Aku menatapinya dengan penuh curiga. Renata berpura-pura tidak melihatku dan sedang berusaha mencari alasan.
"Kamu kenal dia? Dia siapa?" tanyaku lagi.
"Dia teman .... ( suara yang mengecil )"
"H-Ha?"
Suaranya mengecil dan aku tidak bisa mendengar perkataannya.
"Aku ngak dengar kamu ngomong apa,"
"Ahahaa... itu... sebenarnya. Dia teman kencan butaku minggu lalu," jawabnya sambil menggaruk-garuk pipi.
*Bukannya tadi dia sendiri yang marah dan mengeluh soal biro jodoh? Dan apa ini, taunya sudah ikut kencan buta lagi. Rasanya aku menyesal sudah prihatin*
"Bukannya tadi kamu sendiri yang bilang bosan dan sekarang?"
"Hehehe... maaf karena aku belum sempat menceritakannya. Aku punya kendala lain tapi Gill, aku minta bantuanmu! Tolong jangan katakan apapun ke Mama!" mohon Renata.
Oho~ Apa ini? Sepertinya akan bagus kalau aku memanfaatkannya. Aku bisa menekan Renata jika sewaktu-waktu dia akan mengerjai aku
"Hmm.. aku tidak tau Ren. Aku tidak bisa menjaminnya~" kataku dengan tersenyum jahil.
"Aduh jangan begitu Gill. Kita kan sahabat dan kamu harus membantuku. A-Atau begini saja, aku akan traktir kamu kalau kita sepakat!"
Yes! Aku benar dan aku bisa menggunakannya
"Kamu serius? Waah sepertinya aku akan mendapatkan tiket makan malam gratis." kataku dengan menggantung.
"Benar! Serius! Soal makan malam itu gampang! Setuju? Oke aku setuju!"
Renata langsung memaksa dan tidak membiarkan aku menjawab. Jarang sekali melihatnya terjepit dan aku merasa puas.
"Apaan itu? Aku belum menjawabnya lho,"
"Pokoknya setuju dan tidak tergugat lagi!"
"Pffttt kamu tidak takut aku akan berkhianat nih?" godaku.
"Ngak! Aku yakin kamu ngak begitu!"
Renata mengatakannya dengan sangat yakin. Dia bisa begitu karena aku sendiri juga tidak akan tega menindasnya. Malah jujur saja, terkadang akulah yang sering tertindas dan itu membuatnya terasa tidak adil.
Aku pun membukakan pintu. Pria yang semulanya ingin pergi itu langsung tegap kembali melihat kami. Tidak tau ini pikiranku saja atau memang sebenarnya dia terlihat canggung dan kikuk?
"H-Halo maaf, aku jadi mengganggu kalian pagi-pagi begini," ucapnya dengan canggung.
Dia menundukkan kepala dan yang aku perhatikan, telinganya memerah. Dengan topi yang dikenakannya itu membuatku tidak bisa melihat jelas wajahnya.
Aku tau yang seperti ini. Aku sering melihatnya di komik dan membacanya di novel. Pria yang tersipu malu dengan efek blushing kemudian ada bunga-bunga yang mekar di sekelilingnya. Tunggu, apa tadi aku bilang bunga-bunga?
"T-Tidak! Tidak apa-apa kok. Aku hanya tidak mengira kamu akan kesini langsung," sambut Renata.
"Tidak karena ini salahku juga. Aku salah karena tidak mengabarinya dulu sebelum kemari,"
Mereka berdua saling mengobrol sampai cekikikan sendiri. Aku yang bersandaran di pintu hanya menyaksikan pemandangan ini ; apa aku hanya menjadi obat nyamuk?
Karena merasa tidak enak membiarkan teman Renata ini mengobrol di luar, aku pun menawarinya untuk masuk.
"Ren, apa kamu tidak ingin mengajaknya masuk ke dalam? Aku bisa membuatkan minuman ...."
Mereka masih terus mengobrol berdua dan tidak menghiraukan. Sepertinya keberadaan ku disini terasa tidak berarti.
Aku dicuekin?! Kalian mau menyiksa jomblo ini dengan mesra-mesraan begitu ya?!
