Menuju Tempat Hiburan

Pov Dudung

Aku terus berjalan di jalan besar yang membelah kampung Cisuren, diiringi oleh suara jangkrik dikendangi oleh suara ciang ciang. Aku berjalan dengan tergesa-gesa dengan wajah yang cemberut merasa kesal dengan orang tuaku.

"Tega, benar-benar tega orang tuaku! sampai tidak ngasih uang." gumamku sambil mengepalkan tangan.

Namun dalam hati kecil, aku sangat memaklumi karena memang kenyataannya orang tuaku bukan tidak pelit, tapi keadaannya serba kekurangan bisa disebut orang miskin dan sederhana.

Tidak lama berjalan akhirnya aku pun sampai ke tempat teman-temanku sedang berkumpul di pinggir jalan mau pergi menonton. sudah menjadi Kebiasaan kalau ada hiburan kita akan berkumpul terlebih dahulu, untuk berangkat bersama-sama melewati jalan besar, sama seperti ketika pulangnya saling menunggu tidak pernah hidup masing-masing.

Angin Malam berhembus terasa sangat dingin, namun tidak menjadi halangan untuk kami yang masih berumur muda yang mau pergi menonton.

"Sudah siap kamu Dudung?" tanya Ajo menyambutku.

"Siap dong! ayo kita berangkat." jawabku dengan bersemangat , sangat antusias ketika ada hiburan malam seperti sekarang. menyembunyikan kesusahan dan kesedihan yang berada di dalam hati karena tidak dikasih ongkos oleh Bapak.

"Kamu tidak akan menjemput non Rara terlebih dahulu dDung? Ini kesempatan yang baik untuk mempererat hubungan Tali Kasih yang sedang terjalin. ujar Ajo dengan nada bercanda, membuat teman-teman Yang Lain terlihat menggulung senyum.

Rara adalah gadis yang berada di kampungku, Dia adalah anak orang terkaya di kampung Cisuren, hartanya melimpah, sawahnya sejauh mata memandang, mobilnya ada dua. sedangkan di kampungku tidak ada yang memiliki.

"Jangan manas-manasin lah, Jo! Aku sedang sedih nih! aku tidak memiliki uang, aku tidak berani menjemput untuk mengajaknya menonton. kalau tidak memiliki modal itu sama aja dengan bunuh diri." jawabku dengan mengulum senyum menimpali candaan, padahal hatiku sangat menginginkan sekali pergi bersama dengan wanita cantik itu, gadis yang sedang didekati namun belum pernah mengungkapkan perasaan karena untuk bertemu saja sangat jarang.

"Ah, kamu jadi laki-laki sangat penakut sekali. bagaimana kalau non Rara diembat oleh orang lain. mending dari sekarang kamu terus pepet, agar tidak ada orang lain yang berani mendekati." ujar Ajo memberikan saran.

"Sudahlah jangan membicarakan hal itu. Lagian Kenapa kalian memperdulikan hidupku, Biarkan saja dia tumbuh menjadi besar, supaya nanti ketika dipetik sudah dalam keadaan matang."

"Matang apanya Dudung, Bukankah dia sudah keluar dari SMA?"

"Yah Nunggu dia keluar kuliah dulu, supaya ilmunya banyak tidak bodoh sepertiku."

"Kalau nunggu sampai dia lulus kuliah, nanti bagaimana kalau dia ketika kuliah bertemu dengan laki-laki yang lebih gagah dan lebih mapan dibandingkan kamu?" Timpal Amin yang sudah tahu kalau aku sedang dekat dengan Rara.

"Kenapa kalian malah jadi ngeroyok? Biarkan saja kalau jodohnya orang lain, tapi jangan deh! hehehe," jawabku dengan tersenyum Getir merasa takut kalau apa yang disampaikan menjadi kenyataan.

"Makanya sekarang kamu ajak dia untuk pergi bersama kita, supaya hubungan kamu semakin terjalin dengan erat." ujar Ajo Kukuh dengan pendiriannya.

