Anjing Jadi Korban

Pov Sukarmin

Aku mengeluarkan golok dari serangkanya, tidak ada pilihan lain hanya itulah senjataku yang masih tersisa, meskipun pendek namun masih bisa digunakan untuk menahan serangan-serangan ganas macan tutul yang terlihat terdiam, seolah mengerti dengan senjata yang aku Keluarkan. hanya matanya saja yang masih terlihat sangat galak.

Untuk sementara waktu kita berdua hanya saling menatap, saling mencari kelemahan masing-masing, sambil mengistirahatkan tubuh yang terasa lelah akibat pertarungan yang begitu sengit. aku harus memutar otak harus bertarung menggunakan jarak dekat, Karena senjata yang dipegang sekarang tidak bisa digunakan untuk serangan jarak jauh.

Setelah mengatur nafas beberapa kali harimau itu terlihat bergerak, kemudian loncat ke arah ranting yang berada di atas kepalaku ,kemudian tangannya yang dipenuhi oleh cakar yang tajam sekilat mau menerjang ke arah kepala.

Aku yang sudah bersiap sejak dari awal tidak gugup melihat serangan yang datang .dengan segera tangan kiriku memegang ranting kecil untuk pindah ke ranting lainnya dengan melayangkan satu hantaman golok ke arah telinga.

Bressss!

Seranganku tepat mengenai sasaran, diikuti dengan darah yang keluar dari bagian telinga, dibarengi suara auman yang sangat kencang semakin menambah kengerian.

"Hahaha, ayo mau bagaimana lagi macan sial4n?" ujarku yang sudah berdiri kembali di atas ranting dengan melangkahkan kaki untuk membentuk kuda-kuda yang kuat, tangan kiriku memegang ranting pohon sedangkan yang kanan memegang golok.

Macan tutul yang sudah terluka, dia terlihat semakin beringas tanpa membuang waktu Macan itu mulai mulai menyerang kembali, namun dengan Sigap aku menyambutnya dengan sabetan gorok mengarah ke arah pipinya, meski tidak terluka parah namun cukup untuk mengalirkan darah dari wajahnya. Macan yang terluka semakin terlihat beringas dan menakutkan dengan terus menerjang ku secara bertubi-tubi sampai membuatku sedikit kewalahan, aku terus melompat dari ranting satu ke ranting yang lain dengan mengandalkan tangan kiri karena tangan yang kanan digunakan untuk memegang golok

Sejago jagonya tupai melompat pasti akan jatuh juga begitu juga denganku yang hanya seorang manusia, ketika aku memegang ranting Namun sayang ranting yang kupegang terlalu kecil, sehingga tidak mampu menahan beban tubuhku hingga aku pun jatuh dari atas pohon kiara. beruntung tempat jatuh itu tidak terlalu tinggi sehingga aku bisa berdiri kembali lalu memperhatikan ke arah macan yang sudah bersiap kembali untuk menerjang.

Harimau yang sudah terluka dia pun loncat sambil mengaum menerjang ke arahku, namun dengan segera aku menghindar ke arah belakang untuk menyelamatkan diri Macan yang sudah berdiri di atas tanah dia membelakangiku. sehingga ketika hendak membalikkan tubuh dengan segera aku sambut menggunakan golok yang aku pegang.

Srettt!

Serangan untuk yang kesepian kalinya yang tepat mengenai sasaran membuat harimau itu mundur beberapa langkah ke belakang, namun Bukan Untuk Menyerah tapi untuk mengumpulkan tenaga kembali Karena setelah beberapa saat dia pun berlari hendak menerjang, dengan Sigap aku menerima serangan itu menggunakan golok yang hantamkan dari arah atas. Namun sayang golok yang pendek tidak terlalu menguntungkan untuk dijadikan senjata ketika bertarung .karena kurangnya perhitungan sehingga bukannya golok yang kena ke arah kepala sang macan melainkan tanganku.

Pluk!