"Ehem! Sepertinya aku punya hal yang harus dikerjakan. Aku pamit untuk masuk duluan."
Aku pura-pura batuk dan sengaja mengatakan itu. Sontak saja Renata tersentak kaget dan dia menyadari maksudku.
"Astaga aku hampir lupa! Gill mari aku perkenalkan. Ini adalah Dave dan Dave, ini adalah Gill sahabatku," respon Renata dengan cepat.
Itu bukan hampir tapi kamu sudah benar-benar lupa!
Dave menyalurkan tangannya untuk bersalaman dan aku meraihnya.
"Maafkan aku karena ini. Perkenalkan namaku Dave Bastian. Aku tinggal di kompleks Camelia C3, salam kenal dan senang bertemu denganmu," ucap Dave yang sedikit kikuk karena merasa bersalah akibat kejadian tadi.
"Namaku Gill, salam kenal dan senang bertemu dengan Anda juga,"
Renata menjelaskan bahwa dia mengenal Dave sekitar 2 minggu lalu dan sekarang mereka lebih sering ketemuan. Dave mengetahui alamatku dari Renata saat saling berbalas pesan dan dia mencoba datang langsung.
"Oh iya aku hampir melupakannya. Aku membawakan cake dan semoga kalian menyukainya," ucap Dave sambil menyerahkan sebuah bingkisan putih pada Renata.
"Aaah... sebenarnya kamu tidak perlu repot-repot begini," sambut Renata.
"Karena aku kebetulan lewat makanya sekalian saja. Jadi jangan merasa sungkan ya,"
"Terimakasih banyak lho,"
"Iya dan ngomong-ngomong aku harus lanjut lari pagi. Sampai ketemu lagi ya,"
Pria itu pamit dan melambaikan tangannya saat pergi. Aku memperhatikan Renata yang tidak berhenti menatap bayangan orang itu walaupun sudah jauh.
"Astaga... ternyata di depan rumahku banyak bunga yang mekar ya." sebutku dengan sengaja.
"Eh!" kaget Renata.
"Bunganya sangat indah sampai aku tidak bisa berhenti menatapnya~"
"Bhahaha! Kamu ini apa-apaan sih. Tadi juga sudah bilangkan kalau dia cuma kebetulan lewat?" elak Renata.
"Apanya yang kebetulan? Blok ini saja sudah beda tiga komplek dengan Blok Camelia. Kebetulan lewat yang jauh tapi sempat membelikan cake? Jangan membohongi aku deh."
"Jangan begitu dong~ Aku juga tidak menyangka dia akan datang langsung,"
"Kamu jadi senang banget ya?"
"Pastinya, hohoho!"
"Senang boleh tapi jangan lupa traktiran kamu ya," ucapku menyinggung topik sebelumnya.
"Eh?! Aku pikir tidak jadi karena kamu bilang belum bilang setuju?" pura-pura lupa.
Mau menghindar dari tanggung jawab ya? Hohoho tidak semudah itu~
"Hmm.... sebenarnya aku tidak apa-apa sih kalau batal. Lagi pula jika Tante Emila bertanya aku cukup bilang seperlunya saja kan~" balasku.
"O-Oke! Itu jadi! Itu jadi kok!" paniknya Renata.
"Nah begitu dong~"
"Kamu puas banget ya memeras aku," katanya dengan pasrah.
"Puas banget~"
Aku dan Renata kembali masuk kedalam sambil membicarakan kejadian ini. Aku terus menggodanya dan dia tidak bisa berkutik.
"Gill bagaimana kalau gantinya cake ini saja? Hitung-hitung traktiran kamu makan?"
"Itu ngak termaksud makan."
"Kan dimakan juga kenapa tidak termaksud?"
"Yang namanya makan itu makan nasi. Kalau cuma makan cake, itu namanya cuma ngemil,"
"Buset deh! Apa bedanya itu?!"
"Jelas beda dong~"
...****************...
Kami pun berangkat bersama ke tempat kerja. Renata membawa mobilnya sehingga aku mendapatkan tumpangan dan tidak perlu berjalan kaki.
Walaupun aku sudah sangat sering naik mobil tapi rasanya mabuk kendaraan ku ini tidak bisa hilang.
