Anita!
"Boleh Miss Anna tahu apa motif kamu berbuat seperti ini?" tanya Miss Anna, sedikit kecewa, mencoba memahami alasan di balik tindakan Anita.
"Sorry, Miss," jawab Anita dengan suara pelan, menahan rasa bersalah yang mulai memenuhi dirinya.
"Why?" tanya Miss Anna lagi, matanya menatap tajam, menunggu penjelasan yang lebih jujur.
"Saya tidak suka Miss selalu jadikan Zoya emas di sini!" ucap Anita dengan suara agak meninggi, terlihat ada kebencian yang terpendam.
"And?" tanya Miss Anna, meminta penjelasan lebih lanjut.
"Saya cemburu. Padahal saya di sini yang paling lama dari dia, tapi Miss Anna selalu Zoya, Zoya, Zoya," jawab Anita, nada suaranya semakin emosional.
"I'm so sorry, Miss," ucap Anita lagi, merasa menyesal atas apa yang sudah dilakukannya.
Miss Anna menghela napas panjang, jelas sekali dia kecewa.
"Miss kecewa sama kamu, Nita. Saya pun sayang kamu. Bakat kamu dalam menarik pelanggan oke! Tapi di sini saya kecewa karena kamu bisa berbuat seperti itu. Miss bukan membela Zair, tapi Miss sayangkan proyek, sayangkan klien kita. Kalau mereka fail, kita juga yang berdampak di sini, Nita!" ucap Miss Anna dengan tegas, suaranya sarat dengan penyesalan.
Zoya hanya diam, merasa bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Dia tak menyangka jika Anita bisa berbuat begitu hanya karena cemburu padanya.
"I'm so sorry, Miss," ucap Anita dengan suara lebih rendah. Ia menyadari betapa bodohnya tindakannya.
"Jangan diulangi lagi, iya? Kita partner," jawab Miss Anna dengan nada lebih lembut, namun tetap serius.
"Iya, Miss," jawab Anita dengan hati yang lega, meskipun tidak dipecat, dia tahu ini adalah kesempatan terakhirnya.
Setelah itu, Zoya keluar dari ruangan menuju tempat Ahid berdiri di luar.
"Thanks," ucap Zoya pelan, mengucapkan terima kasih kepada Ahid yang telah membantu.
Ahid hanya menoleh sekilas dan melihatnya, namun tidak memberi respons.
"Saya bilang terimakasih! Jawab sama-sama atau iya!" ucap Zoya lagi, sedikit kesal.
"Ok," jawab Ahid singkat.
Zoya hanya mendengus dalam hati. Hah, memang laki-laki tidak jelas.
"Kalau bukan karena kamu, mungkin saya harus mendesain ulang," ucap Zoya, berharap sedikit respons dari Ahid.
Ahid hanya diam. Tidak ada jawaban.
"Ok," jawab Ahid sekali lagi, dengan nada yang sama datar.
"Lain kali saya akan traktir kamu makan, sebagai bentuk terimakasih saya ke kamu," ucap Zoya, mencoba membuka percakapan lagi sambil menatap Ahid yang tampaknya sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Next time, saya sibuk," jawab Ahid singkat, lalu pergi menuju mobil yang sudah menunggu di depan. Tampak jelas dia malas menyetir, jadi memilih untuk menunggu di dalam mobil.
......................
Malamnya.
Seperti biasa, Zoya mampir ke tempat Aunty setelah pulang dari kerja. Tempat ini terasa seperti rumah baginya, ramai dengan banyak orang, dan sesekali Zoya bisa bercerita jika dia merasa kesepian.
"Aunty," panggil Zoya dengan suara lelah.
"Eh, Zoya, baru balik ya?" tanya Aunty dengan senyuman hangat, menyambut kedatangannya.
"Yes, I'm so tired, Aunty," jawab Zoya, mengeluh dengan wajah lelah.
"Haha, mau makan apa? Seperti biasa? Atau ganti menu?" tanya Aunty, selalu tahu pilihan Zoya.
"Seperti biasa, hehe," jawab Zoya, sedikit tersenyum meskipun kelelahan.
"Ok," jawab Aunty, lalu pergi ke dapur.
Karena ramai, Zoya duduk sebentar menunggu makanan datang. Beberapa saat kemudian, seseorang duduk di sampingnya.
"Tidak ada tempat lain," jawab Ahid dengan datar, seolah tidak ada pilihan lain.
Zoya menoleh, melihat Ahid duduk di sampingnya. Memang benar, tidak ada tempat lain yang kosong di restoran itu.
"Hmm, ok," jawab Zoya singkat, mencoba tidak terlalu peduli.
"Aunty, saya pesan seperti biasa," ucap Ahid dengan suara keras, memanggil Aunty yang sedang sibuk di dapur.
Aunty tersenyum mendengar pesanan Ahid, kemudian melanjutkan pekerjaannya.
Tak lama, makanan mereka datang. Selama makan, keduanya hanya diam. Tidak ada percakapan. Keduanya tampaknya menikmati makanan masing-masing.
Setelah selesai makan, hujan turun dengan deras di luar, tanda musim hujan telah datang.
"Tak mau balik?" tanya Ahid, melihat Zoya yang tampaknya tidak terburu-buru.
"Nanti tunggu hujan reda," jawab Zoya, sambil mengamati hujan di luar jendela.
"Why?" tanya Ahid lagi, sedikit penasaran.
"Lupa bawa payung, hehe," jawab Zoya dengan canggung.
"Oh," ucap Ahid singkat, lalu mereka kembali terdiam.
Waktu berjalan lama, hujan tak kunjung reda. Zoya memandang Ahid lagi, kemudian bertanya.
"Kenapa tidak balik?" tanya Zoya, sedikit bingung dengan sikap Ahid yang tampak masih menunggu sesuatu.
"Tunggu orang," jawab Ahid singkat, lalu kembali terdiam.
Lama kemudian, mobil yang ditunggu Ahid akhirnya datang.
"Ayo, aku antar," ajak Ahid.
"Tidak, terimakasih," tolak Zoya dengan sopan.
"Mau tunggu sampai kapan? Sampai pagi?" ucap Ahid, melihat Zoya yang masih bertahan di sana, menunggu hujan reda.
Zoya berpikir sejenak. Benar juga, sampai kapan dia harus menunggu?
Akhirnya, Zoya memutuskan ikut Ahid menuju mobil.
"Alamatmu, nona?" tanya Ahid setelah mereka berdua duduk di dalam mobil.
"Apartment Avenue, Blok A," jawab Zoya, memberikan alamatnya.
Sesampainya di depan apartemennya, Zoya berpikir sebentar.
"Excuse me, boleh saya ikut masuk?" tanya Ahid dengan serius.
"Hah?" Zoya sedikit bingung.
"Pinjam toilet," jawab Ahid, langsung to the point.
"Oh, oke," jawab Zoya, masih sedikit terkejut, tetapi tidak keberatan.
Mereka masuk ke dalam gedung apartemen. Zoya memandu Ahid menuju lift.
Setibanya di depan pintu apartemennya, Zoya memencet tombol pintu.
Pip... pip... pip pintu terbuka.
Mereka masuk ke dalam, dan Zoya menunjukkan ke arah toilet.
"Toilet di mana?" tanya Ahid.
"Di samping dapur," jawab Zoya singkat.
Zoya duduk di sofa ruang TV, sementara Ahid masuk ke toilet. Tak lama kemudian, Ahid keluar dengan wajah yang terkejut.
"Oh shit!" gumam Ahid.
Zoya terkejut, mengira ada yang tidak beres.
Ahid segera keluar dan Zoya bangun, berniat mengantarnya sampai pintu.
"Thanks," ucap Ahid, lalu pergi dengan cepat.
Zoya masuk kembali ke dalam apartemen, merasa malu.
"Huwaaa, apa dia lihat itu?" ucap Zoya, merasakan malu yang mendalam. Ternyata, dia tidak menyangka Ahid akan melihat sepasang lingerie yang tergantung di toilet, tempat yang biasa digunakan perempuan untuk menjemur pakaian pribadi mereka.
Dengan perasaan canggung, Zoya duduk dan meresapi kejadian itu, berharap Ahid tidak terlalu memperhatikannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
🟢Widya P
ternyata aku sudah pernah baca 3 bab, ini lanjut ya secangkir kopi meluncur untukmu/Coffee/
2025-01-16
1
⧗⃟ᷢʷ🍾⃝ sᴀͩᴋᷞᴜͧʀᷡᴀͣ 🇮🇩🇵🇸
🫣🤣🤣🤣🤣
2025-02-13
0
𝒀𝑶𝑺𝑯𝕌𝔸ˢ
"Saya cemburu, padahal saya yang paling lama dari dia, tapi Miss Ana selalu Zoya, Zoya, Zoya," jawab Anita.
- huruf awal kalimat/percakapan hurup besar.
- habis koma spasi dulu baru next word.
-nama org awali huruf besar.
-akhir kalimat, akhiri dulu dengan tanda baca baru ditutup dengan tanda petik dua (")
." or ," or ?" or !"
maaf panjang, semoga manfaat.✌️✌️😂
2024-09-16
1