Tanganku yang kesemutan tidak kuat memegang golok, sehingga golok pun terjatuh terdorong oleh tenaga Harimau yang kuat. aku menjatuhkan tubuh ke belakang untuk menghindari terkamannya kemudian berguling guling menjauh dari arah Macan yang sudah bersiap kembali untuk menyerang.

Keberanianku mulai memudar senjata yang hanya tinggal satu-satunya sudah tidak dipegang oleh tangan, sedangkan sang macan terlihat masih sehat walafiat meski sudah berlumuran darah, tenaganya belum berkurang sedikitpun.

"Haduh celaka! kayaknya umurku sampai hari ini. ke mana Kang Jaya bukannya menolong malah kabur seperti tidak memiliki rasa Solidaritas?" gumamku sambil loncat ke arah samping karena Macan sudah datang kembali untuk mencabik-cabik tubuh.

Untuk sementara waktu aku terus bertarung dengan macan tutul dengan cara terus menghindarinya, tanpa bisa melakukan perlawanan. sampai akhirnya lama-kelamaan tenagaku mulai habis sehingga aku pun menghindar ke arah pohon Puspa, secepat kilat aku naik ke atasnya membuat macan tutul menghentikan serangan, lalu menatap ke arah atas mungkin merasa kecewa karena aku berlari tanpa bisa diserangnya lagi, telinganya sudah putus akibat sabetan golok yang sudah menghilang, matanya membulat sempurna penuh ancaman.

Melihat kenyataan yang mengkhawatirkan harapan untuk selamat semakin menipis, karena aku yakin macan itu bisa naik ke atas pohon Puspa, meski tidak memiliki banyak cabang namun kekuatan cengkraman cakarnya akan memudahkannya untuk naik menyusulku.

Hal yang ditakutkan pun akan terjadi, harimau itu mendekat ke arah pohon yang sedang aku naiki. dia mulai menaikkan kaki depan hendak memanjat menyusulku, namun beruntung dalam situasi yang mendesak anjing Kang Jaya yang sejak dari tadi memperhatikan tanpa mengeluarkan suara. Tiba-tiba keberaniannya timbul kembali, mungkin tidak tega melihat majikannya akan diancam bahaya Pati.

Gooooooog! gooooog! Gog.......!

Suara anjing yang mengaung diikuti dengan berlari menerjang ke arah macan tutul, Mereka bergantian menyerang hewan buas membuat konsentrasinya teralihkan meladeni serangan anjing pemburu.

Grrrrrr! grrrrrr!

Gonggongan dibalas gerangan yang terdengar mengerikan, tubuhnya berbalik dengan kaki depan yang dia rendahkan bersiap untuk meladeni serangan anjing yang terus menggonggonginya

Anjing berwarna coklat dengan sebutan Si Tablo, loncat menerjang ke arah macan tutul disambut dengan cakaran yang mengarah ke arah lehernya. beruntung Anjing itu masih sempat menghentikan niatnya sehingga bisa terbebas dari serangan yang mematikan. sedangkan anjing yang berwarna hitam yang dikasih nama Si Kumbang, dia menyerang dari arah samping kemudian menggigit telinganya dengan gigitan yang sangat mencengkram.

Macan tutul terdengar mengaung sambil menggeleng-gelengkan kepala, agar terlepas dari gigitan Si Kumbang. namun gigitan itu sangat kuat sehingga Macan itu menggunakan tangannya untuk melepaskan anjing dari telinga.

Srepp!

Cakar yang tajam menembus leher anjing kemudian ditekan ke arah tanah, disusul dengan serangan kaki kiri yang tepat mengenai arah perut  sehingga Tak aya lagi perut Sikumbang terbelah mengeluarkan darah yang begitu banyak, membuat tubuhnya terlihat bergerak-gerak sebentar sebelum mati meninggalkan dunia.

Melihat musuhnya yang sudah tumbang tak bernyawa, auman macan tutul yang hampir sama dengan auman harimau terdengar memenuhi area lembah, membuat Si Tablo tidak tinggal diam dengan segera dia pun menyerang Macan itu kembali.