"Lihat wajahmu itu. Sudah seperti ayam yang sedang sakit." ucap Renata sambil mengemudikan mobilnya.
"Diam lah .... aku sudah sangat pusing." jawabku sambil menekan kepala.
"Kayaknya kamu ngak bakal cocok jadi orang kaya deh. Sering naik mobil tapi masih saja mabuk, bhahaha!" lanjut Renata dengan senang melihatku begini.
"Bahagia banget ya kamu. Lihat nanti, aku akan muntah di mobil saja. Hoeekk~"
"Gill jangan bercanda! Aku baru membersihkannya kemarin!"
Tidak perlu memakan waktu yang lama dengan kisaran waktu 20 menit jalan memutar, kami pun sampai.
Renata menurunkan aku di depan dan dia harus memarkirkan mobilnya di gedung sebelah. Aku pun berjalan masuk segera.
Ini adalah Emila's Gift House. Sebuah toko kado dan peralatan tulis produksi sendiri yang berlokasi di pusat pertokoan besar ibu kota dengan bangunan dua tingkat. Toko ini adalah milik ibunya Renata, dia menyerahkan semuanya pada putrinya ini untuk di kelola.
Dengan suplai bahan baku berkualitas dari dalam dan luar negeri, toko ini memproduksi sendiri barang-barang yang dijualnya. Mereka punya rumah produksi sendiri dilokasi lain.
Pekerjaanku di sini bukan hanya karyawan yang melayani pembeli tetapi juga termaksud membantu pengelolaan stok dan gudang. Aku sering bolak-balik lantai bawah dan lantai atas tapi, yang paling aku sukai adalah masuk menjadi bagian staf pemasaran. Karena bagian staf pemasaran adalah bagian yang kuambil untuk memuat desain barang baru.
"Psst, apa kamu lihat itu,"
"Kayaknya dia bakal jadi karyawan kesayangan anak bos,"
"Benar, aku juga melihatnya sendiri mereka datang bareng. Mentang-mentang teman baik, dia jadi dimanjakan."
Orang-orang Ini hanya sekelompok yang tidak berguna. Sepagi ini sudah membicarakan orang. Aku juga tau siapa yang mereka maksud tapi masa bodoh dengan hal itu, aku tetap lanjut ke ruangan staf untuk meletakan barang.
"Kalian lihat kan? Dia bahkan tidak menegur kita,"
TAP TAP TAP
"Buat apa dia harus menegur kita? Kita hanya karyawan biasa dan dia anak spesial pemilik toko."
Wanita yang berjalan mendekat dengan senyuman sok manisnya itu adakah Yuni. Dia karyawan lama yang menjabat sebagai ketua tim pemasok barang. Setiap catatan dan hitungan barang masuk dari gudang harus dikelola olehnya.
"Gill sayang~ Ini masih pagi tapi kenapa kamu sibuk sekali? Apakah tidak ada waktu untuk saling menegur dengan kami?"
Wanita licik. Apa dia berpikir aku tidak tau maksudnya? Dia ingin membuatku ditekan oleh orang-orang yang memihak dirinya
"Maafkan aku Kakak Yuni. Aku harus segera bersiap karena toko akan segera buka. Kakak juga tau bukan? Disini semuanya dituntut untuk konsisten."
"Astaga kamu ini. Apa kamu ingin bilang bahwa kita semua yang sekarang ini tidak berkonsisten?"
"Aku tidak mengatakan para seniorku tidak konsisten. Aku hanya menjawab perkataan Kakak tadi mengenai kesibukanku."
"Hei anak sombong. Apa kamu pikir kerjamu yang paling bagus? Mentang-mentang bisa mengandalkan kedekatan mu dengan anak bos sekarang, kamu jadi besar kepala ya!"
Aku tidak akan menang beradu argumen dengan mereka. Selain Yuni yang awalnya sudah memprovokasi, yang lainnya juga pada dasarnya tidak menyukaiku.
"Tenanglah. Aku tidak ingin ada yang salah paham bahwa kita sedang menindas Gill." ucap Yuni sambil menepuk bahu orang yang menyerangku dengan kata-kata tadi.
