18. Rawa Hutan Bambu

Suara riuh memecah pagi. Pak Wira mendorong pintu garasi dengan kruk, terdengar sangat tidak sabar, jika masih memiliki dua kaki, ia pasti sudah berlari.

Tergopoh-gopoh ia berjalan ke arah kamar Dara. Tadi malam ia mimpi buruk, membuatnya tersentak bangun dengan napas memburu. Keringat dingin sebesar biji jagung menetes tanpa henti dari keningnya, hatinya benar-benar tidak tenang, dilingkupi kecemasan akibat apa yang ia lihat dalam mimpinya.

Ia tiba di depan kamar Dara, dan hatinya seketika seolah jatuh ke perut.

Kamar Dara terbuka lebar!

Gadis itu tidak ada di sana. Tempat tidurnya masih berantakan, bahkan bantalnya jatuh di lantai, seolah dia pergi terburu-buru.

Jelas dia pergi terburu-buru. Kemarin dia pasti merasa sangat ngeri, mengira dirinya hampir mati terbakar di dalam kamar terkunci.

Ketika menemukan Siti membakar kertas di depan pintu, membiarkan asap masuk lewat celah di bawahnya, Pak Wira meradang. Untunglah ia tiba tepat waktu, telambat sedikit... entah apa yang akan menimpa gadis itu.

Ia mencengkeram lengan Siti dan menginjak-injak kertas-kertas yang menyala itu hingga padam dengan kruk dan kakinya, tidak memedulikan ada api yang menjilat telapak kakinya, membuatnya melepuh.

“LO GILA APA?!” Pak Wira berteriak, memelototi Siti. “Tuan sama Nyonya lagi gak ada, lo mau rumah ini kebakaran?”

“Loh, bukannya Pak Wira mau ngusir dia? Biar dia cepetan pergi dari sini?” Siti balas berteriak, tidak terima disalahkan.

“Tapi gak gini caranya.” Pak Wira masih melotot, menoyor kepala Siti sekuat tenaga sampai gadis itu oleng. “Dasar tolol. Punya otak dipake!”

“Kenapa jadi guuue yang salah?” Siti masih tidak terima, merotasi matanya.

Pak Wira mengabaikannya, dan bergegas mendobrak pintu dengan bahunya yang tebal. Ia bahkan tidak peduli untuk meminta kunci.

“Gak usah banyak bacot.” Pak Wira bergumam geram. Jika menuruti emosi, ia ingin sekali mencekik gadis jelek iri dengki yang tolol ini.

Asap yang memenuhi kamar berangsur-angsur buyar dan menipis begitu pintu dibuka dan udara masuk dari luar.

Pak Wira menemukan Dara tergeletak di lantai, tidak sadarkan diri.

“Cepetan! Bantuin gua angkat dia ke kamarnya.” Pak Wira berteriak pada Siti yang berdiri diam sambil melipat tangan di depan dada.

“Kok gue?”

“Lo bantu gak?” Pak Wira mengangkat kruknya, berlagak hendak memukul kepala Siti. “Atau mau kepala lo yang pecah?”

Dengan terpaksa, Siti melangkah maju. Pak Wira menyelipkan satu lengan ke bawah kedua dengkul Dara, dan Siti diperintahkan memegang kedua lengan Dara untuk mengangkat tubuhnya.

Beringsut mereka menggotong Dara ke kamarnya, lalu membaringkan gadis itu di tempat tidurnya.

“Awas kalo lo macem-macem lagi!” Pak Wira menunjuk hidung Siti. “Gua laporin polisi atas percobaan pembunuhan lo!”

“Kok? Gua gak ngerti. Pak Wira bukannya benci sama dia? Bukannya mau dia cepet-cepet pergi dari sini?” Siti mengernyit tak mengerti.

Pak Wira tidak menjawab. Setelah menyalakan exhaust fan dan menutup pintu, ia pergi dari kamar Dara.

Ia memang tidak kembali untuk mengecek kondisi gadis itu. Dan itu adalah kesalahan terbesarnya!

