Kami duduk di kursi yang di sediakan sekitar kolam air mancur. Federick melihat beberapa foto hasil tangkapan tadi. Walaupun sekarang aku tidak tau bagaimana suasana hatinya, sepertinya dia juga tidak terlalu terbiasa. Tangannya berkeringat dingin saat menggenggam tanganku dan aku sangat yakin kalau dia sangat gugup.
"Hasil fotonya bagus ya, setelah pulang nanti akan ku kirim ke anda lewat NC,"
"Iya, tidak masalah kok."
"Ehem... . Maaf untuk yang tadi ya," Federick melirik ke arah lain dengan perasaan tidak enak. Tapi telinganya agak memerah saat dia mengatakan itu.
"Pffttt, sepertinya anda sangat gugup ya. Anda sampai berkeringat dingin lho," ucapku sambil sedikit menjahilinya. Aku sudah hampir lupa bagaimana rasanya berdebar ketika seseorang menggenggam tanganku seperti tadi. Seakan-akan aku sendiri tidak ingin melepasnya.
"Aha ha ha, sungguh? Tapi anda tidak marah kan?"
"Tentu saja tidak. Apakah wajah saya terlihat sedang marah?"
"Kalau begitu saya akan melakukannya lagi."
Dengan nada sedikit bercanda tapi terdengar serius, Federick mengatakannya sambil melihat kearahku dengan mata yang berbinar-binar. Wajahnya itu benar-benar bisa membuat seseorang jatuh cinta kalau ditatap seperti itu. Sadarlah akal sehatku!
"Pffft! Anda bisa saja,"
Kami berlanjut ke area mall berikutnya. Kali ini kami menelusuri ke dalam gedung. Lampu-lampu yang bersinar terang, lagu-lagu berbeda yang di putar setiap toko menambah suasana ramai. Kami mengunjungi beberapa toko dan mencari barang-barang yang kami perlukan karena tujuan awalnya memang untuk berbelanja.
"Maaf, Federick bisa tunggu sebentar? Saya mau ke toilet dulu,"
"Baiklah, saya akan menunggu di sini."
Gill pergi kearah toilet dan Federick menunggu tidak jauh dari sana. Federick memeriksa ponselnya dan membuka satu pesan yang belum terbaca.
*Satu pesan dari Dilan belum terbaca*
"Yo! Federick, bagaimana kencannya?"
"Sepertinya lancar. Thanks untuk tipsnya."
"Hahaha! Jadi sekarang kalian dimana?"
"Masih di mall. Tadi sempat berkeliling di area taman terbuka,"
"Jadi~ apa sudah ada kemajuan? Aku menunggu lho,"
"Aku tidak bisa melakukan sesuai katamu semalam. Kami hanya pegangan tangan kok,"
"Bhahaha! Serius?! Akhirnya jodoh datang padamu! Bagaimana rasanya?"
"Rasa apanya?"
"Rasa menggenggam tangannya~"
"Ahh... Aku tidak bisa menjelaskannya,"
Wajah Federick benar-benar memerah, dia menahan senyum kegirangannya itu sekuat tenaga sambil membalas chat dari Dilan.
"Semangat teman! Pokoknya harus lebih romantis lagi! Cewek itu suka yang romantis walaupun di mulut bilangnya tidak tertarik,"
"Aku tidak bisa meragukan kemampuanmu itu deh, pengalamanmu kan sudah banyak,"
"Habis ini ajak dia nonton! Aku sudah pilihkan filmnya!"
"Serius? Tapi apa tidak terlalu cepat?"
"Makin cepat, makin bagus bro! Temanmu ini pasti akan bantu! Aku sudah belikan tiketnya, tinggal kamu cek di e-mail saja. Sukses bro!"
Gill kembali dari toilet dan menghampiri Federick di sana.
"Maaf sedikit lama ya. Hm? Apa ada sesuatu?"
"Tidak kok. Hanya chat dari teman soal kerjaan," (Kamu bohong tuan~)
"Baiklah, habis ini mau kemana lagi? Apa ada yang Federick belum beli?"
