Terkecoh

Pov Sukarmin

Aku terus berlari mengikuti suara gonggongan anjing sampai akhirnya tiba di atas bukit. Jaya yang terlihat mengatur nafas yang memburu, dia pun berhenti sambil menatap ke arah lembah yang rimbun oleh pepohonan.

"Anjing kita ke mana sukarmin?" tanyanya sambil menatap ke arahku yang sama-sama sedang mengatur nafas yang memburu.

"Coba panggil siapa tahu saja menyahuti."

Akhirnya Jaya pun memanggil kedua anjingnya, Namun sayang suara anjing semakin lama semakin menjauh, menimbulkan gema yang begitu khas ketika berteriak di dalam hutan belantara seperti ada yang mengikuti.

Setelah tidak membuahkan hasil, dengan terpaksa kita pun mengikuti suara anjing dengan berlari menerjang rimbunnya rerumputan, menghindari pohon-pohon besar yang menghalangi seperti tidak ada rintangan karena sudah terbiasa menjadi pemburu. sampai akhirnya kita pun tiba di suatu tempat terlihatlah anjing yang masih menggonggong.

"Kenapa anjing kita malah berhenti di sini?"

"Ya nggak tahu Kang, mendingan kita samperin aja."

Aku dan Jaya mendekat ke arah anjing, terlihatlah ada seekor babi yang sedang mogok tidak berlari lagi. matanya terlihat memerah bulu-bulunya, terlihat berdiri sepertinya merasa marah karena diganggu oleh kedua anjingnya Kang Jaya.

"Sukarmin anjing kita mau digunakan untuk berburu kijang, bukan untuk berburu babi. Ayo kita hentikan!"

"Tembak aja kepalanya, biar tidak membuang waktu."

"Sayang pelurunya, stoknya tinggal sedikit."

"Ya sudah kita pisahkan saja agar menjauh." jawabku sambil menatap ke arah babi hutan yang berada di sebelah bawah sedang digonggong oleh kedua anjing.

"Caranya bagaimana?"

"Biarkan aku aja yang memisahkan." jawabku sambil mengencangkan ikat pinggang, kemudian dengan perlahan mendekat ke arah babi mencari kelemahannya.

Aku berjalan dengan penuh kehati-hatian tanpa menimbulkan suara sedikitpun, menuju ke arah belakang babi yang sedang terfokus melawan dua anjing yang terus menggonggongnya.

Setelah tepat berada di belakang hewan itu, dengan segera aku pun loncat dengan menegangkan kedua kaki, mendarat di atas punggungnya. kedua tanganku memegang erat telinga sang babi hutan seperti sedang menaiki kuda

Setelah duduk dengan pas, aku pun menjatuhkan tubuh dengan menarik yang kedua telinga babi agar tubuhnya terjatuh.

Brug!

Suara tubuhku yang menimpa tanah, dengan diiringi suara kemrosok dari kaki babi yang terus bergerak-gerak ingin melepaskan diri, kepalanya terus meronta-ronta, namun aku tidak memberikan keleluasaan aku memegang kedua telinganya dengan begitu kuat.

Jaya yang sejak dari tadi memperhatikan, dia tidak tinggal diam dengan segera mengeluarkan tali untuk mengikat kedua kaki babi yang belakang, kemudian diangkat ke atas membuat tubuh babi itu semakin tidak bisa berkutik.

"Mau diapakan babi ini sukarmin?"

"Tidak akan diapa-apakan Kang? kita lepaskan kembali, namun sebelum dilepaskan anjing kita harus dipegang terlebih dahulu agar tidak mengejarnya lagi!"

"Terus bagaimana dengan kakinya karena kalau dibiarkan di tanah pasti akan terus meronta-ronta lagi?"

"Talinya ikat ke pohon Ki hujan!",,

Akhirnya Jaya pun mengikuti perintahku, dengan segera dia pun mengingatkan sisa tali pengikat yang berada di kaki babi, kemudian dia mengambil kedua anjingnya dibawa menjauh.

Aku terus memegangi telinga babi dengan kaki yang ditahankan ke tubuhnya, supaya babi itu tidak berontak atau melawan. namun setelah melihat kedua anjing ditangkap aku pun melepaskan genggaman tanganku, kemudian menjauhkannya dari kepalanya, takut terkena oleh taring yang terlihat sangat panjang.

