1
Saat mengantar Efi, saat itu ternyata masih tidak terlalu sore sekitar jam tiga sore lebih. Perasaan tidak enak saat kami melewati perempatan jalam Masjid Al-Barokah. Banyak orang-orang panik menuju arah barat. Awalnya aku kira mereka mau ke Masjid, ternyata aku salah. Mereka jalan terus melewatinya.
Pak Rawi, dari arah rumahku. Dia juga bergegas ke arah barat, dia bersama Pak Ponijan.
“Kalian dari mana?” Tanya Pak Rawi. Saat Pak Rawi menyapa kami, Pak Ponijan tidak menghiraukan kami. Dan terus saja berjalan sangat cepat ke arah barat. Wajahnya kaku, matanya memerah.
“Dari rumahnya Mbah Di.” Jawab Efi.
"Jadi, kalian tidak di tempat kejadian?”
“Kejadian apa?”
“Sudah, kalian langsung pulang saja.” Dan Pak Rawi pun berlalu meninggalkan kami.
Aku mangantarkan Efi pulang, setelah itu aku pun berniat langsung balik lagi ke rumah Mbah Di. Saat itu lah, aku baru tahu kalau ada sebuah tragedi. Tragedi berdarah. Ayu mengalami kecelakaan saat bermain dengan Bogel.
2
Kronologi
Setelah pulang dari rumah kakeknya Riyono, Ayu dan Bogel mencari Udin DKK. Mereka berdua menuju ke sungai Lanang. Mereka berkumpul dan bermain seperti biasanya.
“Eh, ternyata Mbahnya Riyon membohongi kita.” Kata Bogel kepada Udin DKK. “Ternyata dia Cuma mau memanfaatkan kita untuk membantu bersih-bersih saja.
“Benar, haha." Kata Ayu meng iyakan kata-kta Bogel.
“Ya mending kita cabut saja, yakan?” Bogel bertanya kepada Angga.
“Wah, kalau aku sih mending bantu-bantu dikit.” Jawab Angga. “Siapa tahu nanti di kasih uang jajan.”
“Benar.” Jawab Dika. “Kan lumayan buat beli gula kacang.”
Karena mendapat respon negatif dari teman-temanya, Bogel dan Ayu pun memutuskan untuk bermain sendiri. Mereka berdua sepakat untuk main di halaman belakang rumah Bogel.
Rumah Bogel berada di sebelah barat masjid Al-Barokah. Rumah dia dan Dika dan Angga berdekatan.
Dihalaman belakang rumah Bogel banyak sekali pohon buah-buahan milik keluarga Dika. Dikarenakan mereka sudah seperti saudara sendiri, keluarga Bogel dan Angga sudah tidak sungkan lagi mengambil beberapa buah disana.
Mereka berdua memanjat salah satu pohon Jambu di sana, bercanda, sambil membicarakan teman-temannya.
“tidak tahu kenapa mereka selalu seperti itu dari dulu” Kata Bogel “Kayaknya mereka memang tidak suka berteman denganku.”
“Kan sekarang sudah ada aku.” Jawab Ayu.
“Benar, untung saja. Apa lagi pas di acara Pramuka sehari sebelum kamu masuk sekolah kami. Kelakuan mereka benar-benar keterlaluan.”
“Memanya apa yang terjadi?”
Dan Bogel pun menceritakan saat-saat pramuka malam itu, tak lupa di bumbui merica dan micin. Eh, bukan. Maksudnya di lebih-lebihkan ceritanya. “Mereka menganggap Bapakku tidak punya ilmu kebal, lihat saja nanti. Kalau pas bapak sudah bisa ikut latihan jaranan, mereka pasti akan terkejut.”
“Benar, Pak Bejo bisa tidak terluka sedikitpun saat menginjak pecahan beling. Aku sudah pernah lihat sendiri.”
“Lho, kamu sudah tahu?”
“Sudah, saat Pak Bejo mau ikut bergabung, dia menunjukan kekebalannya pada bapakku, saat itu aku juga ada disana. Hebat banget lho.”
Dan pembicaraan beralih ke hal yang lain, dan yang lainnya lagi.
“Aku juga menjadi agak membenci Efi.” Kata Bogel.
“Kenapa?”
“Ya pas di acara pramuka tersebut, malamnya dia bilang suka sama aku. Tapi pas aku tanyakan keesokan harinya aku memastikannya lagi. Tapi jawabanya sudah berubah, dia bilang kalau dia suka sama Riyono.”
“Jadi, kamu suka Efi?”
“Eh, anu.” Bogel menjadi salah tingkah. “Kemarin-kemarin iya, tapi sekarang tidak lagi. Sekarang sudah ada kamu. Lagian, kasihan si Efi.”
“Kasihan?”
“Iya, Riyono tidak suka sama Efi, hahaa.”