"Sepertinya sudah hampir semua. Gill bagaimana kalau menonton film bioskop? Teman saya sudah membeli tiket tapi tidak bisa menontonnya dan sekarang dia meminta saya yang pakai,"
"Hm... film ya? Ini belum teralu sore sih, kedengarannya bagus. Saya jadi penasaran film apa yang biasa teman anda tonton ini."
"Saya juga penasaran,"
Kami kemudian naik ke atas lagi menuju bioskop. Karena sudah di sini, aku juga tidak menolak ajakan Federick untuk menonton film. Akan teras sayang bukan, jika hanya belanja lalu pulang.
Saat Federick mengambil tiket, sepertinya dia sedikit terkejut. Aku tidak tau film apa yang akan ditonton dan membuatnya terkejut tadi. Dia mengatakan filmnya akan segera mulai di ruangan nomor 2. Aku melihat poster film yang terpasang dan menyadari film apa itu.
*Film yang akan diputar di ruangan nomor 2
'Kamulah Cintaku yang Bersemi'
Durasi : 1 jam 45 menit
Genre : Drama Dewasa Romantis
Di sutradarai oleh : Ruu Jiel
A- Apa?!! Inikan film romantis?! Gila! Apa aku akan menonton ini?! Nonton drama film online sendirian saja aku malunya sampai pukul-pukul kasur dan sekarang aku nonton genre beginian dengan Federick?!
Rasa kaget di jiwaku tidak bisa terhindarkan lagi. Astaga, membayangkannya saja sudah membuatku malu.
"Anu, maaf Gill. Saya benar-benar tidak enak jadinya. Saya tidak tau kalau teman saya membeli tiket seperti ini. Tapi jika anda tidak mau menontonnya, kita bisa cari film lain," ucap Federick dengan nada merasa tidak enak hati.
Dalam pikirannya Federick; Dilan! Ini keterlaluan, film ini terlalu ekstrim! Aku bahkan tidak pernah menonton drama romantis!
"Tidak apa-apa kok. Lagi pula waktunya sudah tidak keburu dan sayangkan sudah di bayar," Benar ngak ya kalau ngak apa-apa? Aku saja ngak yakin.
"S-Serius? Tapi apa sungguh tidak apa-apa? Saya merasa sedikit tidak enak lho,"
"Tidak apa-apa. Sudah terlanjur juga kan. Tapi Federick, saya tidak menyangka lho kalau teman anda adalah penggemar film romantis, hahaha,"
"Saya juga tidak menyangka juga kok,"
Kasihan, wajahnya Federick jadi sedikit pucat.
Ruang tamu di rumah Vince, Villa Golden Lion Park.
"Pfffttt!! Bwahahaha! Gila aku ngak nyangka Federick bakal nonton drama romantis! Vince, kemajuan kakakmu itu benar-benar pesat ya."
Dilan sedang berada di rumahnya Vince. Terlihat beberapa dokumen yang berantakan di atas meja.
"Sepertinya kamu sengaja belikan tiket film yang itu ya," ucap Vince sambil membalik halaman dokumen yang dibacanya.
"Aku cuman kasi jalan tercepat untuk Federick kok, lagian jangan teralu lama tarik ulur, yang ada lepas nanti jadinya."
"Hm"
"Ckckck, kamu serius banget sih. Aku jadi penasaran banget apa yang akan terjadi sama kencannya Federick nih, hahaha!"
Kembali ke ruangan dalam Bioskop.
Parah ini! Parah banget! Aku sama Federick sampai ngak ngomong apa-apa! Adegannya teralu romantis. Wajahnya Federick saja sampai memerah parah seperti itu. Aku bahkan ngak yakin kalau dia mengerti alur ceritanya apa ngak. Aku sendiri gugupnya bukan main, malah suara audionya kencang banget lagi!
"Roselia, aku sungguh-sungguh padamu. Kumohon tinggalkan Darwin dan pergilah bersamaku," ucap pemeran pria dalam film.
"Aku tidak bisa Andrey, aku sudah memilih jalan yang aku pilih," lanjut pemeran wanita dalam film.
Aku benar-benar tidak yakin bisa tahan menonton sampai akhir apa tidak, ucap Federick dalam hatinya. Dia mencuri-curi melirik saat Gill tidak sadar. Gill yang walaupun malu-malu tapi sebenarnya dia serius sedang menonton sambil menekuk jarinya di depan mulutnya membuat Federick tidak bisa konsentrasi.