"Hari ini kamu bebas, Aku sedang tidak ingin mengganggumu. kita hidup masing-masing saja!" ujarku sambil melepaskan ikatan yang berada di kakinya.

Dengan cepat babi itu pun bangkit kemudian berlari menuju semak-semak yang sangat rimbun oleh pepohonan. aku menarik nafas dalam merasa lega karena sudah menyelamatkan kedua anjing, meski babi itu sangat besar. namun aku dan Jaya yang sudah sangat paham dengan cara menanganinya tidak sedikitpun ada ketakutan.

Setelah babi itu tidak terlihat ditelan oleh ribuannya hutan, aku pun membangkitkan tubuh sambil menepuk-nepuk dedaunan yang menempel di baju, kemudian mengambil tali yang masih terikat di pohon Ki hujan, lalu berjalan mendekat ke arah Jaya yang masih memegang kedua anjingnya yang terus menggonggong, seperti tidak setuju dengan kelakuan pemiliknya atau mungkin merasa marah karena sedang asyik menggonggong babi dihentikan begitu saja.

Keadaan hutan yang sangat sepi, sekarang terdengar riuh dipenuhi oleh suara anjing, dari kejauhan terdengar suara monyet yang sedang berebut buah mangis.

"Belum saja sampai ke tempat tujuan, sudah ada saja gangguan itu harus bertarung dengan babi hutan. beruntung babi itu bodoh dan tidak melawan. mungkin sedang lemas belum menemukan sarapan," ujarku setelah berada di depan Kang Jaya.

"Kamu masih memiliki keberanian Sampai berani menaiki tubuh babi. Akang takut kalau babi itu berbalik lalu mengoyak tubuhmu menggunakan taringnya." jawabnya memuji keberanianku.

"Aku bukan berani. Namun sayang kalau dibiarkan nanti anjing kita yang celaka, karena kalau untuk melawan dua anjing Pasti akan sangat mudah dengan ukuran tubuhnya yang sangat besar."

"Benar kalau anjing ini sampai mati Akang akan kehilangan mata pencaharian. Ya sudah ayo kita lanjutkan lagi perjalanannya!" ujar Jaya sambil tetap memegang kedua anjingnya yang diselipkan di bawah ketiak.

Kami berdua pun melanjutkan perjalanan kembali, tadi sebenarnya sudah dekat ke lembah Arcamaya yang dikatakan ada hewan Kijangnya. namun perjalanan itu terganggu dengan seekor babi yang terendus oleh kedua anjing milik Kang Jaya.

Sesampainya ke tempat yang dituju, dengan segera Jaya pun melepaskan anjing yang berada di pangkuannya. sebelum berlari Anjing itu terlihat menggerakkan tubuhnya kemudian berlari dibarengi dengan gonggongan seperti tadi Ketika menemukan seekor babi, membuat aku dan Jaya mengulum senyum karena yakin hewan yang dikejar sekarang bukan seekor babi.

"Kejar kumbang, kejar......!" teriak Jaya sambil berlari yang diikuti olehku di belakangnya.

Kedua Anjing itu terus menggonggong menyusup ke rimbunnya rerumputan, kita berdua terus mengikuti di belakang sampai akhirnya tiba di suatu tempat. Ternyata benar apa yang dikatakan oleh Jaya bahwa di tempat itu ada seekor Kijang yang sedang berlari menyusup ke arah hutan.

"Ke arah barat Min, Barat....!" Teriak Jaya memberitahu sambil terus berlari mengikuti ke arah larinya hewan buruan.

Suara kemerosok dan kemrusuk tidak terhindarkan lagi, ketika tubuhku menabrak dedaunan kering, suara patahan kayu yang Terinjak menambah suasana ramainya keadaan di tempat berburu.

Dor!

Terdengar suara tembakan bedil Cuplis yang di kokang oleh Kang Jaya, namun masih terdengar suara kemrusuk yang semakin menjauh menandakan tembakannya itu tidak mengenai sasaran.

"Kena Kang?" Tanyaku berteriak.

"Tidak soalnya Kijangnya Terus Berlari, mungkin takut dikejar oleh anjing."

"Ya sudah ayo kita kejar lagi!" ujarku memberikan saran.