"Sudah ah jangan membahas itu terus mendingan sekarang kita berangkat. Nanti keburu malam." jawabku yang tidak mau memperpanjang pembicaraan tentang Rara, karena sebenarnya aku pun menginginkan hal yang sama yang diajukan oleh teman-temanku. namun aku tidak memiliki keberanian, tapi kalau diceritakan bisa menjadi milik orang lain tiba-tiba hatiku terasa berdebar seperti ada yang takut hilang dari Separuh Jiwaku.

"Berangkat ya, berangkat! Ayo semuanya, Enong, Nani, Bidin. Ayo kita berangkat!" pinta Amin sama teman-temannya.

Akhirnya para Pemuda dan Pemudi kampung cisuren yang berjumlah 11 orang, bersiap-siap untuk memulai perjalanan. kami yang tidak semua memiliki motor, memutuskan untuk menuju tempat hiburan dengan cara berjalan kaki dan ini akan menjadi kisah kenangan nanti ketika kami sudah tua.

Aku berjalan paling depan dengan penuh percaya diri, kepalaku tegak menatap ke arah depan, tidak sedikitpun memiliki ketakutan. Bahkan aku bersiul untuk menyembunyikan kalau kantong Celanaku tidak ada isinya, hanya ada uang berwarna ungu yang sudah dekil.

Teman-temanku berjalan di belakang sambil terus bercerita di selingi dengan suara canda tawa, seperti tidak ada kesusahan dalam hidupnya. mungkin mereka masih termasuk remaja yang masih senang bermain belum merasakan getirnya kehidupan.

Semakin lama kami berjalan semakin menjauhi kampung cisuren, melewati jalan desa yang besar yang di samping kanan terhampar sawah dan di samping kirinya ada pohon bambu. sampai akhirnya kami pun sampai ke jembatan, terdengar suara air yang mengalir dari arah jauh terdengar suara anjing yang menggonggong, burung gagak terdengar marah seperti tidak mau ketinggalan, menambah keangkeran suasana malam  namun itu semua tidak menjadi penghalang dengan tekad yang sudah kuat, yang hendak menikmati liburan yang sangat jarang didapatkan di daerah perkampungan.

Ketika ada jalan Setapak, kami pun berbelok memasuki jalan itu untuk memotong Kompas supaya cepat sampai ke tempat tujuan. jalan yang dilalui mulai terasa susah, Naik turun dengan berkelok-kelok yang nantinya akan tiba di kampung Jelegong, yang terhalang oleh bukit kecil dengan kampung cisuren.

"Dung, jalannya jangan terlalu cepat! Awas nanti di dekat jembatan selokan suka ada anak kecil yang botak." ujar min menakut-nakutiku yanv berjalan terpisah dengan rombongan.

"Ah Biarkan saja namanya juga anak kecil belum tumbuh rambut. kalau Bertemu Dengannya sangat beruntung, nanti kita akan tangkap untuk dijadikan tontonan, supaya dapat uang tambahan." jawabku seenaknya.

"Kenapa kamu Dudung, Kudung. kalau berbicara itu suka asal nguap, aku takut nih! sudah sering banyak orang yang bertemu kecil namun menyeramkan itu." Timpal Enong yang terdengar ketakutan.

"Tapi kita nggak usah takut Enong, Karena ada Dudung di sini  soalnya dia sangat pemberani, kita buktikan saja nanti bagaimana kalau bertemu dengan yang botak itu." jawab Amin menenangkan.

"Paling juga dia yang paling awal kabur meninggalkan kita. emang apa keberaniannya si Dudung, aku tahu dia sangat penakut." sahut Ajo yang terus berjalan di belakangku.

Tak lama diantaranya akhirnya kami pun tiba di jembatan kecil yang terlihat sangat angker, karena di atasnya ada rumpun bambu yang sangat lebat, bulu Kuduk mulai terasa berdiri padahal tidak ada apa-apa. suasana terasa sangat hening karena teman ke temanku, tidak ada yang berbicara hanya aku yang masih bernyanyi menghilangkan kesedihan.

Aku melirik ke arah belakang terlihatlah Anak-anak gadis yang yang ikut, mereka berjalan dengan berdempet-dempetan sambil memegang satu sama lain, membuat para pemuda merasa bahagia karena memiliki kesempatan dalam kesempitan.

