13. Kecanduan

Senja kian tua. Langit gelap tanpa bintang, hanya ada cahaya perak redup bulan sabit, yang menyelinap di sela-sela kerimbunan daun bambu.

Dara dan lelaki itu saling menatap, mata mereka terkunci satu sama lain, seolah magnet maha kuat saling tarik menarik, membuat Dara tak bisa mengalihkan pandang.

Perlahan, kaki Dara melangkah, memangkas jarak antara dirinya dan lelaki itu. Tidak ada orang lain di sini. Bahkan makhluk lain pun tidak ada. Hanya mereka berdua. Dan batang-batang pohon bambu yang rapat, seolah menutupi keberadaan tempat ini dari mata orang lain.

Mereka tersembunyi dari dunia luar. Tidak akan ada yang mengusik mereka. Bahkan mungkin, keberadaan tempat ini pun tidak diketahui orang lain.

Semakin dekat jarak mereka, deburan jantung Dara kian memburu. Antara antisipasi dan kecemasan, takut lelaki itu menghilang lagi. Atau ini semua hanya halusinasi, dan laki-laki itu kembali lenyap.

Namun, tidak. Hingga dirinya tiba di tempat Damar berdiri, lelaki itu tetap di tempatnya. Dan tangannya yang terulur, akhirnya menggenggam tangan Dara. Itu terasa dingin. Entah yang dingin tangannya atau tangan Damar, Dara tidak terlalu peduli.

Kini ia sudah tahu di mana menemui Damar. Ia bisa datang kapan saja untuk menemuinya. Mereka bisa menikmati kebersamaan, mengekspresikan rasa, mereguk nirwana. Seluruh emosi dan hasrat memenuhi dada Dara hingga luber, harus segera ditumpahkan.

Damar benar-benar nyata, bukan antara ada dan tiada, antara mimpi dan ilusi, antara khayalan atau mimpi. Tidak kali ini. Dia benar-benar berdiri di hadapannya.

Damar mendekat. Dalam posisi tak berjarak, kepala Dara hanya mencapai pundaknya. Dengan penuh semangat Dara mengangkat kepala, ingin mencetak wajah Damar lekat-lekat di benaknya.

Damar agak menunduk. Ia sangat tampan, dengan garis wajah yang tajam. Irisnya yang kekuningan tajam penuh misteri, bulu matanya panjang dan lebat. Dara terbius dan hampir lupa diri, jantungnya seketika meliar tak terkendali.

“Jadi nama kamu Damar?” suara Dara bergetar menahan emosi yang meluap. “Aku Dara.”

Damar hanya tersenyum dan mengangguk.

“Kenapa kamu hanya muncul saat ada kiriman ular?”

Damar tertawa kecil. “Karena aku terikat dengan mereka.” Suaranya membelai telinga Dara. Tidak melepaskan tatapannya.

Daya tarik lelaki ini sungguh tak mampu ditepisnya. Itu terlalu kuat, Dara sudah ingin melompat untuk memeluknya.

“Terikat?” Dara mengernyitkan dahi, tidak mengerti.

Damar mengangguk. “Itu tidak penting. Kamu sudah di sini, malam ini aku tidak ingin berbicara tentang itu.”

Damar maju satu langkah, dan jarak tubuh mereka kini hanya setipis kertas. Karena Dara masih mendongak dan Damar masih menunduk, bibir mereka hampir bersentuhan.

Tangan Damar menyentuh pipi Dara, dan sekujur tubuh Dara gemetar. Ada sesuatu dalam sentuhan itu yang membuat Dara ingin menenggelamkan diri dalam pelukannya.

Dara baru saja berpikir, dan ia telah melakukannya. Kepalanya rebah di dada Damar yang telanjang. Otot-otot dadanya yang liat terasa kencang. Tanpa malu, Dara melingkarkan tangannya ke sekeliling pinggang Damar, memeluknya erat-erat hingga tubuh mereka menempel.

“Jangan pergi lagi…” Dara berbisik.

Karena tidak mendengar jawaban, Dara kembali mengangkat kepala. Ia melihat Damar sedang tersenyum dan menggelengkan kepala.

“Aku di sini,” dia berbisik di telinga Dara. “Selalu di sini.”

