Episode 9 Yang mulai berjalan bagian (5)

Setelah beberapa berlalu, aku kembali ke kehidupanku yang normal. Kembali bekerja seperti biasanya. Hidup memerlukan biaya itu faktanya.

Soal kartu ucapan yang keterima dari Federick waktu itu, sekarang Renata semakin menjadi mengejekku. Aku bisa gila kalau begini terus. Bicara soal itu, hari ini aku bertemu dengan Federick. Dia kembali berkunjung ke toko. Dengan ekspresinya yang menawan itu, orang-orang bisa salah paham. Bagaimana seorang dokter bisa meluangkan waktunya seperti ini?!

"Buku jurnal yang kemarin anda rekomendasikan benar-benar bagus. Bahkan keponakan saya menyukainya,"

"Syukurlah kalau begitu. Tapi apa anda bisa tidak tersenyum seperti itu pada saya....?"

"Ya? Tapi saya hanya tidak bisa menyembunyikan kegembiraan saya setelah bertemu dengan anda lagi sekarang."

"Aha ha ha... .T-Terimakasih,"

Pak! Karyawan yang lain sedang memperhatikan anda! Sial! Senyumannya itu teralu banyak mengandung gula. Sekarang aku malah seperti melihat ada cahaya yang silau di wajahnya!

"Apa anda sudah bergabung dengan grup NC waktu itu?"

"Ah, saya sudah bergabung. Grupnya menyenangkan, terimakasih sudah memberikan ID-nya"

"Bukan masalah, saya senang jika anda menyukainya,"

Saya senang anda menyukainya? Ah gawat, aku belum menyampaikan ucapan terimakasih atas bunganya waktu itu.

"Anu, sebenarnya terimakasih juga untuk bunga yang anda titipkan waktu itu. Bunganya bagus,"

"Sungguh?! Wah, saya sangat senang anda suka. Saya sempat khawatir anda tidak menyukai bunganya,"

"Saya menyukai bunga berwarna cerah. Karena sejak kecil ibu saya menanam bunga yang banyak di sekitar rumah,"

"Ah, kalau begitu mungkin saya juga harus menanam bunga di rumah," *Siapa tau anda jadi mau berunjung ke rumah saya*

"Y-ya? A-apa?"

"Tidak, bukan apa-apa. Oh iya saya baru mengingatnya. Keponakan saya mencari beberapa buku tulis baru, mungkin karena sebentar lagi sekolah akan di mulai."

"Keponakan anda?"

"Iya benar. Dia baru kembali ke sini setelah berlibur dari tempat tante saya di Hong Kong beberapa waktu lalu."

"Wah itu pasti menyenangkan. Tapi kakak anda juga pasti repot ya mengurus anak yang akan memulai sekolah."

"Kakak? Maaf tapi saya tidak punya kakak,"

"Ah, astaga maaf. Jadi maksud anda keponakan itu?"

"Haha. Dia anak dari adik saya. Saya cuma punya satu adik laki-laki dan sekarang keponakan saya 11 tahun."

Tunggu sebentar, adiknya Federick? Bukankah waktu itu kalau tidak salah Federick bilang umurnya 30? Terus adiknya sudah punya anak umur 11 tahun? Waduh, berarti adiknya Federick ini nikah muda dong?

"Tidak apa-apa. Saya yakin anda juga merasa bingung kalau keponakan saya sudah sebesar itu,"

"Berarti adik anda itu menikah terlebih dahulu dari anda?"

"Benar. Sepertinya saya sudah dilangkahi jauh oleh adik saya dan saya sendiri juga sekarang masih sendiri. Tapi siapa tau Nona Gill mau menemani saya,"

Sambil menatap ke arah mataku dengan wajah yang berseri-seri dia berkata seperti itu... .Dia berkata seperti itu?! Berpikirlah Gill! Itu cuman kata-kata biasa! Pasti ngak ada maksud apa-apa! Sadarlah wahai alam bawah sadarku! *Tapi kalau dengar perkataan seperti itu ya jadi mikir yang aneh-aneh kan.

"Aha ha ha ... . Anda bisa saja. Kalau begitu mari saya bantu anda mencari keperluan keponakan anda."

Demi menghindari percakapan yang lebih aneh lagi, aku mengajak Federick untuk mencari barang-barang yang dia butuhkan. Aku tidak terbiasa dengan tatapan karyawan lain yang melihat ke arah kami. Rasanya jadi sangat canggung!