Yuni tersenyum padaku dan aku membalasnya dengan tatapan dingin. Aku tidak akan tertipu dengan sandiwaranya.
"Mungkin kita masih kurang berkontribusi jadi Gill mencoba memberitahukannya. Seseorang yang mendapatkan perlakuan khusus pasti punya kelebihan jadi mungkin enggan untuk menegur kita yang dibawah. Apa aku benar?"
Dia mengajak ku untuk beradu argumen. Dengan sengaja Yuni mengumbar sesuatu yang membuatku terlihat merendahkan karyawan lainnya.
Tidak mempan untukku. Aku tersenyum dan membalas kata-kata mereka.
"Tentu saja karena harusnya para senior disini juga tau bukan? Pemilik toko tidak pandang hubungan kerabat soal kualitas kerja. Bahkan untuk putrinya sendiri, beliau memberikan ujian untuk dilalui. Yang aku ingin katakan adalah, daripada mengurusi dan membicarakan orang lain lebih baik para senior menaikan kualitas masing-masing."
"K-Kamu!"
Aku tidak memperdulikannya dan beranjak pergi. Yang hanya bisa mereka lakukan adakah membicarakan orang dibelakang. Bukannya memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri, yang ada hanya mengisi hati dengan iri dengki.
Selama kamu bisa melakukan semuanya dan tenang menghadapi, kamu adalah pemenang
...****************...
Waktu berlalu dan sekarang aku sedang menulis data barang yang akan dimasukan minggu depan. Mereka akan menambahkan beberapa barang baru sebagai tanda pergantian musim berikutnya.
"Akan banyak daftar yang diubah dan harusnya ini lebih banyak mendapatkan kecocokan." ucapku sendiri.
Aku mendengar suara langkah kaki yang mendekat. Saat aku menoleh, itu adalah Renata yang turun dari lantai atas.
"Wah wah~ jam istirahat begini kamu masih rajin banget isi data. Kayaknya janji traktirannya harus aku tambahin deh."
"Kamu ngak harus beneran traktir aku kok Ren. Aku kan masih punya uang makan."
Aku menutup tutup pulpen yang digunakan tadi dan merenggangkan tubuhku yang sudah kaku. Rasanya duduk beberapa jam membuat kursinya menempel padaku.
"Tadi pagi saja kamu maksa banget dan sekarang aku tawarin malah di tolak,"
"Aku kan ngak bilang harus hari ini~"
"Astaga orang ini benar-benar ya! Sudahlah dan sekarang temani aku makan diluar. Kemas barang-barangnya nanti saja,"
"Oke, oke bos~" jawabku dengan malas.
Renata mengajakku ke Food Hall yang ada di tengah kawasan pertokoan. Katanya ada kafe baru yang dibuka dan dia ingin mencobanya.
Kami berjalan kaki ke sana. Suasananya tidak terlalu ramai karena ini adalah Senin dan kebanyakan orang akan berdatangan sore nanti.
Sembari berjalan, Renata menceritakan secara lengkap hubungannya dengan Dave. Jujur saja aku sudah tidak terkejut lagi. Renata sering gonta-ganti pasangan tapi belum ada yang bisa menempel di hatinya.
Perasaan dia baru saja putus dengan mantannya beberapa waktu lalu dan sekarang sudah dapat gebetan baru lagi
"Jadi menurutmu bagaimana?" tanya Renata.
"Apanya yang bagaimana?"
"Si Dave itu,"
"Dave kenapa?"
"Aah kamu ngak peka deh. Aku tanya gimana pendapatmu soal Dave?"
Aku diam dan berpikir sejenak. Secara logika sekarang pengalamanku berpacaran itu tidak ada dan aku dimintai pendapat dengan orang yang sudah lebih banyak pengalaman?
"Kamu ngak salah tanya orang Ren?"
"Karena kamu jomblo jadi aku tanya kamu. Biasanya kan para jomblo itu jeli, hehehe,"
"Wah, kamu lagi memuji atau menghina nih ceritanya?"
"Pfftt! Hahaha jangan begitu~ Aku serius tanya pendapat karena kamu sahabatku kan?" ujarnya sambil merangkul pundakku.
"Sahabat juga ngak begini kali. Jangan kencang-kencang, kamu berat tau!"
