11. Obsesi

Saat yang dinanti akhirnya tiba, akan ada kiriman belut berikut ular subuh nanti. Mata Dara menolak terpejam sepanjang malam.

Dara sangat gelisah. Ia duduk, lalu berdiri, berjalan mondar-mandir di dalam kamar, kembali duduk. Jari-jarinya dingin, telapak tangannya berkeringat, hatinya berdebar-debar, antara penantian dan harap-harap cemas.

Semoga ia tidak kecewa lagi. Ia telah bertekad, kali ini, jika lelaki surfer itu datang, Dara akan nekat menyapanya. Ia tak mau lagi ditinggalkan begitu saja dan kehilangan lagi. Ia bisa gila karena penasaran membayangkan rasa bibir dan sentuhan tangannya.

Mata Dara memejam, meremas tangannya. Sekarang saja, perutnya telah terasa geli, seolah ada ribuan kupu-kupu mengepakkan sayapnya di dalam sana.

Aneh, setiap kali membayangkan lelaki surfer itu, keinginannya untuk pulang lenyap sudah. Dara sungguh terobsesi, ingin segera melakukan hal-hal mesum dengannya. Sebenarnya ia heran, belum pernah ia merasa seperti ini pada lelaki mana pun. Padahal yang lebih ganteng banyak.

Pintu kamarnya akhirnya digedor. Dara hampir terloncat karena kaget. Ia membuka pintu dengan sekali sentak, sampai Siti hampir terjerembab. Siti menyumpah sambil memelototinya.

“Sial! Pelan-pelan dooong… Kasar amat jadi cewek!” Siti merotasi matanya.

Dara tidak mengindahkannya, tergesa-gesa melangkah ke luar, melayangkan pandang menembus gelap langit subuh.

Dalam pendar lampu neon, ia melihat bayangan lelaki surfer itu. Akhirnya! Jantungnya seketika berdetak sepuluh kali lebih cepat, sampai ia khawatir orang-orang akan melihat degup di balik dadanya. Napas Dara memburu.

Lelaki surfer itu sedang bersandar di tiang kayu, di bawah temaram lampu pijar. Matanya yang kuning tampak bercahaya. Dara merasa ingin segera berlari dan menjatuhkan diri dalam pelukannya. Akalnya benar-benar sudah hilang, ia tak lagi mampu berpikir.

Namun, suara bentakan Pak Wira menahan langkahnya. “HEH, BANGUN! Jangan jalan sambil tidur!”

Dara memejamkan mata untuk menenangkan emosi, mengembuskan napas, sekilas melirik ke arah lelaki surfer itu. Dia masih bersandar di tiang, tersenyum, tetapi tidak menghampirinya.

‘Tahu dirilah, Dara,’ bisik hatinya. ‘Dia saja bisa menahan diri, masa kamu tidak!’

Ia memang bertekat ingin menghampiri lelaki surfer itu. Tetapi ketika dia ada di hadapannya, Dara tiba-tiba merasa malu. Antara antusiasme dan harga diri, langkahnya yang ingin segera berlari padanya akhirnya tertahan. Apalagi di sini banyak orang, semua mondar-mandir.

‘Nanti saja, setelah semuanya beres.’ Dara berkata dalam hati, lalu berjalan ke dekat Siti sambil membawa buku catatan timbangan.

Kegiatan menimbang belut subuh itu terasa sangat lambat. Meski berusaha tidak terus menoleh ke tempat lelaki surfer itu berdiri, Dara harus sekuat tenaga menahan senyum yang terus menarik bibirnya.

Ia tak ingin ada orang yang tahu. Terutama Pak Wira. Apalagi Siti.

Selesai urusan logistik belut, Dara membersihkan diri. Ketika menyabuni tubuhnya di kamar mandi, Dara menimbang-nimbang, kapan waktunya untuk mendekati lelaki surfer itu dan menanyakan namanya. Kembali ke kamar, kantuk malah menghampiri. Mungkin jiwanya tenang karena mengetahui lelaki surfer itu ada di sini.

Dara terlelap tanpa suara, membayar hutang tidurnya setelah gelisah bermalam-malam.

Sentuhan dingin di pipinya membuat mata Dara tersentak terbuka. Belum sadar sepenuhnya, Dara mengerjap. Sebuah bayangan tubuh terbentuk. Lelaki surfer itu ada di hadapannya. Menyentuhnya!