Tapi aku menyadari ada tatapan tidak suka dari arah lainnya. Yuni, dia berdiri di sana sambil menatapku dengan marah dan kesal. Kalau dia punya cakar, aku sudah pasti habis dicakarnya sekarang, pikirku.

"Baiklah, semua yang anda butuhkan ada di sini."

"Terimakasih lagi anda sudah membantu saya,"

"Tidak masalah, saya senang bisa membantu,"

Aku mengbungkuskan semua yang Federick beli ke dalam paper bag dan meminta Yuanita untuk menghitung jumlahnya. Yuanita tersenyum padaku. Ah, aku tau arti senyuman seperti itu. Tolong jangan ejek aku! Untunglah Renata tidak ke toko, kalau tidak aku bisa mati disindir olehnya.

"Sepertinya ini juga sudah jam pulang, Nona Gill apa bersedia menemani saya makan malam dulu?"

"Ah, maaf tapi say-"

"Tidak apa-apa! Saya mengizinkan Gill pulang awal kok! Gill, sisanya biar aku yang kemaskan."

Yuanita langsung memotong perkataanku. Dia sepertinya sangat bersemangat mengusirku dari sini. Walaupun kami tidak berbicara , sepertinya maksud yang bisa ku tangkap dari Yuanita itu sebenarnya; Aku dukung kamu Gill! Pergi saja sana! Seperti itu. Padahal aku sudah berusaha keras untuk menghindar lho!

"Sebelumnya anda bilang anda menyukai makanan di kafe Hello Morning saat itu, bagaimana kalau makan di sana?"

"Umm,.. , Maaf Federick, sepertinya saya tidak bisa,"

"Ah... Begitu ya. Padahal saya berniat mengajak anda makan dulu agar kondisi anda semakin baik, tapi karena anda tidak bisa jadinya hati saya malah merasa sedih,"

Apaan ekspresinya yang begitu! Mana ada orang bersedih tapi masih tetap ganteng?! Ugh, jadi ngak enak aku.

"Gill yang aku kenal ngak mungkin menyakiti hati orang. Gimana bisa sekarang jadi tega banget sih menolak ajakan yang tulus ini?"

Sial! Dukungan macam apa itu?! Sebenarnya kamu di pihak mana sih Kak Nita?!

Pada akhirnya aku setuju untuk pergi bersama Federick. Aku benar-benar tidak menyangka akan dipojokan seperti itu. Aku merasa kesal sendiri karena Yuanita tidak membantuku sama sekali! (Sebelum sesaat Gill meninggalkan toko, Yuanita mengacungkan jempol dengan maksud; semoga sukses kencannya!). Aku sungguh kehabisan kata-kata.

Kami berjalan menuju lokasi kafe. Aku baru menyadari hari ini Federick lebih santai. Kaos putih berkerah yang dia pakai sangat cocok. Wajahnya memang tampan dari awal dan dia juga tinggi. Sepertinya dari awal tubuhnya juga sudah kekar dan dadanya bidang. Hah! Mikir apa aku!

"Apa Anda sudah punya pasangan?"

Hah?! Apa?! Aku terkejut mendengar pertanyaan itu. Sejauh kisah asmaraku dengan Oscar beberapa tahun lalu, aku sama sekali tidak punya pengalaman seperti ini.

"T-tidak,.. ." jawabku dengan sedikit canggung. Aku tau sepertinya Federick sedikit merasa tidak enak dengan jawabanku barusan.

"Maaf, sepertinya saya sudah membuat perasaan anda menjadi tidak enak, " Dia sungguh peka banget.

"Tidak apa-apa kok. Bukan masalah seperti itu. Saya tidak punya pengalaman seperti itu. Terakhir kali saya punya kenangan yang tidak enak dengan mantan saya. Satu-satunya sih,"

"Apa anda dicampakan?"

Gila! Pertanyaannya menusuk banget! Apa anda tidak bisa memahami kondisi ini?!

"Ha ha ha... . Bukan seperti itu juga, tapi ada juga yang mendekati. Beberapa tahun lalu saya mendapatkan masalah, itu sangat rumit untuk diceritakan,"

Dadaku terasa sedikit sesak. Aku mengingat kenangan yang ingin ku buang selamanya. Tapi sepertinya memori ini tidak pernah bisa musnah.

"Tidak apa jika anda tidak mau menceritakannya. Setiap orang pasti punya sisi yang tidak ingin mereka ungkapkan. Saya pernah belajar tentang psikologi. Jadi saya sedikit paham setiap ekspresi yang anda keluarkan,"

Suaranya terasa menenangkan. Cara bicara yang halus tapi bisa memberikan kekuatan. Federick, siapa sebenarnya anda? Bagaimana bisa terasa begitu nyaman saat berada disisi anda begini?

