2. Tante Miranti

Istri Oom Bernard bertubuh sintal dengan kulit bersih dan putih mulus. Matanya bulat besar, bersanggul di atas kepala. Ia tidak terlalu tinggi. Usianya mungkin baru lima puluh, jelas terpaut jauh dengan Oom Bernard.

Kalau tidak salah, Mama mengatakan usia Oom Bernard sekitar tujuh puluh, meskipun masih terlihat gagah dan sehat. Tubuhnya tinggi dan belum bungkuk, dengan alis tebal dan mata masih awas, belum mengenakan kaca mata ketika membaca. Ketika muda ia pasti sangat tampan.

‘Tidak seperti Papa yang terlihat lebih tua dari usianya,’ Dara membatin dalam hati. Uang memang bisa membuat penampilan seseorang terlihat lebih baik. Atau itu karena ia lebih banyak bermukim di Cina yang udaranya segar dan makannya sehat? Atau mungkin keduanya.

“Mir, ini Dara, dia akan tinggal di sini, aku menugaskan dia untuk membereskan pembukuan kita,” Oom Bernard memperkenalkan mereka.

Di belakang Tante Mir, seorang gadis berambut sebahu mengikuti.

“Itu Siti.” Oom Bernard menunjuk gadis di belakang Tante Mir, lalu berkata kepadanya, “Siti, mulai besok kamu serah terima pekerjaan. Pembukuan akan dipegang Dara, kamu urus operasional saja.”

Dara benar-benar terkejut karena datang-datang ia sudah merebut pekerjaan orang. Wajah Siti jelas menunjukkan rasa tidak suka. Bibirnya tertarik sinis. Kedua matanya menatap Dara dari kepala ke kaki.

Dara ingin balas menatapnya dari kaki ke kepala lalu ke kaki lagi. Tapi ia takut mengecewakan Mama, ia harus bersikap sopan, atau ia akan kehilangan pekerjaan ini. Jadi ia menekan ego, mengulurkan tangan, tersenyum menjabat tangan Tante Mir dan Siti.

Tante Mir menatapnya dengan pandangan yang sulit dibaca. Dara tak bisa menerjemahkan  makna apa yang ada di sorot matanya.

“Siti, antarkan Dara ke kamar yang kemarin sudah gua bilang.” Tante Mir menoleh pada Siti, lalu berkata pada Dara. “Kamu taruh dulu kopernya, Siti akan antar kamu.”

“Oom akan masak dulu, nanti makan bareng ya.” Oom Bernard tersenyum, lalu berjalan pergi diikuti Tante Mir. Mungkin menuju dapur.

Rumah ini sangat besar, sepertinya dipisahkan menjadi tiga bagian. Begitu masuk adalah area terbuka yang pasti berfungsi sebagai tempat kerja, menerima dan mengolah belut dari pemasok. Agak masuk adalah bangunan beratap yang ternyata bak-bak penampungan.

Ada taman kecil yang tampak tak terurus, dengan rumput-rumput yang mulai meninggi. Dara sudah membayangkan nyamuk-nyamuk beterbangan di malam hari.

Siti berjalan mendahuluinya, melewati taman itu, dan berhenti di salah satu dari tiga kamar yang berderet. Kamar itu terletak paling depan, dengan pintu masuk dari taman, dan jendela kecil yang menghadap ke area terbuka itu.

Furnitur di dalamnya sederhana, hanya ada tempat tidur tunggal, lemari plastik dan meja rias dengan cermin kecil, tanpa AC, hanya exhaust fan yang menempel di dinding, sehingga pasti panas jika berdiam di dalamnya pada siang hari. Sekarang pun Dara sudah merasa pengap begitu pintu dibuka.

“Sebelumnya ini kamar siapa?” tanya Dara pada Siti.

“Gak ada, emang kosong, buat kalau ada tamu yang menginap. Agak panas sih, kalau di kamarku ada AC.” Ujar Siti, tampak puas.

“Gak apa-apa, kamarku di Ciamis juga gak ada AC, kok.” Dara tersenyum, meskipun hatinya merasa dongkol.

Dara tidak melihat rumah mereka.

