Di bawah rembulan yang bercahaya terang, seekor burung gagak terbang menerpa awan, menyapu pandangan luas desa Feng Hua dari ketinggian.
Burung itu terbang rendah, melewati berbagai rumah dengan kecepatan anggun dan mengesankan. Angin malam yang sejuk menyertai terbangnya burung itu, menciptakan suara desiran yang tenang di antara dedaunan pepohonan.
Burung gagak itu menuju ke sebuah rumah besar yang tampak lebih megah dibandingkan rumah-rumah lainnya. Rumah itu memiliki jendela besar yang sedikit berisik oleh pembicaraan dari dalam.
Burung gagak itu hinggap di tepi jendela, mendengarkan percakapan yang berlangsung di dalam.
Di dalam rumah, suasana tegang terasa di antara beberapa orang yang sedang berdiskusi. Seorang pria, Ning Long, dengan raut wajah serius, berbicara dengan nada meyakinkan. "Ketua, desa sudah memiliki banyak sumber daya. Bukankah saatnya untuk memberikan keringanan kepada pekerja ladang?"
Ketua desa, Heng Guang, seorang pria berwibawa dengan rambut yang mulai memutih, duduk di kursi utama. Dia mendengarkan dengan penuh perhatian, namun raut wajahnya tetap tegas. "Bagaimana menurut pertanyaan Ning Long, Fan Bin?" tanyanya, mengarahkan pandangannya kepada seorang pria yang berdiri di dekatnya.
Fan Bin, sang menteri yang bijaksana namun penuh perhitungan, mengangkat alisnya dan menjawab dengan suara tenang namun tegas, "Tidak usah dengarkan dia, Yang Mulia. Meskipun sumber daya kita melimpah banyak, kita harus cerdas untuk lebih banyak mengumpulkannya. Lalu kemudian dijual ke desa tetangga."
Ning Long merasa keberatan, terlihat jelas dari ekspresi wajahnya. "Tapi—" Ning Long mencoba menyela, namun suara otoritas Heng Guang memotongnya dengan cepat. "Cukup, Ning Long. Kita harus memikirkan masa depan desa ini. Keputusan sudah dibuat."
Di dalam ruangan itu, ketegangan terasa semakin meningkat. Ning Long, dengan wajah penuh kekhawatiran, merasa tidak puas dengan keputusan yang diambil.
Sementara itu, Heng Guang tetap teguh dengan pendiriannya, lebih memihak kepada Fan Bin yang pragmatis.
Burung gagak di tepi jendela mengamati semuanya dengan mata tajam, seolah mengerti kompleksitas dari dinamika kekuasaan dan keputusan yang sedang berlangsung di dalam rumah besar tersebut.
Malam yang tenang di desa Feng Hua tetap berlanjut, meskipun di dalam ruangan itu, percakapan dan ketegangan terus bergelora.
Setelah diskusi di ruang utama selesai, Ning Long keluar dari rumah megah itu dengan raut wajah kesal dan frustrasi.
Saat berjalan sendirian di koridor panjang yang berhiaskan lentera-lentera bercahaya redup, ia berbicara pada dirinya sendiri dengan suara marah. "Menteri itu benar-benar tidak punya belas kasihan! Seandainya dia yang bekerja di ladang, mana mau dia diperlakukan sampai larut malam! Benar-benar tidak memiliki rasa kemanusiaan!"
Koridor yang dilaluinya terbuat dari kayu jati yang indah, dengan ukiran-ukiran halus menghiasi dindingnya.
Suara langkah kaki Ning Long bergema di malam yang sepi, menambah kesan sunyi dan misterius. Di luar, desa Feng Hua diselimuti suasana malam yang tenang, hanya terdengar suara angin sepoi-sepoi yang menggerakkan dedaunan pepohonan dan nyanyian jangkrik yang bersahutan.
Saat Ning Long berjalan, seorang pengawal yang berdiri tegak di sudut koridor memberikan hormat kepadanya. "Selamat malam, Tuan Long!"
Ning Long, meskipun dalam suasana hati yang buruk, berusaha tersenyum dan menganggukkan kepala sebagai balasan. Ia melanjutkan langkahnya, mencoba menenangkan pikirannya yang gelisah.
Namun tiba-tiba, suara berdebuk terdengar dari belakangnya.
"Apa yang terjadi?" Pikir Ning Long terkejut.
Ning Long menoleh dengan cepat dan melihat pengawal tadi terjatuh ke lantai. Mata pengawal itu tertutup dan tubuhnya gemetar, terlihat sangat lemah.
Ning Long bergegas kembali, lututnya bersimpuh di samping pengawal itu. Dengan nada cemas, ia berkata, "Kau baik-baik saja? Apa yang terjadi?" Ia mencoba membantu pengawal itu bangun, namun tubuh pengawal itu terasa sangat lemah dan gemetar hebat.
Pengawal itu membuka matanya perlahan, wajahnya pucat pasi. "Maafkan saya, Tuan Long. Saya merasa pusing dan lemah," katanya dengan suara pelan dan terputus-putus.
Ning Long, melihat kondisi pengawal yang mengkhawatirkan, mencoba menenangkan pengawal tersebut. "Tenanglah, aku akan membantumu. Apakah kamu bisa berdiri?"