Jaya tidak memberikan tanggapan dia pun dengan segera mengisi kembali pelurunya kemudian berlari mengejar suara anjing, sampai akhirnya kita pun melihat kembali seekor Kijang yang terus berlari. dengan segera Jaya pun mengokang kembali bedilnya namun tembakannya selalu meleset, begitulah kejadiannya terus menerus sampai pelurunya habis.

"Haduh bagaimana ini peluru sudah habis sedangkan Kijang belum didapat?"

"Kalau mau Berburu menggunakan peluru, seharusnya ada banyak orang, sebagian menggiring sebagian menunggu. kayaknya kalau seperti ini mau tidak mau kita harus memanfaatkan kelelahannya, kita tunggu sampai Kijang itu lemas, baru kita bisa menangkapnya." jawabku dengan mengatur nafas yang terus memburu.

Mendengar penjelasanku, Jaya pun menggendong senjatanya kemudian berlari kembali mengikuti anjing, sedangkan aku berlari ke arah sebaliknya ingin memotong Jalan pelarian Kijang Yang Sedang diburu.

Aku yang sudah terbiasa berburu dengan senjata ataupun tidak sangat paham dengan gerak-gerik hewan yang sedang dikejar, sehingga aku dengan mudah bisa memotong jalan dari arah depan membuat Kijang itu berbalik arah kembali ke belakang.

Keadaan Kijang yang terlihat sudah lelah, mungkin benar Kijang yang sedang diburu, sekarang adalah Kijang yang kemarin diburu oleh Kang Jaya, karena larinya tidak terlalu kencang, bahkan lama-kelamaan Kijang itu semakin lemah sampai akhirnya dia berlari menuju ke arah Jaya yang sudah siap dengan golok yang ada di tangannya.

Ketika hewan itu berlari ke arahnya, dengan cepat Kang Jaya Mengayunkan golok menyambut kedatangannya. membuat rusa itu terpelanting ke arah samping, meski tidak tepat mengenai kepala namun kakinya yang terluka membuat hewan buruan tidak akan bisa berlari jauh kembali.

"Hahaha, akhirnya kamu dapat juga." teriaknya sambil berlari mengikuti rusa yang berlari ke arah lembah mungkin takut tidak bisa disembelih.