Mata yang sedang serius menonton, bibir yang lembap, dan terlihat lehernya Gill yang mengundang perhatian membuat nafas Federick panas dan tidak beraturan. Detak jantung yang semakin kencang dan tidak bisa di kendalikan. Aku pasti sudah gila sekarang.
"Roselia, aku tidak bisa melepaskanmu!"
Pemeran pria itu menarik tangan sang pemeran wanita yang ingin pergi. Pemeran wanita itu tersentak kemudian jatuh ke pelukannya. Pemeran pria saat itu juga langsung mencium bibirnya dengan mesra.
"Andrey... tidak.. mmmhhh."
Gila!! Adegan ciuman ini aku benar-benar ngak sanggup lihat! Momennya benar-benar ngak mengenakan! Federick saja sampai tidak bersuara duduk terdiam disebelah ku!
Gill menutup wajahnya dengan kedua tangannya sedangkan Federick mengalihkan pandangannya seolah-olah tidak melihat adegan tersebut. Benar-benar menjadi sejarah untuk mereka berdua.
Setelah film berakhir, aku dan Federick keluar dari ruangan bioskop dan turun ke lantai bawah untuk makan sebelum pulang. Karena efek dari film barusan, suasananya jadi sungguh terasa canggung.
"Ehem, apa Gill habis ini masih ingin berkeliling lagi?"
"Hm? Kalau saya sih terserah anda. Saya di sini kan untuk menemani anda," kumohon jangan sampai bahas tentang film tadi!
"Sepertinya sudah agak malam juga. Mungkin habis ini kita pulang, besok saya ada waktu praktik,"
"Baiklah. Anda butuh istirahat juga, tidak baik jika memaksakan diri."
"Saya jadi senang, ternyata Gill memperhatikan saya~"
"Hahaha, saya memperhatikan siapapun kok."
Semakin malam, sepertinya area mall ini semakin ramai. Restoran yang Federick pilih sepertinya juga restoran favorit karena pengunjungnya semakin ramai saja. Setelah selesai makan, sebelum pulang Federick mengajakku untuk melewati pintu taman samping. Katanya kalau malam, lampu warna-warninya akan menyala semua.
"Whoa, ini sangat cantik. Lampunya benar-benar indah, wajar saja kalau di sini termaksud mall terbaik," ucapku sambil melihat taman ini.
"Tentu, soalnya teman saya juga yang merekomendasikan untuk ke sini,"
"Sepertinya teman anda benar-benar tau lokasi bagus ya,"
"Iya, sepertinya begitu,"
Nada bicara Federick terdengar berbeda. Sepertinya ada yang ingin dia ungkapkan. Dia berhenti berjalan dan mulai berkata sesuatu padaku.
"Gill, apa anda bisa mengabulkan satu permintaan saya sekarang?" walaupun terdengar serius, tapi Federick mengatakannya sambil tersenyum.
"Ya? Tentu. Apa yang bisa saya kabulkan?" tanyaku sambil merasa penasaran.
"Saya ingin Gill memejamkan mata,"
"Memejamkan mata?"
"Iya, saat memejamkan mata, anda tidak boleh mengintip lho,"
"Pfffttt, anda aneh-aneh saja. Baiklah, saya akan memejamkan mata. Apa seperti ini?"
Aku memejamkan mataku. Aku sedikit berdebar karena penasaran apa yang ingin Federick lakukan.
"Jangan mengintip ya,"
"Baiklah~"
Federick meraih tanganku dan rasanya dia sedang membalutkan sesuatu. Dengan masih memegang tanganku, dia meminta aku untuk membuka mata.
"Sekarang anda boleh melihatnya,"
"Federick, ini... "
Aku melihat sebuah gelang berwarna putih dengan gantungan bintang-bintang kecil yang cantik terpasang di pergelanganku.
"Ini tanda niat saya pada anda, Gill."
•
•
•
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Dhina ♑
apa harus marah dulu
2021-08-15
0
alien
jejak
2021-01-25
0
Wirdah K 🌹
sudah aku like sampai bab ini Kakak😊
2020-10-23
2