Suasana malam di desa Feng Hua begitu tenang, dengan cahaya bulan yang lembut menyinari jalan-jalan yang sepi.
Namun, di dalam rumah besar itu, keheningan malam terasa kontras dengan kecemasan Ning Long yang mencoba membantu pengawal yang lemah. Di tengah ketenangan malam, ada getaran kekhawatiran yang menggelayuti hati Ning Long.
Ning Long bertanya dengan suara penuh kekhawatiran, "Apa yang terjadi? Apa yang membuatmu seperti ini?"
Pengawal itu, masih terbaring lemah di lantai, berusaha keras untuk menjawab dengan suara yang terputus-putus, "Aku bekerja, mendedikasikan hidupku di rumah ini selama tujuh hari tanpa makan dan tidur. Maaf jika aku harus mengatakan keluhanku, Tuan Long."
Mendengar pengakuan pengawal itu, Ning Long terdiam sejenak.
Ia merasa kagum sekaligus prihatin melihat betapa pengawal itu mendedikasikan dirinya untuk menjaga rumah ketua dengan begitu tekun. Tatapan Ning Long melunak, penuh rasa hormat dan empati.
Ning Long mengangguk pelan, menatap pengawal itu dengan penuh pengertian. "Baiklah, pulang dan beristirahatlah," katanya dengan suara lembut namun tegas.
Namun, pengawal itu, dengan mata yang penuh kekhawatiran, membalas, "Tapi Tuan Long, jika aku pulang, aku takut ketua akan menghukum keluargaku."
Ning Long tersenyum tipis, mencoba menenangkan pengawal yang cemas itu. "Tenang saja," katanya, "pengawal dari rumahku akan menggantikan posisimu sementara. Aku akan memastikan semuanya baik-baik saja."
Dengan kebaikan hatinya, Ning Long membantu pengawal itu untuk bangun.
Ia menepuk bahu pengawal tersebut dengan lembut, memberi tanda bahwa ia bisa pulang dan beristirahat tanpa perlu khawatir akan konsekuensi apapun.
Pengawal itu, dengan mata yang berkaca-kaca, berusaha untuk tetap tegak. "Terima kasih, Tuan Long," katanya dengan suara yang masih lemah, namun penuh rasa syukur.
Ning Long hanya mengangguk, mengiringi pengawal itu dengan pandangan penuh kepedulian saat ia perlahan-lahan berjalan menjauh, menuju rumahnya untuk beristirahat.
Ning Long berdiri di koridor yang sepi, pikirannya bergelut dengan kekhawatiran dan kemarahan. "Desa ini semakin gila," gumamnya dengan nada penuh tekad. "Sebaiknya aku harus segera menemukan keluarga Wen untuk menjelaskan mengenai ini semua."
Dengan langkah yang mantap, Ning Long melanjutkan perjalanannya menyusuri koridor panjang itu.
Suasana desa Feng Hua kini terasa sunyi dan tenang, hanya diiringi oleh suara angin malam yang berhembus lembut melalui celah-celah bangunan kayu.
Di luar, di balik dinding pembatas desa, masih banyak pekerja yang berkutat di ladang, meskipun malam semakin larut dan udara semakin dingin.
Malam yang gelap diterangi oleh cahaya bulan yang redup, memancarkan sinar perak yang menyelimuti desa dengan keindahan melankolis.
Lentera-lentera yang tergantung di sepanjang jalan utama desa bergoyang perlahan, memberikan cahaya hangat yang tidak cukup untuk mengusir dinginnya malam. Suara jangkrik dan hewan malam lainnya menyatu dalam simfoni alam yang menenangkan, namun tak bisa menyembunyikan ketegangan yang dirasakan Ning Long di hatinya.
Para pekerja di ladang terlihat berjuang keras di bawah cahaya rembulan, wajah mereka tampak lelah namun tetap berusaha menyelesaikan tugas mereka.
Mereka menggali, memanen, dan mengangkut hasil ladang dengan dedikasi yang luar biasa, meskipun tubuh mereka sudah tampak kelelahan. Kedinginan malam menyusup ke tulang, namun semangat mereka tetap menyala demi keluarga dan desa tercinta.
Ning Long, dengan hati yang semakin bertekad, melangkah keluar dari koridor dan menembus malam yang dingin.
Ia tahu bahwa ia harus segera bertemu dengan keluarga Wen, salah satu keluarga berpengaruh di desa ini, untuk membahas situasi yang semakin tidak terkendali.
Langkahnya cepat dan mantap, matanya memancarkan ketegasan dan tekad yang tidak tergoyahkan.
Desa Feng Hua, meskipun dalam keadaan sunyi dan tenang, menyimpan banyak cerita perjuangan dan pengorbanan.
Di bawah cahaya bulan yang redup, desa itu terlihat seperti lukisan indah namun penuh dengan dinamika kehidupan yang kompleks.
Ning Long berjanji dalam hati untuk berjuang demi keadilan dan kesejahteraan semua orang di desa ini, meskipun jalan yang harus ditempuh penuh dengan tantangan dan rintangan.
"Bagaimanapun, Desa sedang sakit. Aku harus melengserkan posisi mentri kejam itu!" pikir Ning Long. Dia menatap tajam saat berjalan diluar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments