Pendeta Misterius

Luna berdiri di tepi tebing yang curam, angin sepoi-sepoi membelai rambut hitamnya yang panjang. Di kejauhan, sebuah desa kecil terlihat, dikelilingi oleh ladang-ladang hijau dan pegunungan yang menjulang tinggi di belakangnya. Asap putih tipis mengepul dari cerobong-cerobong rumah.

Tatapan Luna melembut saat ia melihat anak-anak berlarian di sekitar ladang, mengejar kupu-kupu yang beterbangan. Tawa mereka yang bergema di udara membuat hatinya bergetar. Betapa ia merindukan suasana hangat seperti itu, merasakan kehangatan kehidupan biasa yang pernah ia miliki sebelum kekuatannya berkembang begitu besar.

Namun, seiring dengan kelembutan itu, datanglah bayangan gelap yang melintas di benaknya. Luna menurunkan pandangannya, menatap telapak tangannya yang tampak begitu halus, namun menyimpan kekuatan luar biasa yang bisa merenggut nyawa siapa pun dalam sekejap. Pikiran itu menghantam hatinya seperti belati.

"Aku… tak bisa melakukannya," bisik Luna, suaranya hampir tak terdengar di atas desiran angin. "Aku tak bisa mendekati mereka."

Dia menghela napas dalam, tatapannya menjadi datar. Ingatan tentang masa lalunya kembali menghantui, hari-hari ketika kekuatannya yang tidak terkendali telah menyebabkan kehancuran. Seberapa banyak dia berusaha untuk melindungi orang-orang yang dicintainya, nyatanya kekuatannya adalah ancaman terbesar bagi mereka.

"Aku hanyalah kutukan yang dibungkus dengan wajah manusia," gumamnya dengan getir. Matanya yang indah, biasanya penuh dengan ketenangan, kini memancarkan kesedihan yang dalam. "Bagaimana aku bisa hidup di antara mereka, ketika aku tahu bahwa aku bisa menghancurkan mereka hanya dengan satu kesalahan kecil?"

Tangan Luna mengepal, menggenggam kuat hanfu putih yang dikenakannya. Keinginannya untuk merasakan kebersamaan dengan orang lain berperang dengan ketakutannya untuk menyakiti mereka. Namun, semakin ia memikirkannya, semakin jelas baginya bahwa takdir telah memilih jalan yang sunyi untuknya.

"Melihat penduduk desa itu, mengingatkanku kepada Rakyat Shang Yuan… Mereka begitu berharga bagiku, meskipun aku belum mengenalnya," katanya pelan, seolah berbicara kepada desa di kejauhan itu. "Tapi aku tak bisa membawa kekuatan ini ke tengah-tengah kalian. Aku tak bisa menanggung jika sesuatu terjadi pada kalian karena diriku."

Air mata perlahan menggenang di sudut matanya, namun Luna menahannya. Dia mengangkat dagunya, menatap desa itu sekali lagi dengan mata yang dipenuhi kesedihan dan kerinduan. Senyum tipis namun pahit terbentuk di bibirnya.

"Takdir telah membuatku menjadi penyendiri," bisiknya, menyampaikan kata-kata yang telah lama ia sembunyikan dalam hatinya. "Aku harus melindungi kalian… bahkan jika itu berarti aku harus menjauh."

Luna membalikkan badan, meninggalkan pemandangan desa yang indah di belakangnya. Setiap langkah yang diambilnya terasa berat, seolah-olah ia meninggalkan sebagian dari jiwanya di tempat itu. Namun, Luna tahu bahwa inilah yang terbaik. Hanya dengan menjauh, ia bisa melindungi mereka dari kekuatan yang ia miliki.

Di dalam hatinya, Luna merasakan kesepian yang mendalam, namun ia juga merasa lega. Ia telah membuat keputusan yang sulit, namun tepat. Tidak ada yang lebih penting baginya selain menjaga keselamatan orang-orang, meskipun itu berarti harus menanggung beban kesendirian.

Saat sore menjelang malam, Luna menemukan sebuah jalan setapak yang jarang dilalui, melintasi hutan lebat. Cahaya senja memancar redup di antara pepohonan, menciptakan suasana tenang namun suram. Dia berjalan tanpa arah yang jelas, hanya mengikuti nalurinya yang membawanya lebih dalam ke hutan.

Tiba-tiba, Luna mendengar suara langkah pelan di belakangnya. Dia berhenti, siap dengan sikap waspadanya. Dari balik pepohonan muncul seorang pengembara tua dengan rambut yang telah memutih, seolah telah menyaksikan banyak hal dalam hidupnya. Pria itu mengenakan jubah abu-abu yang usang, dengan tongkat kayu di tangan.