Mereka tertawa terbahak-bahak, hingga akhirnya Ayu mulai kelepasan bicara. Dia menceritakan hal yang seharusnya menjadi rahasia antara dia dan Riyono.
Saat menceritakan Efa, dan saat itu pulalah angin bertiup sangat kencang. Seolah-olah menceritakan Efa itu sama saja memanggil arwahnya.
Efa tiba-tiba muncul begitu saja di hadapan mereka berdua. Sangking terkejutnya, Ayu sampai terjatuh dari atas pohon yang cukup tinggi. Perutnya tertancap pada sebuah patahan sebuah batang ranting pohon yang cukup besar, menembus dari punggungnya sampai keluar di perutnya.
Bogel hanya bisa berteriak-teriak saja, sampai akhirnya beberapa orang dari keluarga Dika dan Angga menghampiri mereka.
Efa menatap tajam ke arah Bogel, setelah itu dia menatap Ayu yang tidak berdaya di atas tanah. Efa tersenyum kepadanya, senyum menyeringai yang sangat menyeramkan.
“Cepat pangil Pak Ponijan.” Kata salah satu dari mereka. Dan salah satu dari mereka pun pergi tanpa banyak tanya.
Bogel menunjuk-nunjuk ke suatu arah, kearah Efa. Tapi yang dilihat oleh orang lain, arah yang dia tunjuk tidak ada siapa-siapa.
Tak lama kemudian Pak Ponijan pun datang bareng sama Pak Lurah, Pak Rawi.
Karena panik melihat putri semata wayangnya tergeletak berlumuran darah di atas tanah, dan ranting yang cukup besar menancap menembus perutnya. Dia langsung bergegas menghampiri anaknya itu.
Tanpa pikir panjang lagi, dia langsung saja mencabut ranting itu tanpa memperdulikan omongan orang-orang yang melarangnya.
Ranting itu tercabut, akan tetapi. Isi perut Ayu pun ikut keluar, terurai, dan darah mengalir semakin deras.
Ayu pun meninggal.
3
Balik ke cerita
Karena banyak orang ramai-ramai menuju ke arah masjid, aku yang penasaran akhirnya mengikuti mereka. Ternyata mereka menuju rumah Bogel, kuputuskan kesana juga.
Mereka menuju ke arah halaman belakang rumah itu, aku mengikut kesana juga. Namun langkahku harus terhenti di tengah perjalanan dikarenakan salah satu keluarga Dika mencegahku berjalan lebih jauh lagi.
“Nak, lebih baik kamu jangan mendekat kesana. Itu demi kebaikan kamu."
“Ada apa disana bang?” Tanyaku.
“Ada anak perempuan seusia kamu jatuh dari atas pohon. Kamu kenal Angga, Dika dan Bogel kan?”
“Ya bang, aku kenal mereka. Mereka teman sekolahku.”
“Kalau begitu, kamu juga kenal anak perempuan itu.”
“Siapa namanya bang?”
“Ayu, anak Pak Ponijan.
Nah ini baru tepat dengan istilah, bagaikan di sambar petir di siang bolong. Aku benar-benar tidak percaya, dia dan aku beberapa jam yang lalu masih bercanda bersama. Sekarang ini dia....
Aku berusaha mendekat, tapi pegangan tangan orang itu sangat kuat, jadi aku menyerah. Aku berusaha melihat dari jarak saat ini aku berdiri, dan yang aku lihat Cuma sekumpulan orang yang berdiri mengelilingi pohon jambu. Ada genangan merah di bawah pohon itu, itu darah.
Aku menoleh ke atas pohon. Sosok berbaju putih berdiri di salah satu ranting. Wajahnya sangat aku kenal, itu Efi. Bukan, itu Efa. Dia menatap ke suatu arah saat aku ikuti arah tatapannya, ternyata dia sedang menatap seorang anak laki-laki. Itu Bogel.
4
Ayu di makamkan hari itu juga, Mbah Di saat ini sudah di sampingku. Menenangkan aku yang menangis karena kehilangan salah satu temanku.
Efi juga sudah datang, dia di peluk oleh ibunya.
Bogel, dia cuma berdiri di sudut teras rumah Pak Ponijan. Dia bengong, Pak Bejo berdiri didekat Bogel.
Dan sosok Efa, dia tersenyum manis ke arah Ayu yang saat ini sedang terbaring di atas dipan.
Orang-orang sudah bersiap untuk men sholat kan dia. Pak ustadz Fatkhur memimpin doa-doa.
Pak Ponijan, berdiri kaku menatap putri semata wayangnya itu. Wajahnya kaku, menahan amarah dan kesedihan.
Tragedi memilukan terjadi untuk kedua kalinya di desaku. Tragedi kematian tidak wajar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
emang slampret ini penylisnya
2024-12-02
2
NiaNii
ayu baru muncul langsung meninggal 😭
2024-08-10
3