Entah mengapa, ia ketiduran, sangat pulas seolah dibius. Bahkan mendapat mimpi buruk yang sangat panjang tanpa ia bisa terbangun. Ketika matanya berhasil terbuka, pagi telah menjelang. Dan hatinya langsung mengatakan sesuatu yang buruk telah terjadi.

Inilah yang buruk itu.

Dara menghilang!

“SITI! SITI!” Pak Wira menggedor-gedor pintu kamar Siti.

Terdengar suara kaki diseret dari dalam kamar. Tak lama, pintu dibuka dan wajah Siti muncul, mengerjapkan mata karena dibangunkan terpaksa.

“Apa sih Pak? Gak ada kiriman kan? Kenapa ribut banget ngebagunin subuh-subuh.” Siti mengomel, mulutnya cemberut.

“Dara hilang,” Pak Wira menjawab singkat.

“Palingan juga nemuin lakinya yang suka nyupang gak kira-kira itu. Dasar gatel. Cih!” Siti mencibir jijik.

“Gak usah banyak omong. Teleponin si Dio sama Hadri, suruh cepetan datang.”

Dio dan Hadri adalah salah dua dari pekerja di sana yang tempat tinggalnya tidak jauh, sehingga bisa segera tiba. Dan kebetulan, keduanya kakak adik yang tinggal serumah.

“Gak ada kiriman buat apa mereka disuruh datang, Pak?” Siti masih bergeming.

“Udaaahh… cepetan. Bisa gak sih lo nurut tanpa banyak tanya?!” Pak Wira mengernyit.

Dengan ogah-ogahan, Siti meraih ponselnya untuk menelepon kedua orang yang dimaksud.

“Cepetan ke sini.” Siti berucap tanpa mengatakan halo, lalu melanjutkan setelah mendengar jawaban dari seberang, “Gak taaauuu… pokoknya Pak Wira nyuruh lo orang datang.”

“Udah ya. Gua mau tidur lagi.” Siti berbalik kembali masuk ke kamarnya.

Pak Wira mendengkus, tidak memedulikannya lagi, lalu berjalan ke arah pintu gerbang, menunggu Dio dan Hadri datang.

Begitu mereka tiba dengan wajah penuh tanda tanya, Pak Wira langsung mengajak mereka pergi.

“Kita mau ke mana, Pak?” Tanya Dio.

“Kirain disuruh datang karena ada kiriman dadakan.” Yang ini Hadri yang bicara.

“Bantuin gua ngecek sesuatu.” Pak Wira berkata singkat.

Mereka berjalan ke arah belakang rumah, menyusuri jalanan tidak beraspal yang mengarah ke hutan bambu. Pak Wira berjalan tergopoh-gopoh, meskipun tampak sulit karena mengenakan kruk.

“Buru-buru banget Pak?” Tanya Dio. "Kita ngejar apaan sih?"

Pak Wira terengah-engah, campuran antara kecepatan gerakannya yang tergesa-gesa dan kegelisahan. Wajahnya tampak cemas.

Akhirnya, mereka tiba di tempat yang dituju.

“Kita ngapain ke sini, Pak?” Hadri menoleh padanya dengan heran.

Karena...

Tidak ada apa-apa di sana selain rawa dan hutan bambu rimbun yang tak terurus. Tidak ada pondok, bahkan tidak ada jembatan yang menyeberangi rawa.

Area itu telah dipagari kawat berduri karena dianggap tidak aman. Menjaga agar tidak ada orang yang tanpa sengaja masuk atau tersesat di sana. Bahkan di pagar itu dipasang papan dengan tulisan besar-besar: "AREA BERBAHAYA. DILARANG MASUK."

Bertahun-tahun yang lalu, pernah ada seorang pemuda yang mati mengenaskan karena digigit ular, dan baru ditemukan tiga hari kemudian.

Nama pemuda itu, Damar.

