CHAPTER 6

Di Caffe itu, suasana kembali tenggelam dalam keheningan setelah percakapan singkat antara Zoya, Same, dan Ahid. Zoya, yang masih terfokus pada novel di ponselnya, tak menghiraukan pertanyaan-pertanyaan yang terus datang dari Same. Begitu juga Ahid, yang lebih memilih untuk fokus pada makanannya dan pikirannya sendiri. Same, meski sudah merasa jengah dengan diamnya mereka, tetap tak bisa menahan rasa ingin tahunya yang terus menggelayuti dirinya.

Makanan datang, dan Same segera memperhatikan dengan saksama setiap detail yang ada. Tak hanya makanan, ia juga memperhatikan minuman mereka yang ternyata sama: hot green tea. Saat melihat makanan Zoya, Same menyadari ada kesamaan yang tak terduga, terutama ketika mereka semua menghindari daun bawang dan seledri dalam makanan mereka.

"Wah wah kebetulan dari mana ini?" ucap Same, mencoba membuka pembicaraan lagi.

Namun, Zoya dan Ahid hanya diam, seolah tak tertarik melanjutkan percakapan. Same tetap bersikeras.

"Cara makan kalian, daun yang kalian tidak suka, minuman yang kalian minum, kenapa semuanya sama ya?" tanya Same, kini benar-benar terperangah dengan kebetulan yang ada di depan matanya.

Zoya dan Ahid saling menatap sejenak, sebelum akhirnya Ahid menjawab singkat, "Hanya kebetulan."

Zoya memilih untuk tetap diam, hanya melanjutkan makanannya dan mendengarkan pembicaraan mereka. Same masih tak bisa menahan rasa ingin tahunya, dan kali ini dia menatap Zoya.

"Hy, nona Zahira," panggil Same ke Zoya, yang menoleh dan menjawab singkat, "Why?"

"Memang Ahid pernah menolong apa?" tanya Same, kini semakin penasaran dengan hubungan mereka berdua.

Zoya menatap Same sejenak, sebelum akhirnya menjawab singkat, "Meretas CCTV dan fiber internet."

"Where? When?" tanya Same, tak sabar menunggu jawaban yang lebih rinci.

"1 minggu lalu," jawab Zoya.

Ahid yang mulai merasa tidak nyaman dengan pertanyaan-pertanyaan Same, segera mengalihkan perhatian. "Makan! Jangan banyak bertanya," ucap Ahid tegas, mencoba menenangkan situasi.

Same, yang semakin merasa curiga, menanggapi dengan nada tajam, "Apa sih! Ada yang ditutup-tutupi ya?"

Ahid hanya mengangkat bahu, memilih untuk tidak peduli. "Nutupi apa?" tanya Zoya, merasa sedikit canggung karena dia menyadari bahwa ada hal yang mungkin Ahid ingat—sesuatu yang terjadi beberapa waktu lalu yang tak bisa dia lupakan.

Ahid, yang masih teringat dengan kejadian di apartemen Zoya, mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri, tapi Same, dengan gayanya yang terus bertanya, tak membiarkan mereka berdua tenang.

"Kan betul ada yang ditutupin," ucap Same dengan nada sedikit mengejek.

"Tidak ada yang ditutup-tutupi, kita pun tidak saling kenal," jawab Zoya, mencoba mengubah arah percakapan.

"Dan hanya kebetulan," tambah Ahid, dengan sedikit kesal karena pertanyaan Same yang tak ada habisnya.

Same semakin penasaran, "Kebetulan apa?"

"Ya kebetulan bertemu di sini lah," jawab Ahid malas, jelas tak ingin memperpanjang percakapan lebih jauh.

Zoya hanya mengangguk, setuju dengan penjelasan Ahid, dan berusaha melupakan rasa canggung di antara mereka.

Mereka pun selesai makan dan keluar dari kafe. Same, yang masih penasaran, melihat Zoya yang berjalan kaki, tampak tak terburu-buru. Tanpa pikir panjang, Same kembali menghampirinya.

"Hy, nona Zahira," panggil Same, membuat Zoya yang berjalan sedikit terhenti dan menoleh.

"Kenapa?" tanya Zoya, matanya menatap Same dengan rasa bingung.

"Nona jalan kaki?" tanya Same, seolah heran.

"Yah, sampai halte bus," jawab Zoya, tetap tenang meski pertanyaan itu terkesan aneh baginya.

"Permisi, boleh kami antar nona?" tanya Same, masih ingin mencoba berbicara lebih lama.

"Tidak! Terimakasih," jawab Zoya tegas, lalu melanjutkan langkahnya, meninggalkan Same dan Ahid yang hanya bisa memandangi punggungnya yang menjauh.

Same memperhatikan Zoya yang berjalan, lalu berbisik pelan, "Dia menarik."

Ahid, meski tidak terlalu tertarik pada pembicaraan itu, tetap bisa mendengar kata-kata Same. Entah mengapa, hatinya merasakan sedikit kegelisahan, meskipun dia sendiri tidak bisa menjelaskan apa yang dia rasakan.

"Bro," ucap Same pelan, memecah keheningan.

Ahid hanya menatap Same tanpa menjawab, kemudian kembali terdiam.

"Lu bener tidak tertarik?" tanya Same lagi, berusaha menggali lebih dalam.

Ahid tetap diam, enggan memberi jawaban.

"Hy! Ada orang bertanya," Same mulai sedikit kesal, merasa percakapan dengan Ahid begitu sulit.

"Hmm," hanya itu yang keluar dari mulut Ahid, tak lebih.

"Kalau suatu saat lu pun tertarik dengan dia..." Same menggantungkan kalimatnya.

"Lihaaaat nanti," jawab Ahid dengan nada datar.

"Harus mengalah ya!" Same bercanda, meski dia tidak tahu bagaimana harus merespons reaksi Ahid.

Ahid hanya diam, tidak memberikan jawaban pasti. Dia sendiri merasa bingung dengan perasaannya. Tertarik atau tidak, semuanya terasa kebetulan, dan kebetulan-kebetulan itu terus berlanjut. Bahkan sampai mereka duduk bersama di kafe, makan makanan yang sama, dan menikmati minuman yang serupa. Ahid sendiri tidak tahu mengapa perasaan itu muncul, tapi dia merasa ada sesuatu yang berbeda.

Terpopuler

Comments

𝐕⃝⃟🏴‍☠️ ꚍяїғд🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦ˢ⍣⃟ₛ

𝐕⃝⃟🏴‍☠️ ꚍяїғд🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦ˢ⍣⃟ₛ

5mawar mluncur thor/Chuckle/

2025-01-14

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!