"Ihh gemes deh kalau lihat kamu marah hahaha!"
Aku mengatakan pendapatku soal Dave dan Renata pun senang melihatku memberikan jawaban. Menurutku hubungan mereka teralu cepat jika harus dibilang cocok atau tidak. Belum juga sebulan dan bertemu langsung juga tidak tau baru berapa kali. Terutama orangnya seperti apa juga masih belum diketahui.
"Nah terus kenapa aku ngak boleh cerita kalau Tante Emila bertanya?" sahutku mengganti pembicaraan lain.
"Kamu kayak ngak kenal mama saja deh. Baru juga minggu lalu aku diajak ke biro jodoh dan bisa gawat kalau mama tau aku sudah dapat gebetan baru. Lagian seperti yang kamu bilang tadi, cocok atau tidak belum bisa ditebak,"
"Lah, bukannya Tante juga tau kamu sering ganti pacar?"
"Justru itu sekarang sudah diperketat sama mama. Bisa saja aku diseret ke kantor catatan sipil."
"Bagus dong, jadi masalah kebelet nikah kamu kan kelar?" jawabku sambil tertawa kecil.
"Memangnya kamu pikir nikah itu kayak balikin telur dadar? Serasa gampang?" kesal Renata.
"Idih, balikin telur dadar juga ngak gampang tau. Kamu saja gorengnya masih ada yang nempel di penggorengan,"
"Nah itu tau!"
"Hahaha! Oke-oke aku paham kok. Aku mendoakan sahabatku ini mendapatkan jodoh yang terbaik, yang ganteng, yang bertanggung jawab, yang berwibawa, yang akan selalu sayang istri,"
"Kamu kok kayak ngak ikhlas sih doain aku?" sela Renata meragukan.
"Doa yang baik harus di aminin tau, aminin dong~"
"Iya iya aku aminin sekarang. Puas kamu, puas?!" ucapnya dengan merasa kesal.
"Nah begitu dong, hahaha!"
Kami terus melangkah sambil melihat-lihat sekeliling. Banyak sekali barang-barang yang terpajang di sepanjang area pertokoan.
"Hei Gill," panggilnya.
"Hm, apa?"
"Aku jadi penasaran sama kamu deh,"
"Penasaran soal apa?"
"Kamu sudah dua tahun lebih disini, aku ngak pernah dengar kamu bahas soal cowok dan sebelumnya juga ngak pernah ingat kamu sudah pernah pacaran atau belum,"
"Nah terus?"
"Ya heran saja sih, padahal di toko aku perhatiin kamu juga anteng saja. Pulang langsung balik ke rumah, libur ngak kemana-mana, dekat sama orang juga ngak. Memangnya kamu ngak tertarik sama cinta?"
Mendengar pertanyaan Renata membuatku seperti merasakan luka lama. Perasaanku yang seperti sudah mati ini tidak ingin bersinggungan dengan asmara lagi akibat kejadian itu.
"Kok kamu diam?" tanya Renata.
"Yaa~ sebenarnya ada alasannya sih," jawabku.
"S-Serius?! Kenapa kamu ngak cerita?!"
Mata Renata menatapku dengan berbinar-binar. Wajahnya dengan jelas menggambarkan dia sangat penasaran dan merasa tidak sabar untuk mendengar nya dariku.
"Singkirkan tatapan mu. Itu membuatku takut tau ngak..."
"Aku begini karena penasaran! Gill yang tenang seperti air ini apakah sudah punya pacar rahasia? Pangeran tampan yang disembunyikan? Ah atau malah dia yang menyembunyikan kamu?!"
"Khayalan kamu itu tinggi banget. Kayaknya cocok untuk di tulis ke novel deh,"
"Gill aku serius! Kasi tau aku sedikittttt saja soal asmaramu itu, oke?!"
"Pffft baiklah kalau kamu penasaran banget. Jadi begini, sebenarnya .... "
"Sebenarnya .....???"
•
•
•
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
anan
lanjut tor
2022-12-30
0
Dhina ♑
Ingat selalu Rate ⭐⭐⭐⭐⭐
2021-08-15
0
BELVA
mangatzzz
2021-01-22
0