"Awas kalian!" gumamku sambil menundukkan tubuh untuk mengambil batu yang barusan ketendang, kemudian aku melemparkan ke arah rumpun bambu.

Suara kemrosok yang diikuti dengan suara batu yang jatuh ke arah bawah, membuat teman-temanku terlihat terperanjat kaget. bahkan terlihat ada orang yang berlari menyusulku membuat keadaan pun semakin panik.

"Hantu.....! ada hantu.....!" terdengar teriakan Enong yang diikuti dengan suara derap kaki yang berlari menuju ke arahku, yang sudah berjalan paling depan. bahkan Amin Dan Ajo Mereka pun terbawa takut, padahal belum diketahui apa yang mereka takutkan.

Akhirnya mereka pun tiba di dekatku, terdengar suara deru nafas yang menggema. terasa ada orang yang memegang pundakku.

"Ini ada apa. Kenapa kalian sampai berlari seperti orang yang kurang kerjaan?" Tanyaku dengan nada yang meledek.

"Ada suara kemrosok Dung!" jawab Amin dengan nafas yang ngos-ngosan.

"Kenapa harus takut, Paling juga itu kadal."

"Mana mungkin ada suara kadal yang terdengar begitu kencang ketika menyentuh tanah, kamu ada-ada aja kalau berbicara itu Dudung." Timpal Enong dengan judes.

"Mungkin saja kalau kadalnya sebesar batu."

"Maksudnya batu apa, jangan-jangan kamu yang melempar batu ke arah rumpun bambu?" jawab Nong yang pandai menebak situasi.

"Nggak tahu." jawabku tidak memperpanjang perdebatan, Aku mulai berjalan kembali yang diikuti oleh-oleh dengan tetapan penuh kecurigaan.

"Dudung Kenapa kamu suka iseng, Mending kalau tidak ngerugiin orang lain?" tanya suara Amin dengan nada yang kesal.

Episodes
1 Ada Pasar Malam
2 Menuju Tempat Hiburan
3 Pasar Malam
4 Dicegat Setan Pocong
5 Melawan
6 Melawan
7 Ditolong Warga Kampung
8 Mengganggu Ketenangan Warga
9 Setan Atau Siluman
10 Kehidupan Sukarmin
11 Berburu
12 Terkecoh
13 Buruan Menghilang
14 Dimiliki Macan Tutul
15 Merebut Kembali
16 Anjing Jadi Korban
17 Semakin Sengit
18 Dua Hewan Buruan
19 Tidak Enak Perasaan
20 Ada Tamu Tak Diundang
21 Mahluk Hitam
22 Sukarmin Menghilang
23 Pencarian Sukarmin
24 Sangat Mengkhawatirkan
25 Tertolong
26 Setan Pocong Berkeliaran
27 Dudung ingin Menakap Setan Pocong
28 Rasa Penasaran Sukarmin
29 Menggantikan Tugas Bapak
30 Mahluk Putih
31 Memantau
32 Salah Panik
33 Uang Hilang
34 Diluar Batas Kemampuan Ronda
35 Kesaksian Dudung
36 Rencana Dudung
37 Kehidupan Rara
38 Tamu Tak Tau Malu
39 Diusir
40 Ngeronda Setan Pocong
41 Tugas Dan Janji
42 Berburu Setan Pocong
43 Dudung Menangkap Pocong
44 Lepas Lagi
45 Sakit Juragan Badru
46 Dudung Di ancam
47 Syarat Berat
48 Pekerjaan Ayah Rara
49 Beban Dudung
50 Sampai Sakit
51 Dudu Jujur
52 Musyawarah
53 Keputusan
54 Jaya Bertamu
55 Dudung Melamar
56 Ditolak dan dicampakkan
57 Wak Jaya
58 Rencana Dibuat
59 Menunggu Uang Hilang
60 Biarkan Rencanya Berjalan
61 Akhirnya Kena Juga
62 Mengembalikan Sisa Uang
63 Terkuak
64 Juragan Pocong
65 Aki Gayatri
66 Penjelasan mahluk Yang Menyerang Sukarmin
67 Penangkal Makhluk Halus
68 Ilmu Yang Sangat Bermanfaat
69 Ilmu Dasar
70 Ujian Pertama
71 Negara Gilang Brata
72 Jadi Tamu Kehormatan
73 Janji Raja Suganda
74 Keinginan Yang Besar
75 Kerajaan Leweung Poek
76 Sambutan Kurang Baik
77 Meladeni Tantangan
78 Pertarungan Sengit
79 Permintaan Maaf Dudung
80 Penangkapan Kelok Hideung
81 Tugas selesai
82 Badru Tamam
83 Rencana Badru Tamam
84 Kesediaan Rara
85 Jaya Dipanggil
86 Tumbal
87 Mencari Penangkal
88 Berserah Diri
89 Baju Aneh
90 Penasaran
91 Siluman Pocong
92 Yani Sangat Ketakutan
93 Rara Terkejut
94 Sangat Mengkhawatirkan
95 Siluman Pocong Datang
96 Kabur berhamburan
97 Rara menemani Yani
98 Tak tega
99 Mencari Rara
100 Meresahkan
101 Keresahaan Jaya
102 Kehadiran Setan pocong
103 Badru Tamam
104 Raja Siluman Pocong
105 permintaan
106 Kawan Lama
107 Haji Sobari
108 Lamaran
109 Kaget
110 salah Yani
111 Baju Jimat Tidak Ada
112 Mendumel
113 Mebutuhkan Yani
114 Jawaban Yani
115 Badru Tamam Melajutkan Ritual
116 Sukarmin Penasaran
117 Makhluk Aneh
118 Rumah Jaya Dikelilingi
119 Badru tiba-tiba minta Tolong
120 Kesanggupan Jaya
121 Menjalankan Tugas
122 kekhawatiran orang tua
123 Keadaan Rara
124 dicegat setan pocong
125 Merasa Aman
126 Anak Tiba-tiba Rewel
127 Ternyata
128 Pengganggu
129 Rara Diusir
130 Pencarian Jaya
131 Sangat Sulit
132 Kehilangan Jejak
133 Ketakutan Saidah
134 Badru Tamam Kaget
135 Dudung Pulang
136 Kegelisahan Sukarmin
137 Hutang Pati
138 Kewalahan
139 Datang Tepat Waktu
140 Kumpul Keluarga
141 Pocong Cantik
142 Rara Belum Ditemukan
143 Meminta Bantuan Aki Kuncen
144 Memeras Juragan Pocong
145 Dudung harus ikut
146 Mengemparkan
147 Ada Jejak
148 Yahya
149 Tolonglah
150 Yaa Mayit
151 Ada Panggilan
152 Penampakan
153 Dikejar Setan Pocong
154 Terus menerus
155 Warga Panik
156 Semua Salah Dadun
157 ronda
158 Tamu
159 Ketakutan Dudung
160 bertemu dengan Dadun
161 Rara di Jemput
162 pertarungan Sengit
163 Keadaan Yahya
164 Menjenguk Yahya
165 Mengkhawatirkan
166 Selesai
Episodes

Updated 166 Episodes

1
Ada Pasar Malam
2
Menuju Tempat Hiburan
3
Pasar Malam
4
Dicegat Setan Pocong
5
Melawan
6
Melawan
7
Ditolong Warga Kampung
8
Mengganggu Ketenangan Warga
9
Setan Atau Siluman
10
Kehidupan Sukarmin
11
Berburu
12
Terkecoh
13
Buruan Menghilang
14
Dimiliki Macan Tutul
15
Merebut Kembali
16
Anjing Jadi Korban
17
Semakin Sengit
18
Dua Hewan Buruan
19
Tidak Enak Perasaan
20
Ada Tamu Tak Diundang
21
Mahluk Hitam
22
Sukarmin Menghilang
23
Pencarian Sukarmin
24
Sangat Mengkhawatirkan
25
Tertolong
26
Setan Pocong Berkeliaran
27
Dudung ingin Menakap Setan Pocong
28
Rasa Penasaran Sukarmin
29
Menggantikan Tugas Bapak
30
Mahluk Putih
31
Memantau
32
Salah Panik
33
Uang Hilang
34
Diluar Batas Kemampuan Ronda
35
Kesaksian Dudung
36
Rencana Dudung
37
Kehidupan Rara
38
Tamu Tak Tau Malu
39
Diusir
40
Ngeronda Setan Pocong
41
Tugas Dan Janji
42
Berburu Setan Pocong
43
Dudung Menangkap Pocong
44
Lepas Lagi
45
Sakit Juragan Badru
46
Dudung Di ancam
47
Syarat Berat
48
Pekerjaan Ayah Rara
49
Beban Dudung
50
Sampai Sakit
51
Dudu Jujur
52
Musyawarah
53
Keputusan
54
Jaya Bertamu
55
Dudung Melamar
56
Ditolak dan dicampakkan
57
Wak Jaya
58
Rencana Dibuat
59
Menunggu Uang Hilang
60
Biarkan Rencanya Berjalan
61
Akhirnya Kena Juga
62
Mengembalikan Sisa Uang
63
Terkuak
64
Juragan Pocong
65
Aki Gayatri
66
Penjelasan mahluk Yang Menyerang Sukarmin
67
Penangkal Makhluk Halus
68
Ilmu Yang Sangat Bermanfaat
69
Ilmu Dasar
70
Ujian Pertama
71
Negara Gilang Brata
72
Jadi Tamu Kehormatan
73
Janji Raja Suganda
74
Keinginan Yang Besar
75
Kerajaan Leweung Poek
76
Sambutan Kurang Baik
77
Meladeni Tantangan
78
Pertarungan Sengit
79
Permintaan Maaf Dudung
80
Penangkapan Kelok Hideung
81
Tugas selesai
82
Badru Tamam
83
Rencana Badru Tamam
84
Kesediaan Rara
85
Jaya Dipanggil
86
Tumbal
87
Mencari Penangkal
88
Berserah Diri
89
Baju Aneh
90
Penasaran
91
Siluman Pocong
92
Yani Sangat Ketakutan
93
Rara Terkejut
94
Sangat Mengkhawatirkan
95
Siluman Pocong Datang
96
Kabur berhamburan
97
Rara menemani Yani
98
Tak tega
99
Mencari Rara
100
Meresahkan
101
Keresahaan Jaya
102
Kehadiran Setan pocong
103
Badru Tamam
104
Raja Siluman Pocong
105
permintaan
106
Kawan Lama
107
Haji Sobari
108
Lamaran
109
Kaget
110
salah Yani
111
Baju Jimat Tidak Ada
112
Mendumel
113
Mebutuhkan Yani
114
Jawaban Yani
115
Badru Tamam Melajutkan Ritual
116
Sukarmin Penasaran
117
Makhluk Aneh
118
Rumah Jaya Dikelilingi
119
Badru tiba-tiba minta Tolong
120
Kesanggupan Jaya
121
Menjalankan Tugas
122
kekhawatiran orang tua
123
Keadaan Rara
124
dicegat setan pocong
125
Merasa Aman
126
Anak Tiba-tiba Rewel
127
Ternyata
128
Pengganggu
129
Rara Diusir
130
Pencarian Jaya
131
Sangat Sulit
132
Kehilangan Jejak
133
Ketakutan Saidah
134
Badru Tamam Kaget
135
Dudung Pulang
136
Kegelisahan Sukarmin
137
Hutang Pati
138
Kewalahan
139
Datang Tepat Waktu
140
Kumpul Keluarga
141
Pocong Cantik
142
Rara Belum Ditemukan
143
Meminta Bantuan Aki Kuncen
144
Memeras Juragan Pocong
145
Dudung harus ikut
146
Mengemparkan
147
Ada Jejak
148
Yahya
149
Tolonglah
150
Yaa Mayit
151
Ada Panggilan
152
Penampakan
153
Dikejar Setan Pocong
154
Terus menerus
155
Warga Panik
156
Semua Salah Dadun
157
ronda
158
Tamu
159
Ketakutan Dudung
160
bertemu dengan Dadun
161
Rara di Jemput
162
pertarungan Sengit
163
Keadaan Yahya
164
Menjenguk Yahya
165
Mengkhawatirkan
166
Selesai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!