Ketika Anjing itu hendak menggigit ke arah leher, sekilat tangan macan menyambutnya dengan cakaran yang tepat mengenai ke arah mulut, ditekan ke tanah lalu dicabik-cabik tanpa Rasa belas kasihan. kedua Anjing itu tidak memberikan perlawanan yang berarti untuk hewan buas yang sering dijuluki dengan pelari handal.

Melihat anjing yang sudah tewas keberanianku mulai tumbuh kembali, amarah mulai membakar dada, tidak kuat melihat anjing yang sudah mati masih disiksa. aku yang berada di atas pohon dengan segera turun kemudian loncat dari arah belakang memegang lehernya, kemudian ditekan ke arah tanah. macan tutul yang sedang asyik menyiksa tidak sadar kalau aku sudah turun.

Grrrrr! grrrrr!

Auman kemarahan terdengar keluar jelas dari mulutnya, kaki yang belakang ditekuk kemudian bangkit dengan kekuatan seluruh tenaga sehingga tubuhku yang berada di atas tubuhnya tidak mampu menahan kekuatannya, terbang melayang ke arah samping.

Blug!

Harimau yang sudah bangkit membalikkan tubuh kemudian terbang hendak menerkam tubuhku yang masih terlentang di atas tanah, matanya terlihat memerah dari sudut mulutnya keluar darah segar memamerkan taring yang hanya tinggal satu.