‘Mungkin terletak di paling dalam.’ Dara berpikir dalam hati.

“Aku mau nunjukin kantor tempat kita kerja.” Siti yang menunggu di pintu sambil melipat tangan di depan dada berkata.

Mendengar itu, Dara hanya meletakkan kopernya begitu saja, tidak jadi membongkar untuk membereskannya, lalu berjalan mengikuti Siti.

Kantor itu terletak di seberang taman, berhadapan dengan kamar mereka. Di dalamnya ada dua meja tulis kayu, dengan lemari dokumen di belakangnya, dan lukisan kaligrafi Cina tertempel di dinding.

Di salah satu meja, terdapat tumpukan buku-buku besar, alat tulis dan kalkulator, serta salinan nota tanda terima. Bahkan tidak ada komputer, semua masih dikerjakan manual.

“Tuan sama Nyonya tinggal di rumah belakang,” Siti menjelaskan. “Kita sih jarang ke sana, kecuali dipanggil.”

Dara mengangguk mengerti.

“Lalu… apakah aku bisa melihat pembukuan seperti apa yang selama ini kamu kerjakan? Yang… yang akan aku pegang nanti?”

“Sabaaarr… napsu amat.” Siti merotasi matanya. Dara terkejut.

“Bukan begitu, aku hanya ingin melihat, karena ini pekerjaan yang benar-benar baru untukku.”

“Kamu bukannya calon sarjana? Pernah kuliah kan? Masa cuma pembukuan aja gak ngerti.” Suara Siti sangat sinis.

Dara terdiam, malas debat kusir dengan orang yang jelas-jelas dengki karena merasa pekerjaannya direbut.

Tak lama kemudian, telepon di meja yang kosong berdering.

“Halo,” Siti menjawab. “Iya.” Lalu ia meletakkan kembali telepon itu.

“Kita dipanggil makan, ke rumah Tuan di belakang.” Katanya, sambil melenggang ke luar kantor.

Dara mengikutinya, membenarkan dugaannya tadi, rumah Oom Bernard terletak di belakang, paling jauh dan tersembunyi.

Rumah itu cukup mewah untuk kondisi ekonomi saat ini. Sangat bergaya Cina. Menampakkan jelas bahwa pemiliknya benar-benar orang Cina. Kata Mama, Oom Bernard memang orang Cina asli, yang datang ke Indonesia ketika remaja. Sudah memiliki istri di Cina, juga di Taiwan, tapi memiliki istri lagi di Indonesia. Jadi istrinya ada tiga.

Bahkan meja makan di sana, adalah meja bulat dengan bagian yang bisa diputar di tengahnya, seperti yang terdapat di drama-drama Mandarin atau restoran Cina. Dan seperangkat piring mangkok serta cangkir di atasnya, yang sekarang telah tersaji dengan hidangan yang dimasak Oom Bernard dan teh panas, juga adalah porselen Cina.

“Ayo duduk, Dara. Makan dulu ya.“ Oom Bernard tersenyum dengan ramah, menunjuk salah satu kursi di sebelah kirinya, sementara Tante Mir telah duduk di sebelah kanannya.

Dara menurut dan duduk di sana, sementara Siti menempati kursi di sebelah kanan Tante Mir.

“Kalian harus bekerja sama.” Oom Bernard memulai pembicaraan. “Pak Haji Mamat sudah telepon, satu minggu lagi akan kirim belut. Katanya bisa satu ton. Jadi satu minggu ini Dara belajar dulu dari Siti ya. Sekarang, ayo makan.”

Dara mengangguk, dan matanya menangkap Siti yang saling melirik dengan Tante Mir.

Dara tidak mengerti mengapa kedua wanita itu tidak menyukainya. Dara memiliki firasat, hari-harinya di sini tidak akan mudah.

Terpopuler

Comments

Reksa Nanta

Reksa Nanta

kalau Siti tidak kesal malah aneh.

2024-10-09

1

Mey-mey89

Mey-mey89

,,

2024-09-28

1

lihat semua
Episodes
1 1. Dara
2 2. Tante Miranti
3 3. Ditinggalkan Oom Bernard
4 4. Pak Wira
5 5. Hari Pertama Kerja
6 6. Hampir Mati
7 7. Lelaki Misterius
8 8. Oom Bernard Kembali
9 9. Kiriman Ular
10 10. Ancaman
11 11. Obsesi
12 12. Penyelidikan Dara
13 13. Kecanduan
14 14. Jejak-Jejak Cinta
15 15. Kejanggalan Dara
16 16. Altar Dupa
17 17. Terjebak
18 18. Rawa Hutan Bambu
19 19. Ajal
20 20. Delapan Belas Tahun Yang Lalu
21 21. Misi Menjerat Majikan
22 22. Menyerahkan Diri
23 23. Siasat Licik
24 24. Rayuan Miranti
25 25. Malaikat Kecil
26 26. Awan Murni Yang Bersih
27 27. Rival
28 28. Anak Baru
29 29. Sesal
30 30. Damar
31 31. Kata-kata Tajam
32 32. Luka
33 33. Rencana Untuk Pergi
34 34. Mencari Kebenaran
35 35. Nasihat Bijak
36 36. Kecewa
37 37. Cinta Monyet
38 38. Kamu Di Mana?
39 39. Kehilangan Jejak
40 40. Pengakuan
41 41. Kasmaran
42 42. Hari-Hari Bersamamu
43 43. Buah Terlarang
44 44. Buah Dosa
45 45. Di Bawah Langit dan Disaksikan Bulan
46 46. Petaka
47 47. Manusia Hanya Bisa Berencana
48 48. Takdir Memang Tidak Adil
49 49. Tidak Akan Pernah Kembali
50 50. Rahasia Yang Terpendam
51 51. Teror
52 52. Gadis-Gadis Di Rumah Itu
53 53. Patah Arang
54 54. Benang Merah (Bab Ekstra 1)
55 55. Benang Merah (Bab Ekstra 2)
56 56. Benang Merah (Bab Ekstra 3)
57 57. Benang Merah (Bab Ekstra 4)
Episodes

Updated 57 Episodes

1
1. Dara
2
2. Tante Miranti
3
3. Ditinggalkan Oom Bernard
4
4. Pak Wira
5
5. Hari Pertama Kerja
6
6. Hampir Mati
7
7. Lelaki Misterius
8
8. Oom Bernard Kembali
9
9. Kiriman Ular
10
10. Ancaman
11
11. Obsesi
12
12. Penyelidikan Dara
13
13. Kecanduan
14
14. Jejak-Jejak Cinta
15
15. Kejanggalan Dara
16
16. Altar Dupa
17
17. Terjebak
18
18. Rawa Hutan Bambu
19
19. Ajal
20
20. Delapan Belas Tahun Yang Lalu
21
21. Misi Menjerat Majikan
22
22. Menyerahkan Diri
23
23. Siasat Licik
24
24. Rayuan Miranti
25
25. Malaikat Kecil
26
26. Awan Murni Yang Bersih
27
27. Rival
28
28. Anak Baru
29
29. Sesal
30
30. Damar
31
31. Kata-kata Tajam
32
32. Luka
33
33. Rencana Untuk Pergi
34
34. Mencari Kebenaran
35
35. Nasihat Bijak
36
36. Kecewa
37
37. Cinta Monyet
38
38. Kamu Di Mana?
39
39. Kehilangan Jejak
40
40. Pengakuan
41
41. Kasmaran
42
42. Hari-Hari Bersamamu
43
43. Buah Terlarang
44
44. Buah Dosa
45
45. Di Bawah Langit dan Disaksikan Bulan
46
46. Petaka
47
47. Manusia Hanya Bisa Berencana
48
48. Takdir Memang Tidak Adil
49
49. Tidak Akan Pernah Kembali
50
50. Rahasia Yang Terpendam
51
51. Teror
52
52. Gadis-Gadis Di Rumah Itu
53
53. Patah Arang
54
54. Benang Merah (Bab Ekstra 1)
55
55. Benang Merah (Bab Ekstra 2)
56
56. Benang Merah (Bab Ekstra 3)
57
57. Benang Merah (Bab Ekstra 4)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!