Biiip! Biip! Biip!
Suara alarm membangunkanku. Ugh, ... . Kepalaku jadi sakit. Semalam aku jadi kepikiran sama itu. Aku bangun dan duduk di tempat tidurku. Rasanya aku tidak akan bisa melupakan bayangan terburuk dari dalam hidupku.
Aku melihat ponselku. Sekarang pukul 06.25 pagi. Waktu yang masih banyak sebelum berangkat kerja.
Tring! Notifikasi baru muncul di ponselku. Kalau pagi-pagi begini aku sudah tau pasti siapa yang mengirimnya.
*Anda memiliki satu pesan yang belum terbaca.
Hallo! Selamat pagi! Apa tidurnya nyenyak? Kemarin Leon bersama kakek ke kebun. Bunga yang waktu itu Leon tanam sudah mekar! Warnanya cantik! Kalau bisa Leon mau kirim ke sana supaya bisa lihat.*
Ahh, anakku ini manis banget. Terimakasih Tuhan, engkau mengirimkan malaikat kecil semanis ini kepadaku.
Setiap pagi Leon selalu mengirimiku pesan singkat lewat ponsel ibuku. Dia benar-benar tidak ketinggalan satu hari pun. Usianya sekarang 5 tahun, tapi dia cerdas. Dengan bantuan ibuku, dia sudah bisa menulis dan membaca dengan lancar.
Tring!
Ah, ada satu pesan masuk lagi.
*Gill, bagaimana kabarmu? Ibu dan ayah sekarang sehat-sehat saja. Ibu tau rasanya sedikit aneh ya kalau bicara seperti ini. Ayahmu bahkan tidak tau mau menulis pesan padahal sudah ibu suruh. Tapi kamu tau kan ayahmu itu orang seperti apa.
Jangan khawatir sama Leon, dia akan baik-baik saja. Kamu hidup dengan baik di sana ya. Jangan lupa istirahat dan jaga kesehatan. Jangan teralu memikirkan apa yang sudah berlalu. Ibu selalu sayang pada kamu.*
Ibu, terimakasih. Aku pasti tidak akan membuat ibu cemas.
Rasanya aku mau menangis lagi setelah membaca pesan itu. Di dunia ini, tidak akan ada sahabat yang lebih dari sahabat dan tidak ada kasih sayang yang lebih daripada kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Semua yang mereka berikan adalah hal yang luar biasa paling tulus.
Aku mulai bangun dan bersiap. Ketika aku membereskan tasku, aku melihat alamat Nine Chat yang di berikan Federick kepadaku.
Ah, aku hampir lupa sama ini deh. Apa Aku coba bergabung saja ya?
Aku sudah mempunyai akun Nice Chat. Aku menggunakan ID dengan nama Blue Owl agar tidak ada yang mengenaliku. Rasanya gimana sih kalau pake nama asli gitu? Pikirku.
Aku memasukan ID alamat forumnya dan Tara! Ternyata ini ID alamat resmi. Gila, Federick pasti benar-benar kenal sama authornya kalau bisa punya alamat resmi begini.
Forum ini bernama My talking Flower. Author dari Novel Bunga Berbicara juga punya akun resmi di sini. Dan di lihat dari anggotanya, forum ini benar-benar forum resmi dengan jumlah pengikut 5000 lebih.
Aku mengscroll berandaku. Kelihatannya ini forum yang menarik. Bukan cuma novel, tapi pembahasan komiknya juga banyak.
Tiba-tiba notifikasiku menyala. Ternyata ada permintaan mengikuti akunku. Sapu lidi? Namanya unik banget. Menurutku tidak aneh sih orang-orang menggunakan nama ganti, karena aku juga begitu. Aku mengkonfirmasi permintaannya itu dan diterima.
Aku harus segera bersiap untuk bekerja. Waktu tidak akan menungguku kalau bermalas-malasan.
Sesampainya aku di toko, seperti biasa aku membantu yang lainnya bersiap. Saling bekerja sama itu akan mempercepat pekerjaan.
"Aduhh!!"
Seseorang sepertinya sengaja menabrakku dari belakang. Ketika aku menoleh, aku tau itu adalah Yuni.