Episodes
1 Ada Pasar Malam
2 Menuju Tempat Hiburan
3 Pasar Malam
4 Dicegat Setan Pocong
5 Melawan
6 Melawan
7 Ditolong Warga Kampung
8 Mengganggu Ketenangan Warga
9 Setan Atau Siluman
10 Kehidupan Sukarmin
11 Berburu
12 Terkecoh
13 Buruan Menghilang
14 Dimiliki Macan Tutul
15 Merebut Kembali
16 Anjing Jadi Korban
17 Semakin Sengit
18 Dua Hewan Buruan
19 Tidak Enak Perasaan
20 Ada Tamu Tak Diundang
21 Mahluk Hitam
22 Sukarmin Menghilang
23 Pencarian Sukarmin
24 Sangat Mengkhawatirkan
25 Tertolong
26 Setan Pocong Berkeliaran
27 Dudung ingin Menakap Setan Pocong
28 Rasa Penasaran Sukarmin
29 Menggantikan Tugas Bapak
30 Mahluk Putih
31 Memantau
32 Salah Panik
33 Uang Hilang
34 Diluar Batas Kemampuan Ronda
35 Kesaksian Dudung
36 Rencana Dudung
37 Kehidupan Rara
38 Tamu Tak Tau Malu
39 Diusir
40 Ngeronda Setan Pocong
41 Tugas Dan Janji
42 Berburu Setan Pocong
43 Dudung Menangkap Pocong
44 Lepas Lagi
45 Sakit Juragan Badru
46 Dudung Di ancam
47 Syarat Berat
48 Pekerjaan Ayah Rara
49 Beban Dudung
50 Sampai Sakit
51 Dudu Jujur
52 Musyawarah
53 Keputusan
54 Jaya Bertamu
55 Dudung Melamar
56 Ditolak dan dicampakkan
57 Wak Jaya
58 Rencana Dibuat
59 Menunggu Uang Hilang
60 Biarkan Rencanya Berjalan
61 Akhirnya Kena Juga
62 Mengembalikan Sisa Uang
63 Terkuak
64 Juragan Pocong
65 Aki Gayatri
66 Penjelasan mahluk Yang Menyerang Sukarmin
67 Penangkal Makhluk Halus
68 Ilmu Yang Sangat Bermanfaat
69 Ilmu Dasar
70 Ujian Pertama
71 Negara Gilang Brata
72 Jadi Tamu Kehormatan
73 Janji Raja Suganda
74 Keinginan Yang Besar
75 Kerajaan Leweung Poek
76 Sambutan Kurang Baik
77 Meladeni Tantangan
78 Pertarungan Sengit
79 Permintaan Maaf Dudung
80 Penangkapan Kelok Hideung
81 Tugas selesai
82 Badru Tamam
83 Rencana Badru Tamam
84 Kesediaan Rara
85 Jaya Dipanggil
86 Tumbal
87 Mencari Penangkal
88 Berserah Diri
89 Baju Aneh
90 Penasaran
91 Siluman Pocong
92 Yani Sangat Ketakutan
93 Rara Terkejut
94 Sangat Mengkhawatirkan
95 Siluman Pocong Datang
96 Kabur berhamburan
97 Rara menemani Yani
98 Tak tega
99 Mencari Rara
100 Meresahkan
101 Keresahaan Jaya
102 Kehadiran Setan pocong
103 Badru Tamam
104 Raja Siluman Pocong
105 permintaan
106 Kawan Lama
107 Haji Sobari
108 Lamaran
109 Kaget
110 salah Yani
111 Baju Jimat Tidak Ada
112 Mendumel
113 Mebutuhkan Yani
114 Jawaban Yani
115 Badru Tamam Melajutkan Ritual
116 Sukarmin Penasaran
117 Makhluk Aneh
118 Rumah Jaya Dikelilingi
119 Badru tiba-tiba minta Tolong
120 Kesanggupan Jaya
121 Menjalankan Tugas
122 kekhawatiran orang tua
123 Keadaan Rara
124 dicegat setan pocong
125 Merasa Aman
126 Anak Tiba-tiba Rewel
127 Ternyata
128 Pengganggu
129 Rara Diusir
130 Pencarian Jaya
131 Sangat Sulit
132 Kehilangan Jejak
133 Ketakutan Saidah
134 Badru Tamam Kaget
135 Dudung Pulang
136 Kegelisahan Sukarmin
137 Hutang Pati
138 Kewalahan
139 Datang Tepat Waktu
140 Kumpul Keluarga
141 Pocong Cantik
142 Rara Belum Ditemukan
143 Meminta Bantuan Aki Kuncen
144 Memeras Juragan Pocong
145 Dudung harus ikut
146 Mengemparkan
147 Ada Jejak
148 Yahya
149 Tolonglah
150 Yaa Mayit
151 Ada Panggilan
152 Penampakan
153 Dikejar Setan Pocong
154 Terus menerus
155 Warga Panik
156 Semua Salah Dadun
157 ronda
158 Tamu
159 Ketakutan Dudung
160 bertemu dengan Dadun
161 Rara di Jemput
162 pertarungan Sengit
163 Keadaan Yahya
164 Menjenguk Yahya
165 Mengkhawatirkan
166 Selesai
Episodes