Episodes
1 Ada Pasar Malam
2 Menuju Tempat Hiburan
3 Pasar Malam
4 Dicegat Setan Pocong
5 Melawan
6 Melawan
7 Ditolong Warga Kampung
8 Mengganggu Ketenangan Warga
9 Setan Atau Siluman
10 Kehidupan Sukarmin
11 Berburu
12 Terkecoh
13 Buruan Menghilang
14 Dimiliki Macan Tutul
15 Merebut Kembali
16 Anjing Jadi Korban
17 Semakin Sengit
18 Dua Hewan Buruan
19 Tidak Enak Perasaan
20 Ada Tamu Tak Diundang
21 Mahluk Hitam
22 Sukarmin Menghilang
23 Pencarian Sukarmin
24 Sangat Mengkhawatirkan
25 Tertolong
26 Setan Pocong Berkeliaran
27 Dudung ingin Menakap Setan Pocong
28 Rasa Penasaran Sukarmin
29 Menggantikan Tugas Bapak
30 Mahluk Putih
31 Memantau
32 Salah Panik
33 Uang Hilang
34 Diluar Batas Kemampuan Ronda
35 Kesaksian Dudung
36 Rencana Dudung
37 Kehidupan Rara
38 Tamu Tak Tau Malu
39 Diusir
40 Ngeronda Setan Pocong
41 Tugas Dan Janji
42 Berburu Setan Pocong
43 Dudung Menangkap Pocong
44 Lepas Lagi
45 Sakit Juragan Badru
46 Dudung Di ancam
47 Syarat Berat
48 Pekerjaan Ayah Rara
49 Beban Dudung
50 Sampai Sakit
51 Dudu Jujur
52 Musyawarah
53 Keputusan
54 Jaya Bertamu
55 Dudung Melamar
56 Ditolak dan dicampakkan
57 Wak Jaya
58 Rencana Dibuat
59 Menunggu Uang Hilang
60 Biarkan Rencanya Berjalan
61 Akhirnya Kena Juga
62 Mengembalikan Sisa Uang
63 Terkuak
64 Juragan Pocong
65 Aki Gayatri
66 Penjelasan mahluk Yang Menyerang Sukarmin
67 Penangkal Makhluk Halus
68 Ilmu Yang Sangat Bermanfaat
69 Ilmu Dasar
70 Ujian Pertama
71 Negara Gilang Brata
72 Jadi Tamu Kehormatan
73 Janji Raja Suganda
74 Keinginan Yang Besar
75 Kerajaan Leweung Poek
76 Sambutan Kurang Baik
77 Meladeni Tantangan
78 Pertarungan Sengit
79 Permintaan Maaf Dudung
80 Penangkapan Kelok Hideung
81 Tugas selesai
82 Badru Tamam
83 Rencana Badru Tamam
84 Kesediaan Rara
85 Jaya Dipanggil
86 Tumbal
87 Mencari Penangkal
88 Berserah Diri
89 Baju Aneh
90 Penasaran
91 Siluman Pocong
92 Yani Sangat Ketakutan
93 Rara Terkejut
94 Sangat Mengkhawatirkan
95 Siluman Pocong Datang
96 Kabur berhamburan
97 Rara menemani Yani
98 Tak tega
99 Mencari Rara
100 Meresahkan
101 Keresahaan Jaya
102 Kehadiran Setan pocong
103 Badru Tamam
104 Raja Siluman Pocong
105 permintaan
106 Kawan Lama
107 Haji Sobari
108 Lamaran
109 Kaget
110 salah Yani
111 Baju Jimat Tidak Ada
112 Mendumel
113 Mebutuhkan Yani
114 Jawaban Yani
115 Badru Tamam Melajutkan Ritual
116 Sukarmin Penasaran
117 Makhluk Aneh
118 Rumah Jaya Dikelilingi
119 Badru tiba-tiba minta Tolong
120 Kesanggupan Jaya
121 Menjalankan Tugas
122 kekhawatiran orang tua
123 Keadaan Rara
124 dicegat setan pocong
125 Merasa Aman
126 Anak Tiba-tiba Rewel
127 Ternyata
128 Pengganggu
129 Rara Diusir
130 Pencarian Jaya
131 Sangat Sulit
132 Kehilangan Jejak
133 Ketakutan Saidah
134 Badru Tamam Kaget
135 Dudung Pulang
136 Kegelisahan Sukarmin
137 Hutang Pati
138 Kewalahan
139 Datang Tepat Waktu
140 Kumpul Keluarga
141 Pocong Cantik
142 Rara Belum Ditemukan
143 Meminta Bantuan Aki Kuncen
144 Memeras Juragan Pocong
145 Dudung harus ikut
146 Mengemparkan
147 Ada Jejak
148 Yahya
149 Tolonglah
150 Yaa Mayit
151 Ada Panggilan
152 Penampakan
153 Dikejar Setan Pocong
154 Terus menerus
155 Warga Panik
156 Semua Salah Dadun
157 ronda
158 Tamu
159 Ketakutan Dudung
160 bertemu dengan Dadun
161 Rara di Jemput
162 pertarungan Sengit
163 Keadaan Yahya
164 Menjenguk Yahya
165 Mengkhawatirkan
166 Selesai
Episodes

