Chapter 8 Ketertarikan Ahid.

Makan Seperti Biasa

"Aunty, kita makan seperti biasa," ucap Ahid kepada sang aunty saat wanita itu menghampiri mereka.

Aunty tersenyum, lalu duduk bersama mereka. "Wah, ada angin apa ini?" tanyanya dengan nada menggoda.

"Angin apanya, Aunty?" jawab Zoya, bingung dengan pertanyaan itu.

"Sejak kapan kalian sering bareng?" lanjut Aunty, mulai kepo.

"Baru saja," jawab Ahid santai.

"Wah... sebentar lagi pasti akan resmi, ya?" goda Aunty sebelum pergi meninggalkan mereka.

Zoya diam. Kata "resmi" itu berputar di kepalanya. Apa maksudnya resmi? pikirnya.

Di sisi lain, Ahid hanya terdiam, sesekali mencuri pandang ke arah Zoya.

"Kamu sedang apa sih?" tanya Ahid akhirnya, penasaran melihat Zoya begitu fokus pada ponselnya.

"Baca novel online," jawab Zoya singkat, tetap tidak mengalihkan pandangan.

"Baca itu tidak ada manfaatnya," komentar Ahid.

"Ada!" jawab Zoya cepat, masih asyik membaca.

"Tell me what?" Ahid menatapnya, semakin tertarik.

"Bisa ngerasain jadi peran di dalamnya... ngehalu misalnya punya boyfriend CEO," ujar Zoya sambil melirik Ahid sekilas.

Ahid mengangkat alis. "Kenapa harus ngehalu? Kalau real pun bisa benar-benar ada."

"Nothing," jawab Zoya datar.

"Mana ada. Itu cuma ada di novel. Orang besar seperti CEO mana mungkin punya pacar atau istri dari kalangan biasa?" lanjutnya serius.

"Ada," balas Ahid, masih dengan nada yakin.

"Where? Sejauh ini aku belum pernah ketemu sosok seperti itu. Yang ada cuma omongan manis, penuh kebohongan," Zoya mendengus, mengingat masa lalunya.

"Itu karena kamu belum bertemu yang tepat saja," jawab Ahid.

Zoya mendengus pelan. "Yah, makanya lebih suka baca novel. Setidaknya bisa halu tanpa takut kecewa," ujarnya, kembali fokus ke layar.

Ahid hanya bisa menghela napas.

Tak lama, makanan mereka datang. Suasana pun berubah hening. Keduanya sibuk menikmati hidangan masing-masing tanpa ada obrolan lain.

Namun, keheningan itu kembali terpecah saat Aunty datang lagi.

"Kalau nanti sudah resmi, jangan lupa kasih tahu Aunty, ya?" godanya lagi.

"Jadi apa?" tanya Zoya bingung.

"Ya jadi pasangan, lah," ujar Aunty dengan tatapan penuh arti.

"Maaf, Zoya masih belum berminat," jawab Zoya santai.

Ahid yang sedang minum tiba-tiba tersedak. Batuk-batuk kecilnya justru semakin mengundang tawa Aunty.

"Tuh kan, sampai batuk," godanya semakin menjadi.

"Apa sih," balas Zoya malas.

"Belum memulai sudah menolak!" ujar Ahid, kali ini terdengar sedikit kesal.

Zoya menoleh cepat, terkejut dengan ucapannya. Apa aku tidak salah dengar?

"Tuh, denger, Zoy," kata Aunty sambil tersenyum penuh arti.

"Zoya memang belum kepikiran, Aunty," jawabnya cepat, berusaha mengakhiri pembicaraan.

"Belum bisa move on dari mantan?" goda Aunty lagi.

"Mantan yang mana? Memangnya aku pernah pacaran?" balas Zoya defensif.

"Kan kamu sendiri yang tahu," ujar Aunty, tersenyum penuh misteri.

Ahid hanya diam, memperhatikan interaksi mereka dengan tatapan sulit ditebak.

"Yang ada, hubungan selalu berakhir sebelum sempat dimulai. Dibuat baper, lalu ditinggal pergi," ujar Zoya dengan senyum miris.

Aunty hanya mengangguk pelan sebelum akhirnya beranjak, meninggalkan mereka kembali berdua.

Sebuah Pernyataan Tak Terduga

Setelah selesai makan malam, mereka pun memutuskan untuk pulang. Ahid mengantar Zoya sampai ke apartemennya.

Dalam perjalanan, tiba-tiba Ahid membuka suara.

"Kamu benar tidak mau pacaran?" tanyanya pelan.

Zoya terdiam sejenak. "Memangnya ada yang mau?" balasnya dengan nada meremehkan.

"Aku," jawab Ahid lirih, tapi cukup jelas untuk didengar Zoya.

Zoya spontan tertawa kecil. "Haha, are you kidding me?"

"No, I'm serious," balas Ahid, menatapnya dalam-dalam.

Zoya menelan ludah. Tatapan itu… terlalu serius untuk dianggap bercanda.

"Mungkin ini terasa cepat... tapi aku sendiri tidak tahu sejak kapan," lanjut Ahid dengan suara yang lebih lembut.

Zoya tak menjawab. Hanya diam, menatapnya penuh kebingungan.

Mereka masih berada di dalam mobil, tepat di depan apartemen Zoya.

Keheningan di antara mereka terasa begitu intens. Ahid menatap Zoya, lalu perlahan mendekat.

Dan—

Cupppp.

Ahid mencium Zoya.

Mata Zoya membesar, tubuhnya membeku. Namun, Ahid semakin mendekat, tangannya merangkul tubuh Zoya agar lebih dekat.

Zoya masih terkejut, tapi perlahan, tanpa sadar, dia mulai membalas ciuman itu.

Ahid tersenyum dalam hati. Kecupan mereka semakin dalam, semakin hangat. Tangan Ahid mulai bergerak, menyentuh lembut bagian atas tubuh Zoya—

"Shhh..." keluh Zoya, tubuhnya melemas.

Namun, dengan cepat, dia sadar.

"Shhh... S-stop," ucapnya dengan suara terengah.

Ahid langsung menghentikan gerakannya, meskipun matanya masih dipenuhi gairah yang tertahan.

"I love you, Zoya," bisiknya, lalu mengecup keningnya sekilas sebelum melepaskan pelukannya.

Zoya tak menjawab. Pipinya memanas, jantungnya berdegup kencang.

Tanpa berkata apa-apa, dia buru-buru keluar dari mobil tanpa menoleh sedikit pun.

Ahid hanya bisa menatap punggungnya yang menjauh, hingga akhirnya Zoya menghilang ke dalam gedung apartemennya.

"Hah..." Ahid menghela napas panjang, menahan sesuatu yang menggelegak di dadanya.

Satu hal yang pasti—dia tidak akan menyerah.

Terpopuler

Comments

⧗⃟ᷢʷ🍾⃝ sᴀͩᴋᷞᴜͧʀᷡᴀͣ 🇮🇩🇵🇸

⧗⃟ᷢʷ🍾⃝ sᴀͩᴋᷞᴜͧʀᷡᴀͣ 🇮🇩🇵🇸

SDH mulai jatuh love

2025-02-13

0

𝐕⃝⃟🏴‍☠️ ꚍяїғд🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦ˢ⍣⃟ₛ

𝐕⃝⃟🏴‍☠️ ꚍяїғд🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦ˢ⍣⃟ₛ

5 🌹 otw thor/Chuckle/

2025-01-14

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!