Tanpa mampu menahan gejolak, Dara melabuhkan bibirnya di bibir Damar. Merasakan Damar tersenyum di bawah bibirnya, sebelum balas memagut dengan lebih ganas. Ciuman itu penuh nafsu, lidah mereka saling mengait, saling menjelajah rongga mulut masing-masing. Setiap serat tubuh Dara seolah disulut dengan bara api, merasakan desakan keinginan yang sama kuat dalam dirinya.

Intensitas ciuman mereka kian meningkat. Hanya ada mereka di sini, ini adalah dunia mereka berdua. Tangan Damar menjelajahi tubuh Dara penuh hasrat. Dara merasakan sentuhan itu mengalirkan panas ke seluruh tubuhnya.

Tanpa kata-kata, mereka saling melepaskan pakaian, membiarkan kulit mereka bersentuhan langsung. Damar memimpin Dara ke atas rerumputan di dekat kolam. Di bawah sinar bulan yang redup, tubuh mereka bersatu dalam tarian cinta yang panas dan penuh gairah.

Setiap sentuhan, setiap ciuman Damar membuat Dara merasa seolah terbang ke dunia lain. Ini bukan tempat yang layak untuk melampiaskan hasrat. Tetapi logika telah pergi dari kepala Dara. Ia malah merasa lebih hidup daripada sebelumnya. Ia tak lagi ingin pulang.

Membayangkan hidup sehari tanpa sentuhan dan ciuman Damar membuatnya merasa hampir mati. Mereka saling meraba tubuh polos masing-masing, bergerak ritmis, dan akhirnya meledak mencapai puncak kenikmatan bersama.

Setelah itu, mereka berbaring berdampingan di atas rumput, terengah-engah. Dara menatap langit, merasa campuran antara kebahagiaan dan kebingungan. Ia baru saja bercinta dengan penuh nafsu. Padahal ia belum pernah disentuh laki-laki.

Dara memandang Damar yang sedang menatapnya. Dan hasratnya kembali tersulut. Entah bagaimana, mereka telah berada di sebuah gubuk sederhana. Dan tanpa melewatkan waktu, mereka kembali bergumul, lebih liar, lebih gila.

Dara melenguh dan menjerit, berteriak memanggil nama Damar.

“Aaahhh… Damar. Jangan… jangan berhenti…. ahhh…” Dan gerakan Damar kian kesetanan, kejantanannya keluar masuk liang kenikmatan Dara tak henti-henti, membuat Dara melengkungkan pinggang dan bola matanya terbalik.

Mereka melakukannya lagi dan lagi hingga hampir fajar, seolah hanya ini satu-satunya kesempatan mereka. Dara mencapai puncak berkali-kali, hingga tubuhnya lunglai seolah tulang-tulangnya diloloskan. Ia tidak berpikir untuk pulang. Ia ingin menetap di sini, hanya bercinta dengan Damar.

Ketika sekali lagi tergolek di samping Damar, tersengal-sengal mengatur napas, Dara bertanya sambil mengelus pipinya.

“Siapa kamu sebenarnya, Damar?” suaranya berupa bisikan.

Damar memandang Dara dengan tatapan penuh misteri. “Itu tidak penting. Aku hanya menginginkanmu.”

Dara menatap wajah tampan itu. “Kenapa kamu tertarik padaku?”

Damar tersenyum, “Karena kamu berbeda.”

“Apa maksudmu?” Dara mengernyitkan kening. Damar selalu menjawab dengan kalimat-kalimat singkat. Alih-alih menjawab pertanyaannya, malah semakin membuat Dara bingung dan penasaran.

“Nikmati saja kebersamaan kita,” Damar kembali meraba titik-titik sensitif Dara, membuat Dara kembali terempas dalam gejolak gairah tak berkesudahan.

Satu hal yang diketahui Dara dengan pasti. Ia telah kecanduan akan rasa yang diberikan Damar. Dan ia tak ingin melepaskannya.

Terpopuler

Comments

Hariyanti Katu

Hariyanti Katu

pangeran ular🫢🫢

2024-11-29

0

Imaz Ajjah

Imaz Ajjah

apakah damar siluman ular...???

2024-09-20

0

Andriani

Andriani

kok jd gitu???