Updated 166 Episodes

1
Ada Pasar Malam
2
Menuju Tempat Hiburan
3
Pasar Malam
4
Dicegat Setan Pocong
5
Melawan
6
Melawan
7
Ditolong Warga Kampung
8
Mengganggu Ketenangan Warga
9
Setan Atau Siluman
10
Kehidupan Sukarmin
11
Berburu
12
Terkecoh
13
Buruan Menghilang
14
Dimiliki Macan Tutul
15
Merebut Kembali
16
Anjing Jadi Korban
17
Semakin Sengit
18
Dua Hewan Buruan
19
Tidak Enak Perasaan
20
Ada Tamu Tak Diundang
21
Mahluk Hitam
22
Sukarmin Menghilang
23
Pencarian Sukarmin
24
Sangat Mengkhawatirkan
25
Tertolong
26
Setan Pocong Berkeliaran
27
Dudung ingin Menakap Setan Pocong
28
Rasa Penasaran Sukarmin
29
Menggantikan Tugas Bapak
30
Mahluk Putih
31
Memantau
32
Salah Panik
33
Uang Hilang
34
Diluar Batas Kemampuan Ronda
35
Kesaksian Dudung
36
Rencana Dudung
37
Kehidupan Rara
38
Tamu Tak Tau Malu
39
Diusir
40
Ngeronda Setan Pocong
41
Tugas Dan Janji
42
Berburu Setan Pocong
43
Dudung Menangkap Pocong
44
Lepas Lagi
45
Sakit Juragan Badru
46
Dudung Di ancam
47
Syarat Berat
48
Pekerjaan Ayah Rara
49
Beban Dudung
50
Sampai Sakit
51
Dudu Jujur
52
Musyawarah
53
Keputusan
54
Jaya Bertamu
55
Dudung Melamar
56
Ditolak dan dicampakkan
57
Wak Jaya
58
Rencana Dibuat
59
Menunggu Uang Hilang
60
Biarkan Rencanya Berjalan
61
Akhirnya Kena Juga
62
Mengembalikan Sisa Uang
63
Terkuak
64
Juragan Pocong
65
Aki Gayatri
66
Penjelasan mahluk Yang Menyerang Sukarmin
67
Penangkal Makhluk Halus
68
Ilmu Yang Sangat Bermanfaat
69
Ilmu Dasar
70
Ujian Pertama
71
Negara Gilang Brata
72
Jadi Tamu Kehormatan
73
Janji Raja Suganda
74
Keinginan Yang Besar
75
Kerajaan Leweung Poek
76
Sambutan Kurang Baik
77
Meladeni Tantangan
78
Pertarungan Sengit
79
Permintaan Maaf Dudung
80
Penangkapan Kelok Hideung
81
Tugas selesai
82
Badru Tamam
83
Rencana Badru Tamam
84
Kesediaan Rara
85
Jaya Dipanggil
86
Tumbal
87
Mencari Penangkal
88
Berserah Diri
89
Baju Aneh
90
Penasaran
91
Siluman Pocong
92
Yani Sangat Ketakutan
93
Rara Terkejut
94
Sangat Mengkhawatirkan
95
Siluman Pocong Datang
96
Kabur berhamburan
97
Rara menemani Yani
98
Tak tega
99
Mencari Rara
100
Meresahkan
101
Keresahaan Jaya
102
Kehadiran Setan pocong
103
Badru Tamam
104
Raja Siluman Pocong
105
permintaan
106
Kawan Lama
107
Haji Sobari
108
Lamaran
109
Kaget
110
salah Yani
111
Baju Jimat Tidak Ada
112
Mendumel
113
Mebutuhkan Yani
114
Jawaban Yani
115
Badru Tamam Melajutkan Ritual
116
Sukarmin Penasaran
117
Makhluk Aneh
118
Rumah Jaya Dikelilingi
119
Badru tiba-tiba minta Tolong
120
Kesanggupan Jaya
121
Menjalankan Tugas
122
kekhawatiran orang tua
123
Keadaan Rara
124
dicegat setan pocong
125
Merasa Aman
126
Anak Tiba-tiba Rewel
127
Ternyata
128
Pengganggu
129
Rara Diusir
130
Pencarian Jaya
131
Sangat Sulit
132
Kehilangan Jejak
133
Ketakutan Saidah
134
Badru Tamam Kaget
135
Dudung Pulang
136
Kegelisahan Sukarmin
137
Hutang Pati
138
Kewalahan
139
Datang Tepat Waktu
140
Kumpul Keluarga
141
Pocong Cantik
142
Rara Belum Ditemukan
143
Meminta Bantuan Aki Kuncen
144
Memeras Juragan Pocong
145
Dudung harus ikut
146
Mengemparkan
147
Ada Jejak
148
Yahya
149
Tolonglah
150
Yaa Mayit
151
Ada Panggilan
152
Penampakan
153
Dikejar Setan Pocong
154
Terus menerus
155
Warga Panik
156
Semua Salah Dadun
157
ronda
158
Tamu
159
Ketakutan Dudung
160
bertemu dengan Dadun
161
Rara di Jemput
162
pertarungan Sengit
163
Keadaan Yahya
164
Menjenguk Yahya
165
Mengkhawatirkan
166
Selesai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!