Pagi-pagi gini udah ngajak berantem nih orang. Maunya apa sih. Ucapku kesal dalam hati. Biasanya aku selalu mengabaikan dia, mungkin itu juga yang membuatnya semakin jadi menggangguku.
"Jangan dihirauin Gill. Nanti juga dia bosan sendiri,"
"Aahaha, Iya. Tapi cuman kadang aku ngak paham saja sama dia,"
"Biasalah. Orang begitu di biarkan saja, dikasi tau juga dia ngak akan denger."
Wanita yang di sampingku ini adalah Yuanita. Dia bekerja di sini sudah cukup lama dan hanya berbeda satu tahun lebih muda dari Yuni. Dia orang yang baik. Semua karyawan di sini menyukainya, tapi tentu saja tidak termaksud Yuni. Aku pernah ingat Yuanita membela anak baru yang ditindas oleh Yuni beberapa waktu lalu. Saat itu Yuni kelihatan kesal sekali.
"Gill, bagaimana dengan konsep katalog baru? Apa ada kendala?"
"Hmm, ngak ada masalah sih Kak Nita. Kemarin Renata sudah melihatnya. Aku harap akan sebagus bulan lalu,"
"Kamu rajin ya, aku senang ada anak seperti kamu di sini. Yang lainnya malah pada cuek sama kerjaan,"
"Hehe, aku cuman kebetulan bisa saja kok makanya aku bantu,"
Setelah beberapa saat, kami selesai berkemas. Dan toko mulai kedatangan pelanggan. Memulai aktivitas yang seperti biasanya.
Aku menyusun beberapa buku catatan dan buku jurnal yang baru dibuka ke raknya masing-masing. Ketika aku menyelipkan buku itu, tangan seseorang sedang mengambilnya juga dari belakang tubuhku. Aku langsung menoleh. Wajah yang tidak asing!
"W-Whoa?!! Dokter Federick?!!"
Aku benar-benar terkejut dia ada di sini. Gila! kok bisa ketemu lagi?!
"Nona Gill? Wah sungguh kebetulan lagi kita bertemu lagi. Anda bekerja di sini ya?"
"Ah.. Iya. Saya memang kerja di sini."
Dari semua toko yang ada kenapa Federick bisa ke sini?! Emm.. Tapi bagus juga sih, berarti pelanggan toko jadi nambah satu lagi.
"Kita benar-benar berjodoh sepertinya. Buktinya kita ketemu lagi secepat ini,"
"Aa aa, ... . Iya, mungkin saja begitu,"
Wajahnya Federick berseri-seri. Dia tersenyum dengan manisnya. Jika di gambarkan, seperti ada efek cahaya cling! cling! yang berkilau di sekelilingnya.
Pak dokter, gula darahku bisa naik kalau anda sering berekspresi seperti itu...
Yang sebenarnya terjadi adalah, ketika mereka berpisah di depan kafe kemarin. Federick mengikuti Gill dan Renta yang kembali ke toko secara diam-diam. Dia bahkan sampai di curigai oleh petugas keamanan karena bertingkah mencurigakan.
Kembali ke Gill dan Federick berada.
"Ah, apa anda sedang mencari buku jurnal?"
Aku melemparkan pertanyaan padanya. Tidak mungkin kan kalau kami terdiam saja berdua berdiri di situ.
"Iya. Aku mencari buku jurnal yang bagus. Apa Nona punya rekomendasi?"
"Tentu, kalau untuk jurnal anda bisa memilih buku dengan kertas kualitas Eco-Friendly Ink. Tintanya tidak akan luntur kemana-mana ketika anda menulis diatasnya. Ada beberapa buku dengan kertas impor dibuat dengan Eye-Protective Paper. Anda bisa melihat keterangannya di belakang buku. Untuk standar ukuran 128*188mm, memang ukuran yang cocok karena akan nyaman di bawa kema-mana,"
Hm! Aku bangga akan pengetahuanku. Memilih sesuatu secara teliti adalah pilihan yang tepat.