"Jika nona mau, anda bisa bercerita kepada saya tentang apa saja. Di grup NC, nama pengguna saya adalah Black Cat. Anda bisa chat saya di sana. Seperti apapun masalah akan lebih baik bisa dicurahkan di suatu tempat,"

"Terimakasih, saya akan mengingatnya."

Terkadang, aku merasa Federick ini seperti bisa membaca pikiran. Seperti di film atau drama, dia adalah sosok yang sempurna sebagai pemeran utama. Tapi sayangnya bukan untukku. Beberapa saat aku mungkin luluh akan keberadaannya, tapi aku tidak bisa melangkahi batas yang telah ada. Bagiku Leon lebih penting. Aku juga tidak bisa memastikan dia akan menerima Leon dan masa laluku. Yang ku perlukan hanya menjaga jarak darinya.

Saat sampai di kafe, kami masuk dan memesan beberapa makanan. Kami membicarakan banyak hal. Federick benar-benar tipe orang yang sangat menyenangkan di ajak berbicara. Dia suka bercerita dan tidak kehabisan topik. Walaupun terkadang ada beberapa pernyataannya yang mengarah ke bagian "hubungan". Kemudian Kami lanjut makan dengan tenang.

"Nona Gill, saya benar-benar merasa senang dengan anda. Biasanya saya tidak bisa berbincang banyak, tapi jika dengan anda sepertinya semua terjadi secara natural,"

"Anda juga orang yang menyenangkan, saya pikir dokter itu sangat kaku dan dingin, tapi kalau melihat anda yang begini, semua bayangan saya menghilang,"

"Ah, dokter itu tidak semua seperti itu lho. Itu hanya tuntutan pekerjaan,"

"Dokter yang melayani saya saat di rumah sakit benar-benar ketus, saya jadi merasa kesal sendiri, hahaha."

"Coba saja saat itu saya yang merawat anda. Pastinya rasa kesal itu akan hilang,"

"Kalau itu anda, saya bisa mati duluan karena diabetes dan serangan ejekan dari Renata, hahaha."

"Kalau begitu saya tidak akan tega membiarkan anda begitu saja,"

"Hahaha, anda berkata seperti itu seperti sangat mengkhawatirkan saya,"

"Saya memang khawatir sama anda lho,"

"Sungguh? Apa anda tidak khawatir dengan kekasih anda?" *modus ini, modus~*

"Saya belum punya kekasih tuh,"

Ekspresinya sulit di tebak. Aku tidak tau yang dikatakannya serius atau hanya bercanda. Bukankah ini hal yang wajar saja aku bersikap waspada? Bisa-bisa aku terkena masalah jika dia sudah punya kekasih tapi masih terang terangan mencariku.

"Anda bohong~"

"Aku tidak bohong sungguh,"

"Hahaha, itu terserah anda. Hati anda yang mengetahuinya,"

"Saya belum pernah berpacaran sebelumnya,"

Dia meletakkan kembali garpu yang di pegangnya itu. Terlihat dari wajahnya, sepertinya Federick sedang serius. Orang ini benar-benar belum pernah pacaran? Masa?

"Sejak saya sekolah, saya benar-benar serius dengan pelajaran. Jujur saja saya cukup banyak mendapatkan surat pernyataan cinta dari gadis-gadis di sekolah,"

Whoa!! Dia benar-benar menceritakannya?! Aku sangat penasaran dengan kisahnya ini!

Federick mulai bercerita. Aku benar-benar mendengarkannya dengan baik. Mau di katakan bagiamana pun, aku penasaran dengan orang ini.

"Sepertinya Anda sangat populer ya,"

"Haha, itu sedikit membuat saya malu untuk mengatakannya,"

"Tidak apa-apa, saya siap mendengarkan kok, hehe."

"Kalau nona bilang begitu, jadi akan saya lanjutkan. Ehem, kemudian saya hanya membaca sekilas beberapa surat yang saya anggap menarik,"

"Terus~?"

Rasa penasaranku semakin memuncak. Ini bahkan lebih dari novel atau kisah komik yang sering ku baca. Karena ini sungguh aku dengar dari orangnya langsung.

"Hahaha,. Sepertinya nona sangat penasaran ya?"

"Saya lebih dari rasa penasaran,"

"Emm, jadi memang ada satu surat yang memancing perhatian saya,"

"Satu surat?"

•

•

•

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***