Yahya
149
Tolonglah
150
Yaa Mayit
151
Ada Panggilan
152
Penampakan
153
Dikejar Setan Pocong
154
Terus menerus
155
Warga Panik
156
Semua Salah Dadun
157
ronda
158
Tamu
159
Ketakutan Dudung
160
bertemu dengan Dadun
161
Rara di Jemput
162
pertarungan Sengit
163
Keadaan Yahya
164
Menjenguk Yahya
165
Mengkhawatirkan
166
Selesai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!