Updated 166 Episodes

1
Ada Pasar Malam
2
Menuju Tempat Hiburan
3
Pasar Malam
4
Dicegat Setan Pocong
5
Melawan
6
Melawan
7
Ditolong Warga Kampung
8
Mengganggu Ketenangan Warga
9
Setan Atau Siluman
10
Kehidupan Sukarmin
11
Berburu
12
Terkecoh
13
Buruan Menghilang
14
Dimiliki Macan Tutul
15
Merebut Kembali
16
Anjing Jadi Korban
17
Semakin Sengit
18
Dua Hewan Buruan
19
Tidak Enak Perasaan
20
Ada Tamu Tak Diundang
21
Mahluk Hitam
22
Sukarmin Menghilang
23
Pencarian Sukarmin
24
Sangat Mengkhawatirkan
25
Tertolong
26
Setan Pocong Berkeliaran
27
Dudung ingin Menakap Setan Pocong
28
Rasa Penasaran Sukarmin
29
Menggantikan Tugas Bapak
30
Mahluk Putih
31
Memantau
32
Salah Panik
33
Uang Hilang
34
Diluar Batas Kemampuan Ronda
35
Kesaksian Dudung
36
Rencana Dudung
37
Kehidupan Rara
38
Tamu Tak Tau Malu
39
Diusir
40
Ngeronda Setan Pocong
41
Tugas Dan Janji
42
Berburu Setan Pocong
43
Dudung Menangkap Pocong
44
Lepas Lagi
45
Sakit Juragan Badru
46
Dudung Di ancam
47
Syarat Berat
48
Pekerjaan Ayah Rara
49
Beban Dudung
50
Sampai Sakit
51
Dudu Jujur
52
Musyawarah
53
Keputusan
54
Jaya Bertamu
55
Dudung Melamar
56
Ditolak dan dicampakkan
57
Wak Jaya
58
Rencana Dibuat
59
Menunggu Uang Hilang
60
Biarkan Rencanya Berjalan
61
Akhirnya Kena Juga
62
Mengembalikan Sisa Uang
63
Terkuak
64
Juragan Pocong
65
Aki Gayatri
66
Penjelasan mahluk Yang Menyerang Sukarmin
67
Penangkal Makhluk Halus
68
Ilmu Yang Sangat Bermanfaat
69
Ilmu Dasar
70
Ujian Pertama
71
Negara Gilang Brata
72
Jadi Tamu Kehormatan
73
Janji Raja Suganda
74
Keinginan Yang Besar
75
Kerajaan Leweung Poek
76
Sambutan Kurang Baik
77
Meladeni Tantangan
78
Pertarungan Sengit
79
Permintaan Maaf Dudung
80
Penangkapan Kelok Hideung
81
Tugas selesai
82
Badru Tamam
83
Rencana Badru Tamam
84
Kesediaan Rara
85
Jaya Dipanggil
86
Tumbal
87
Mencari Penangkal
88
Berserah Diri
89
Baju Aneh
90
Penasaran
91
Siluman Pocong
92
Yani Sangat Ketakutan
93
Rara Terkejut
94
Sangat Mengkhawatirkan
95
Siluman Pocong Datang
96
Kabur berhamburan
97
Rara menemani Yani
98
Tak tega
99
Mencari Rara
100
Meresahkan
101
Keresahaan Jaya
102
Kehadiran Setan pocong
103
Badru Tamam
104
Raja Siluman Pocong
105
permintaan
106
Kawan Lama
107
Haji Sobari
108
Lamaran
109
Kaget
110
salah Yani
111
Baju Jimat Tidak Ada
112
Mendumel
113
Mebutuhkan Yani
114
Jawaban Yani
115
Badru Tamam Melajutkan Ritual
116
Sukarmin Penasaran
117
Makhluk Aneh
118
Rumah Jaya Dikelilingi
119
Badru tiba-tiba minta Tolong
120
Kesanggupan Jaya
121
Menjalankan Tugas
122
kekhawatiran orang tua
123
Keadaan Rara
124
dicegat setan pocong
125
Merasa Aman
126
Anak Tiba-tiba Rewel
127
Ternyata
128
Pengganggu
129
Rara Diusir
130
Pencarian Jaya
131
Sangat Sulit
132
Kehilangan Jejak
133
Ketakutan Saidah
134
Badru Tamam Kaget
135
Dudung Pulang
136
Kegelisahan Sukarmin
137
Hutang Pati
138
Kewalahan
139
Datang Tepat Waktu
140
Kumpul Keluarga
141
Pocong Cantik
142
Rara Belum Ditemukan
143
Meminta Bantuan Aki Kuncen
144
Memeras Juragan Pocong
145
Dudung harus ikut
146
Mengemparkan
147
Ada Jejak
148
Yahya
149
Tolonglah
150
Yaa Mayit
151
Ada Panggilan
152
Penampakan
153
Dikejar Setan Pocong
154
Terus menerus
155
Warga Panik
156
Semua Salah Dadun
157
ronda
158
Tamu
159
Ketakutan Dudung
160
bertemu dengan Dadun
161
Rara di Jemput
162
pertarungan Sengit
163
Keadaan Yahya
164
Menjenguk Yahya
165
Mengkhawatirkan
166
Selesai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!