"Wah, anda hebat. Saya bahkan tidak tau ternyata buku juga punya kandungan seperti itu,"
Dia menatapku dengan ekspresi terkagum-kagum. Sontak saja aku jadi langsung merasa tidak enak. Aku menyukai buku. Jadi jika sempat aku iseng memperhatikan buku-buku yang ada. Tapi karena telalu semangat, aku jadi berbicara teralu banyak. Habislah aku! Federick pasti menganggapku aneh!
"Hahaha. Nona orang yang sangat menarik ya. Sebagian orang tidak akan memperhatikannya sampai ke situ. Tapi berkat nona saya jadi tau banyak hal,"
"Aha ha ha..., terimakasih atas pujiannya. Apa Federick masih libur? Sepertinya anda sedang senggang sekarang,"
"Tidak, jam praktik saya nanti siang. Karena saya sedang mencari sesuatu jadi saya mampir ke toko ini, " *sebenarnya yang kucari itu kamu.
"Begitu rupanya. Apa ada yang anda cari lagi? Saya akan bantu mengambilnya,"
Aku membantu Federick mencari beberapa barang yang ingin dia beli. Ternyata dia adalah orang yang menyenangkan. Walau terkadang aku tidak tau apa maksudnya bertingkah seperti itu. Ya pura-pura ngak tau sih.
Aku mengantarnya ke kasir. Di sana ada Kak Yuanita yang berjaga. Setelah menghitung pembelanjaannya, aku membungkus barang yang dia beli tadi dengan paper bag.
"Terimakasih karena Nona Gill sudah merekomendasikan buku yang bagus,"
"Itu bukan apa-apa. Saya senang bisa membantu kok,"
Dia mengucapkan terimakasih padaku. Sebenarnya aku senang dia menyukai rekomendasi ku. Kak Yuanita berbalik untuk minum dan menitipkan meja kasir kepadaku.
"Lain kali mungkin saya akan meminta bantuan Nona Gill lagi,"
Federick menyalurkan tangannya untuk bersalaman. Aku menyambut salaman itu. Tangannya terasa besar dan hangat. Tentunya aku ngak berpikiran yang aneh-aneh kok.
"Kalau seperti ini, jadi ingat kejadian dalam novel ya. Rui menyalami Nao kemudian menciumi punggung tangannya yang menandakan sampai bertemu lagi,"
"PUUHH!!"
Kak Yuanita yang sedang minum itu langsung tersedak. Aku membeku dan tidak bisa bicara apa-apa karena syok!
"H-Hah? Eh? Apa?!"
Akal sehatku yang malang berpikirlah!!! Kok dia bilang begitu?! Maksudnya apa?! Situasinya kok begini?!!
Federick masih tersenyum di sana dengan senang berbunga-bunga. Yuanita menatap kearah kami berdua dengan ekspresi terkejut dan kebingungan. Aku sendiri masih terbengong kaku. Seseorang tolong jelaskan padaku!
"Kalau begitu, saya pamit dulu. Saya harus bersiap ke tempat praktik. Sampai berjumpa lagi,"
Dengan santainya dia beranjak pergi, meninggalkan aku dan kak Yuanita yang membeku di sana.
"Wah aku telat. Gila! Pagi-pagi begini sudah macet banget!
Eh?!! Dokter Federick?! Anda di sini?!"
Renata yang baru tiba bertemu dengan Federick di pintu masuk. Dia terkejut karena melihat Federick di sini.
"Ah, halo Nona Renata. Saya pamit duluan ya,"
"Y-Ya, iya! Terimakasih sudah mampir,"
Setelah Federick benar-benar pergi, Renata langsung berlari menghampiri ku.
"Gill!! Yang tadi itu?!! Kamu?! Dia?! Kok Bisa?!!"
Renata langsung menyerbuku dengan pertanyaan. Jangankan kamu Ren, aku juga ngak tau apa yang sudah terjadi,
•
•
•
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Yukity
Hadir Thor..
salken dari GADIS TIGA KARAKTER
2021-09-12
0
Dhina ♑
Penilaian berubah
Vote seikhlasnya
2021-08-15
0
BELVA
hallo authoor kece absen sore dtang nih
2021-01-24
0