Sontak Dara terduduk. Tatapan mata mereka terkunci. Lelaki surfer itu mengulurkan tangan, mengelus pundaknya yang telanjang. Terasa dingin, tetapi tubuh Dara membara, seolah dipanggang api.

Dara memejamkan mata. Rumah terasa sepi, entah ke mana orang-orang. Apakah semua telah pulang?

Persetan semuanya.

Lelaki surfer itu ada di sini. Di depannya. Wajahnya mendekat. Napas Dara memburu. Ia baru akan membuka mulut untuk menanyakan namanya, ketika ia merasa bibir lelaki itu menempel di bibirnya. Terasa lunak tapi dingin. Mungkin karena dia berdiri lama di bawah terpaan angin, dan seperti biasa tidak mengenakan pakaian.

Dara melenguh. Ia tidak menjauh, tubuhnya memperpendek jarak, kini kedua dada mereka melekat.

Tanpa sadar Dara membuka bibir. Lidah lelaki itu masuk dan mengait lidahnya, membuka mulutnya lebih lebar. Kedua lidah mereka saling terjalin. Itu terasa janggal, sekaligus nikmat, menimbulkan rasa meledak-ledak di dalam hatinya.

Lidah lelaki itu terjulur kian dalam, menyusuri seluruh rongga mulutnya. Dara merasa kehabisan napas. Namun ia tak ingin meminta lelaki itu berhenti. Ia mengangkat tangannya dan meletakkan di dada kencang lelaki itu, mengusapnya naik dan turun dengan malu-malu tetapi penuh gairah.

Dara membiarkan lelaki itu mengusap pahanya, menyingkapkan dasternya hingga batas pinggang. Inilah yang ia bayangkan bermalam-malam. Telapak tangannya yang dingin di kulitnya yang hangat. Memberikan sensasi yang membuat Dara ingin berteriak.

“Hmh…” Dara mendesah.

Ia menggerakkan pinggul, merapatkan kedua kakinya karena area di antaranya telah mulai terasa basah.

Dara membuka matanya yang sejak tadi terpejam, menatap iris kekuningan lelaki itu. Jantungnya bergetar, tubuhnya gemetar. Tangan lelaki itu bergerak ke balik segitiga yang menutupi kewanitaannya. Menyentuhnya di sana.

Dara terkesiap, tetapi alih-laih menjauh, ia semakin memangkas jarak tubuh mereka. Ketika jari lelaki itu mengusap intinya, Dara merintih.

Tetapi lelaki itu menyumbat mulutnya untuk meredam suaranya dengan melumat bibirnya lagi. Dara kembali memejamkan mata. Pasrah pada apa pun yang akan lelaki itu perbuat padanya.

Ia masih perawan, tetapi telah siap menyerahkannya pada lelaki tak bernama. Otaknya sungguh telah dipenuhi kabut nafsu. Tak mampu menelaah dengan jernih.

Segitiga pelindung kewanitaannya telah dilepaskan, kini lelaki itu meloloskan gaun dasternya. Dara tidak mengenakan bra. Dan payudara mudanya yang kencang, yang belum tersentuh tangan siapa pun, terpampang jelas dengan puncaknya yang berwarna merah muda telah mengeras.

Lelaki itu mengusapnya, meremas dan memutar-mutar di sekitar areolanya. Lalu mendekatkan bibir dan mengulumnya bergantian. Tubuh Dara tersentak.

‘Ya Tuhan… ternyata senikmat ini rasanya,’ hanya itu yang ada di kepalanya, merasa mabuk dan melayang.

Lelaki itu mendorong tubuh Dara yang telah polos tanpa terbungkus apa pun, hingga berbaring. Dara menyambut tubuh lelaki itu yang mengungkungnya. Lelaki itu tersenyum. Dara terpana sesaat, ketika tersenyum ternyata lelaki itu sangat tampan. Dara membalas senyumnya, membuka mulut hendak menanyakan namanya.

Namun, lidah lelaki itu telah memasuki mulutnya lagi, sementara di bawah sana, kejantanannya telah siap memasuki lorong surgawi.

Lelaki itu mendorong, rasanya sukar dijabarkan. Campuran kesakitan dan kenikmatan. Dara merasa tubuhnya terempas, masuk ke dalam kumparan gairah tanpa ujung. Semakin dalam. Kian dalam…

Terpopuler

Comments

Yuli a

Yuli a

siluman ular kali ya...