2024-09-19

0

lihat semua
Episodes
1 1. Dara
2 2. Tante Miranti
3 3. Ditinggalkan Oom Bernard
4 4. Pak Wira
5 5. Hari Pertama Kerja
6 6. Hampir Mati
7 7. Lelaki Misterius
8 8. Oom Bernard Kembali
9 9. Kiriman Ular
10 10. Ancaman
11 11. Obsesi
12 12. Penyelidikan Dara
13 13. Kecanduan
14 14. Jejak-Jejak Cinta
15 15. Kejanggalan Dara
16 16. Altar Dupa
17 17. Terjebak
18 18. Rawa Hutan Bambu
19 19. Ajal
20 20. Delapan Belas Tahun Yang Lalu
21 21. Misi Menjerat Majikan
22 22. Menyerahkan Diri
23 23. Siasat Licik
24 24. Rayuan Miranti
25 25. Malaikat Kecil
26 26. Awan Murni Yang Bersih
27 27. Rival
28 28. Anak Baru
29 29. Sesal
30 30. Damar
31 31. Kata-kata Tajam
32 32. Luka
33 33. Rencana Untuk Pergi
34 34. Mencari Kebenaran
35 35. Nasihat Bijak
36 36. Kecewa
37 37. Cinta Monyet
38 38. Kamu Di Mana?
39 39. Kehilangan Jejak
40 40. Pengakuan
41 41. Kasmaran
42 42. Hari-Hari Bersamamu
43 43. Buah Terlarang
44 44. Buah Dosa
45 45. Di Bawah Langit dan Disaksikan Bulan
46 46. Petaka
47 47. Manusia Hanya Bisa Berencana
48 48. Takdir Memang Tidak Adil
49 49. Tidak Akan Pernah Kembali
50 50. Rahasia Yang Terpendam
51 51. Teror
52 52. Gadis-Gadis Di Rumah Itu
53 53. Patah Arang
54 54. Benang Merah (Bab Ekstra 1)
55 55. Benang Merah (Bab Ekstra 2)
56 56. Benang Merah (Bab Ekstra 3)
57 57. Benang Merah (Bab Ekstra 4)
Episodes

Updated 57 Episodes

1
1. Dara
2
2. Tante Miranti
3
3. Ditinggalkan Oom Bernard
4
4. Pak Wira
5
5. Hari Pertama Kerja
6
6. Hampir Mati
7
7. Lelaki Misterius
8
8. Oom Bernard Kembali
9
9. Kiriman Ular
10
10. Ancaman
11
11. Obsesi
12
12. Penyelidikan Dara
13
13. Kecanduan
14
14. Jejak-Jejak Cinta
15
15. Kejanggalan Dara
16
16. Altar Dupa
17
17. Terjebak
18
18. Rawa Hutan Bambu
19
19. Ajal
20
20. Delapan Belas Tahun Yang Lalu
21
21. Misi Menjerat Majikan
22
22. Menyerahkan Diri
23
23. Siasat Licik
24
24. Rayuan Miranti
25
25. Malaikat Kecil
26
26. Awan Murni Yang Bersih
27
27. Rival
28
28. Anak Baru
29
29. Sesal
30
30. Damar
31
31. Kata-kata Tajam
32
32. Luka
33
33. Rencana Untuk Pergi
34
34. Mencari Kebenaran
35
35. Nasihat Bijak
36
36. Kecewa
37
37. Cinta Monyet
38
38. Kamu Di Mana?
39
39. Kehilangan Jejak
40
40. Pengakuan
41
41. Kasmaran
42
42. Hari-Hari Bersamamu
43
43. Buah Terlarang
44
44. Buah Dosa
45
45. Di Bawah Langit dan Disaksikan Bulan
46
46. Petaka
47
47. Manusia Hanya Bisa Berencana
48
48. Takdir Memang Tidak Adil
49
49. Tidak Akan Pernah Kembali
50
50. Rahasia Yang Terpendam
51
51. Teror
52
52. Gadis-Gadis Di Rumah Itu
53
53. Patah Arang
54
54. Benang Merah (Bab Ekstra 1)
55
55. Benang Merah (Bab Ekstra 2)
56
56. Benang Merah (Bab Ekstra 3)
57
57. Benang Merah (Bab Ekstra 4)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!