Terpopuler

Comments

aas

aas

waaah si Damar hantu. terus itu Dara ikut kemana dah, ikut mati gitu? 😩

2025-02-01

0

Hariyanti Katu

Hariyanti Katu

astaga,nasib dara gmn thoorr

2024-11-29

0

Andriani

Andriani

owalah. Damar hantu rupanya

2024-09-19

1

lihat semua
Episodes
1 1. Dara
2 2. Tante Miranti
3 3. Ditinggalkan Oom Bernard
4 4. Pak Wira
5 5. Hari Pertama Kerja
6 6. Hampir Mati
7 7. Lelaki Misterius
8 8. Oom Bernard Kembali
9 9. Kiriman Ular
10 10. Ancaman
11 11. Obsesi
12 12. Penyelidikan Dara
13 13. Kecanduan
14 14. Jejak-Jejak Cinta
15 15. Kejanggalan Dara
16 16. Altar Dupa
17 17. Terjebak
18 18. Rawa Hutan Bambu
19 19. Ajal
20 20. Delapan Belas Tahun Yang Lalu
21 21. Misi Menjerat Majikan
22 22. Menyerahkan Diri
23 23. Siasat Licik
24 24. Rayuan Miranti
25 25. Malaikat Kecil
26 26. Awan Murni Yang Bersih
27 27. Rival
28 28. Anak Baru
29 29. Sesal
30 30. Damar
31 31. Kata-kata Tajam
32 32. Luka
33 33. Rencana Untuk Pergi
34 34. Mencari Kebenaran
35 35. Nasihat Bijak
36 36. Kecewa
37 37. Cinta Monyet
38 38. Kamu Di Mana?
39 39. Kehilangan Jejak
40 40. Pengakuan
41 41. Kasmaran
42 42. Hari-Hari Bersamamu
43 43. Buah Terlarang
44 44. Buah Dosa
45 45. Di Bawah Langit dan Disaksikan Bulan
46 46. Petaka
47 47. Manusia Hanya Bisa Berencana
48 48. Takdir Memang Tidak Adil
49 49. Tidak Akan Pernah Kembali
50 50. Rahasia Yang Terpendam
51 51. Teror
52 52. Gadis-Gadis Di Rumah Itu
53 53. Patah Arang
54 54. Benang Merah (Bab Ekstra 1)
55 55. Benang Merah (Bab Ekstra 2)
56 56. Benang Merah (Bab Ekstra 3)
57 57. Benang Merah (Bab Ekstra 4)
Episodes

Updated 57 Episodes

1
1. Dara
2
2. Tante Miranti
3
3. Ditinggalkan Oom Bernard
4
4. Pak Wira
5
5. Hari Pertama Kerja
6
6. Hampir Mati
7
7. Lelaki Misterius
8
8. Oom Bernard Kembali
9
9. Kiriman Ular
10
10. Ancaman
11
11. Obsesi
12
12. Penyelidikan Dara
13
13. Kecanduan
14
14. Jejak-Jejak Cinta
15
15. Kejanggalan Dara
16
16. Altar Dupa
17
17. Terjebak
18
18. Rawa Hutan Bambu
19
19. Ajal
20
20. Delapan Belas Tahun Yang Lalu
21
21. Misi Menjerat Majikan
22
22. Menyerahkan Diri
23
23. Siasat Licik
24
24. Rayuan Miranti
25
25. Malaikat Kecil
26
26. Awan Murni Yang Bersih
27
27. Rival
28
28. Anak Baru
29
29. Sesal
30
30. Damar
31
31. Kata-kata Tajam
32
32. Luka
33
33. Rencana Untuk Pergi
34
34. Mencari Kebenaran
35
35. Nasihat Bijak
36
36. Kecewa
37
37. Cinta Monyet
38
38. Kamu Di Mana?
39
39. Kehilangan Jejak
40
40. Pengakuan
41
41. Kasmaran
42
42. Hari-Hari Bersamamu
43
43. Buah Terlarang
44
44. Buah Dosa
45
45. Di Bawah Langit dan Disaksikan Bulan
46
46. Petaka
47
47. Manusia Hanya Bisa Berencana
48
48. Takdir Memang Tidak Adil
49
49. Tidak Akan Pernah Kembali
50
50. Rahasia Yang Terpendam
51
51. Teror
52
52. Gadis-Gadis Di Rumah Itu
53
53. Patah Arang
54
54. Benang Merah (Bab Ekstra 1)
55
55. Benang Merah (Bab Ekstra 2)
56
56. Benang Merah (Bab Ekstra 3)
57
57. Benang Merah (Bab Ekstra 4)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!