2024-12-29

2

lihat semua
Episodes
1 1. Dara
2 2. Tante Miranti
3 3. Ditinggalkan Oom Bernard
4 4. Pak Wira
5 5. Hari Pertama Kerja
6 6. Hampir Mati
7 7. Lelaki Misterius
8 8. Oom Bernard Kembali
9 9. Kiriman Ular
10 10. Ancaman
11 11. Obsesi
12 12. Penyelidikan Dara
13 13. Kecanduan
14 14. Jejak-Jejak Cinta
15 15. Kejanggalan Dara
16 16. Altar Dupa
17 17. Terjebak
18 18. Rawa Hutan Bambu
19 19. Ajal
20 20. Delapan Belas Tahun Yang Lalu
21 21. Misi Menjerat Majikan
22 22. Menyerahkan Diri
23 23. Siasat Licik
24 24. Rayuan Miranti
25 25. Malaikat Kecil
26 26. Awan Murni Yang Bersih
27 27. Rival
28 28. Anak Baru
29 29. Sesal
30 30. Damar
31 31. Kata-kata Tajam
32 32. Luka
33 33. Rencana Untuk Pergi
34 34. Mencari Kebenaran
35 35. Nasihat Bijak
36 36. Kecewa
37 37. Cinta Monyet
38 38. Kamu Di Mana?
39 39. Kehilangan Jejak
40 40. Pengakuan
41 41. Kasmaran
42 42. Hari-Hari Bersamamu
43 43. Buah Terlarang
44 44. Buah Dosa
45 45. Di Bawah Langit dan Disaksikan Bulan
46 46. Petaka
47 47. Manusia Hanya Bisa Berencana
48 48. Takdir Memang Tidak Adil
49 49. Tidak Akan Pernah Kembali
50 50. Rahasia Yang Terpendam
51 51. Teror
52 52. Gadis-Gadis Di Rumah Itu
53 53. Patah Arang
54 54. Benang Merah (Bab Ekstra 1)
55 55. Benang Merah (Bab Ekstra 2)
56 56. Benang Merah (Bab Ekstra 3)
57 57. Benang Merah (Bab Ekstra 4)
Episodes

Updated 57 Episodes

1
1. Dara
2
2. Tante Miranti
3
3. Ditinggalkan Oom Bernard
4
4. Pak Wira
5
5. Hari Pertama Kerja
6
6. Hampir Mati
7
7. Lelaki Misterius
8
8. Oom Bernard Kembali
9
9. Kiriman Ular
10
10. Ancaman
11
11. Obsesi
12
12. Penyelidikan Dara
13
13. Kecanduan
14
14. Jejak-Jejak Cinta
15
15. Kejanggalan Dara
16
16. Altar Dupa
17
17. Terjebak
18
18. Rawa Hutan Bambu
19
19. Ajal
20
20. Delapan Belas Tahun Yang Lalu
21
21. Misi Menjerat Majikan
22
22. Menyerahkan Diri
23
23. Siasat Licik
24
24. Rayuan Miranti
25
25. Malaikat Kecil
26
26. Awan Murni Yang Bersih
27
27. Rival
28
28. Anak Baru
29
29. Sesal
30
30. Damar
31
31. Kata-kata Tajam
32
32. Luka
33
33. Rencana Untuk Pergi
34
34. Mencari Kebenaran
35
35. Nasihat Bijak
36
36. Kecewa
37
37. Cinta Monyet
38
38. Kamu Di Mana?
39
39. Kehilangan Jejak
40
40. Pengakuan
41
41. Kasmaran
42
42. Hari-Hari Bersamamu
43
43. Buah Terlarang
44
44. Buah Dosa
45
45. Di Bawah Langit dan Disaksikan Bulan
46
46. Petaka
47
47. Manusia Hanya Bisa Berencana
48
48. Takdir Memang Tidak Adil
49
49. Tidak Akan Pernah Kembali
50
50. Rahasia Yang Terpendam
51
51. Teror
52
52. Gadis-Gadis Di Rumah Itu
53
53. Patah Arang
54
54. Benang Merah (Bab Ekstra 1)
55
55. Benang Merah (Bab Ekstra 2)
56
56. Benang Merah (Bab Ekstra 3)
57
57. Benang Merah (Bab Ekstra 4)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!