"Salam, Nak," sapa pengembara itu dengan suara lembut namun penuh wibawa. "Apa yang membawa seorang wanita muda sepertimu ke tempat terpencil seperti ini?"

Luna terdiam sejenak, memperhatikan pria tua itu. Ada sesuatu yang berbeda darinya, ketenangan dan kebijaksanaan yang memancar dari dalam dirinya. Seolah tanpa sadar, Luna merasa aman di hadapan pria itu.

"Aku… hanya sedang mencari jalan," jawab Luna dengan suara pelan, sedikit ragu. "Mungkin mencoba melarikan diri dari takdirku."

Pengembara itu mengangguk, seakan memahami. "Takdir bisa menjadi beban yang berat, terutama bagi mereka yang diberikan kekuatan besar," dia menatap Luna dengan pandangan yang menembus, seolah bisa melihat ke dalam hatinya. "Tapi, melarikan diri bukanlah jawabannya."

Luna terkejut mendengar kata-kata itu. "Apa maksudmu?" tanyanya, sedikit terguncang. "Kekuatan ini… aku takut akan menyakiti mereka yang aku cintai."

Pria tua itu tersenyum lembut, lalu duduk di atas batu besar di dekatnya, mengisyaratkan agar Luna duduk di sampingnya. Setelah beberapa saat, Luna memutuskan untuk duduk, merasakan bahwa dia mungkin bisa mendapatkan jawaban dari orang asing ini.

"Kekuatanmu adalah pedang bermata dua," kata pengembara itu pelan. "Itu bisa menghancurkan, tapi juga bisa melindungi. Pertanyaannya adalah, bagaimana kamu memilih untuk menggunakannya?"

Luna terdiam, menatap ke tanah. "Aku tidak tahu… Aku takut membuat kesalahan."

Pria itu mengangguk lagi, memahami. "Rasa takut adalah bagian dari kita sebagai manusia. Itu mengingatkan kita akan tanggung jawab kita. Namun, jika kita membiarkan rasa takut mengendalikan kita, kita akan kehilangan kesempatan untuk melakukan kebaikan."

Luna menatap pria itu, matanya yang hitam penuh dengan kebingungan dan rasa sakit. "Tapi bagaimana jika aku gagal? Bagaimana jika aku tidak bisa mengendalikan kekuatanku dan malah menyakiti orang lain?"

Pengembara itu meletakkan tangannya di bahu Luna dengan penuh kasih. "Ketika kau ragu, ingatlah ini, tidak ada kekuatan yang lebih besar daripada cinta dan niat baik. Jika hatimu benar, kau akan menemukan cara untuk mengendalikan kekuatanmu. Dan ingatlah, kesendirian bukanlah satu-satunya jalan. Ada orang-orang yang akan mendukungmu, membantumu menemukan keseimbangan."

Luna merasakan kehangatan dari kata-kata pria itu. Namun, kesedihannya belum sepenuhnya hilang. "Bagaimana jika aku sudah terlalu jauh? Bagaimana jika aku tidak bisa kembali lagi?"

Pengembara itu menarik napas dalam-dalam, seakan memikirkan jawabannya dengan hati-hati. "Kau selalu bisa kembali, Nak. Jalan pulang selalu ada, bahkan jika kita tidak melihatnya. Yang penting adalah apakah kau siap untuk mengambil risiko dan menghadapi ketakutanmu."

Kata-kata itu menggema di hati Luna. Perlahan, dia mulai merasa bahwa mungkin dia bisa menemukan jalan untuk mengendalikan kekuatannya, untuk kembali ke dunia yang telah ia tinggalkan. Tapi itu bukan perjalanan yang mudah, itu akan memerlukan keberanian, ketekunan, dan mungkin bimbingan dari orang-orang seperti pengembara tua ini.

"Aku akan mencobanya," kata Luna akhirnya, suaranya penuh dengan keteguhan. "Aku akan mencoba menemukan cara untuk mengendalikan kekuatanku, dan jika mungkin… kembali ke rakyatku."

Pengembara itu tersenyum, tampak puas. "Itulah semangat yang seharusnya. Ingat, Nak, perjalananmu belum berakhir. Mungkin akan ada banyak rintangan di depan, tetapi jangan pernah kehilangan harapan."

Luna mengangguk, merasa lebih ringan dari sebelumnya. "Terima kasih… atas nasihatmu."

Pria tua itu berdiri, siap melanjutkan perjalanannya. "Jaga dirimu, Nak. Dunia ini membutuhkan orang-orang sepertimu, orang yang kuat, tetapi juga penuh kasih."

Saat pengembara itu berjalan menjauh, Luna menatapnya dengan penuh rasa terima kasih. Dia tahu bahwa perjalanannya masih panjang, tetapi sekarang ada secercah harapan di hatinya. "Kakek tua itu benar,"

Episodes
1 Luna Shang Yuan (Arc 1: Seruling Perak Yueliang)
2 Teh Yui Zheng
3 Pendekar Pengembara Sunyi
4 Keputusan Sulit Sang Ratu
5 Serangan Di Hutan Jingu
6 Pertarungan Di Air Terjun Zhenlong
7 Zhengyu Shen dan Pertempuran di Lembah
8 Zhengyu Shen dan Kabar Tentang Ratu Shang Yuan
9 Perasaan Seorang Ratu
10 Pengorbanan dan Kesetiaan Penduduk Shang Yuan
11 Pendeta Misterius
12 Tugas Penting Pengembara Sunyi
13 Luna Shang Yuan & Roh Gadis Telaga Shen Hu
14 Roh Gunung VS Naga Yueliang
15 Pengembara Hitam Yingzhu
16 Kerajaan Megah Shang Yuan
17 Cincin Roh Telaga
18 Ratu & Rusa Jantan Putih
19 Desa Feng Hua
20 Perpisahan Dengan Hewan Suci
21 Serigala-serigala Menyeramkan
22 Anak Sebatang Kara Bertemu Dengan Ratu
23 Ratu Yang Melindungi Penduduk Desa
24 Hutan Bambu Di Malam Hari
25 Luna Menuju Desa Feng Hua
26 Keheningan di Balik Pegunungan Es
27 Manipulasi Dan Rencana Jahat
28 Harapan dalam Pesan Misterius
29 Takdir Yang Tak Terlihat
30 Hukuman Sang Ratu
31 Beku Dalam Kristal Abadi
32 Keberadaan Tak Terduga
33 Menjamu Sang Ratu
34 Malam Di Desa Feng Hua
35 Keterlibatan Roh Gadis Telaga Shen Hu
36 Penyerangan Desa Feng Hua - Bagian 1
37 Penyerangan Desa Feng Hua - Bagian 2
38 Penyerangan Desa Feng Hua - Bagian 3
39 Final ARC Yueliang - Kesedihan Sang Ratu (BOOK 1 END)
40 Yue Ji & Xin Ji (Arc 2: Matahari Terlarang)
41 Pengembara Putih dan Pengembara Sunyi
42 Rahasia Sang Ratu
43 Meninggalkan Desa Feng Hua
44 Pangeran Dari Kerajaan Shang 'An Xin
45 Penguasa Mutlak Dalam Kekangan Kekuatan
46 Hati Yang Terkunci Oleh Ambisi
47 Kecemasan Di Mata Penduduk Kerajaan Xin
48 Kesucian Yang Terpaku Kegelapan
49 Cinta Yang Membeku Di Kerajaan Shang' An Xin
50 Pengembara Putih Dan Pengembara Hitam
51 Tangkap Sang Ratu!
52 Yue Ji dan Xin Ji
53 Rahasia Nama "Yue Ji."
54 Jalan Menuju Artefak
55 Artefak Kuno: Seruling Yueliang VS Matahari Terlarang - Bagian 1
56 Artefak Kuno: Seruling Yueliang VS Matahari Terlarang - Bagian 2
57 Artefak Kuno: Seruling Yueliang VS Matahari Terlarang - Final
58 Cinta Antara Cahaya Dan Kegelapan
59 Kegelisahan Sang Ratu
60 Final ARC Matahari Terlarang - Meninggalkan Kerajaan Xin (BOOK 2 END)
61 Kaum Manusia Burung (Arc 3: Cermin Langit)
62 Terikat Dalam Kebebasan Angkasa
63 Yuxiao Zu, Bertemu Sang Ratu
64 Gadis Telaga Shen Hu, Dongeng Zhenyang
65 Hati Yang Tidak Sendiri
66 Jalan Menuju Negri Manusia Burung
67 Tempat Tertinggi, Lingyu Shanju
68 Helaian Yang Semerbak
69 Waspada Terhadap Sang Pengelana
70 Kemunculan Kura-Kura Dunia
71 Yuyan Dan Jejak Sang Pengkhianat
72 Cermin Yang Menyimpan Takdir
73 Perjalanan Menemukan Jati Diri Sang Ratu
74 Tugas Sang Titisan Dewi Salju
75 Dingin Yang Menguji Hati.
76 Es Yang Memecah Keraguan
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Luna Shang Yuan (Arc 1: Seruling Perak Yueliang)
2
Teh Yui Zheng
3
Pendekar Pengembara Sunyi
4
Keputusan Sulit Sang Ratu
5
Serangan Di Hutan Jingu
6
Pertarungan Di Air Terjun Zhenlong
7
Zhengyu Shen dan Pertempuran di Lembah
8
Zhengyu Shen dan Kabar Tentang Ratu Shang Yuan
9
Perasaan Seorang Ratu
10
Pengorbanan dan Kesetiaan Penduduk Shang Yuan
11
Pendeta Misterius
12
Tugas Penting Pengembara Sunyi
13
Luna Shang Yuan & Roh Gadis Telaga Shen Hu
14
Roh Gunung VS Naga Yueliang
15
Pengembara Hitam Yingzhu
16
Kerajaan Megah Shang Yuan
17
Cincin Roh Telaga
18
Ratu & Rusa Jantan Putih
19
Desa Feng Hua
20
Perpisahan Dengan Hewan Suci
21
Serigala-serigala Menyeramkan
22
Anak Sebatang Kara Bertemu Dengan Ratu
23
Ratu Yang Melindungi Penduduk Desa
24
Hutan Bambu Di Malam Hari
25
Luna Menuju Desa Feng Hua
26
Keheningan di Balik Pegunungan Es
27
Manipulasi Dan Rencana Jahat
28
Harapan dalam Pesan Misterius
29
Takdir Yang Tak Terlihat
30
Hukuman Sang Ratu
31
Beku Dalam Kristal Abadi
32
Keberadaan Tak Terduga
33
Menjamu Sang Ratu
34
Malam Di Desa Feng Hua
35
Keterlibatan Roh Gadis Telaga Shen Hu
36
Penyerangan Desa Feng Hua - Bagian 1
37
Penyerangan Desa Feng Hua - Bagian 2
38
Penyerangan Desa Feng Hua - Bagian 3
39
Final ARC Yueliang - Kesedihan Sang Ratu (BOOK 1 END)
40
Yue Ji & Xin Ji (Arc 2: Matahari Terlarang)
41
Pengembara Putih dan Pengembara Sunyi
42
Rahasia Sang Ratu
43
Meninggalkan Desa Feng Hua
44
Pangeran Dari Kerajaan Shang 'An Xin
45
Penguasa Mutlak Dalam Kekangan Kekuatan
46
Hati Yang Terkunci Oleh Ambisi
47
Kecemasan Di Mata Penduduk Kerajaan Xin
48
Kesucian Yang Terpaku Kegelapan
49
Cinta Yang Membeku Di Kerajaan Shang' An Xin
50
Pengembara Putih Dan Pengembara Hitam
51
Tangkap Sang Ratu!
52
Yue Ji dan Xin Ji
53
Rahasia Nama "Yue Ji."
54
Jalan Menuju Artefak
55
Artefak Kuno: Seruling Yueliang VS Matahari Terlarang - Bagian 1
56
Artefak Kuno: Seruling Yueliang VS Matahari Terlarang - Bagian 2
57
Artefak Kuno: Seruling Yueliang VS Matahari Terlarang - Final
58
Cinta Antara Cahaya Dan Kegelapan
59
Kegelisahan Sang Ratu
60
Final ARC Matahari Terlarang - Meninggalkan Kerajaan Xin (BOOK 2 END)
61
Kaum Manusia Burung (Arc 3: Cermin Langit)
62
Terikat Dalam Kebebasan Angkasa
63
Yuxiao Zu, Bertemu Sang Ratu
64
Gadis Telaga Shen Hu, Dongeng Zhenyang
65
Hati Yang Tidak Sendiri
66
Jalan Menuju Negri Manusia Burung
67
Tempat Tertinggi, Lingyu Shanju
68
Helaian Yang Semerbak
69
Waspada Terhadap Sang Pengelana
70
Kemunculan Kura-Kura Dunia
71
Yuyan Dan Jejak Sang Pengkhianat
72
Cermin Yang Menyimpan Takdir
73
Perjalanan Menemukan Jati Diri Sang Ratu
74
Tugas Sang Titisan Dewi Salju
75
Dingin Yang Menguji Hati.
76
Es Yang Memecah Keraguan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!