6. Hampir Mati

Dara berguling ke kiri dan ke kanan dengan gelisah. Tubuhnya basah oleh keringat.

Tak ada oksigen yang melewati kerongkongannya, ia tak mampu bernapas, saluran udara di lehernya tersumbat.

Ia mencoba membuka mata dengan susah payah. Dan irisnya menangkap sosok yang kabur, tangannya yang besar melingkari lehernya, sehingga Dara menjulurkan lidah sambil tersengal-sengal.

Sosok itu kian jelas. Pak Wira.

Dara mencoba menatap dengan sorot memohon, ingin bertanya apa salahnya sampai harus diperlakukan seburuk ini. Tetapi suaranya tidak keluar. Sebaliknya, tekanan di nadi besar di lehernya kian kuat, sehingga kini bukan hanya oksigen yang tersumbat, melainkan aliran darahnya juga.

Kaki Dara menghentak-hentak dan menendang, mencoba bangkit, mengedarkan pandang dengan susah payah ke sekitar, mencari sesuatu untuk membela diri.

Ia melihat dua sosok lain, tidak melakukan apa-apa, hanya berdiri di sana menontonnya menjemput kematian. Siti, dan… Tante Mir!

Air mata sudah meleleh dari sudut mata Dara. Ia tidak mau mati seperti ini, hidupnya seharusnya masih panjang. Usianya baru dua puluh dua. Ibarat buah sedang ranum-ranumnya, dan belum ada yang memetiknya.

Dengan sekuat tenaga, Dara memukul-mukul tangan di lehernya, sampai wajahnya memerah dan urat-urat di pelipisnya menonjol. Dan akhirnya… tangan itu terlepas.

Dara membuka mata.

Tidak ada siapa-siapa. Tidak ada Pak Wira, tidak ada Siti, juga tidak ada Tante Mir.

Ia hanya mimpi buruk.

Dara terduduk di tempat tidur, menyedot udara dengan rakus. Benar-benar mengerikan! Ia mengira telah tiba di akhir hidupnya. Untunglah, ternyata hanya mimpi…

‘Tidak mungkin mereka berniat membunuhku, kan? Meskipun terlihat tidak menyukaiku, mereka tidak akan berbuat sejauh itu, kan?’ Dara bergumam sendiri. ‘Masih ada hukum di negara ini. Dan bagaimana mereka mempertanggungjawabkan pada Oom Bernard?’

Dengan pemikiran seperti itu, perlahan-lahan Dara kembali tenang. Degup jantungnya sudah tidak seliar tadi, dan oksigen telah kembali lancar keluar masuk hidung dan paru-parunya.

Tiba-tiba Dara merasa haus. Ia juga ingin buang air kecil, dan kamar mandi terletak di belakang, dekat dengan dapur karyawan. Dara meraih cangkir minumnya di atas nakas di samping tempat tidur, dan berjalan ke luar.

Ia membuka pintu kamarnya sepelan mungkin, berusaha agar tidak menimbulkan suara. Jika tidak ada kiriman belut di pagi buta, suasana sangat hening. Tidak ada suara apa-apa, bahkan suara tonggeret atau kodok pun tidak ada.

Di luar, taman yang tak terurus itu tampak menyeramkan. Tanaman-tanaman yang tinggi itu bergoyang-goyang, padahal tidak ada angin, udara sangat pengap. Melihatnya, entah mengapa Dara merasa itu seperti sekumpulan makhluk tak kasat mata yang menggapai-gapai.

Ia agak merinding, mempercepat langkah setengah berlari ke dapur, yang sialnya… gelap gulita.

Dara meraba-raba saklar lampu, dan ketika dapur terang benderang, ia mengembuskan napas lega.

‘Tidak mati dibunuh, aku bisa mati ketakutan karena pikiranku sendiri.’ Dara mengomel sendiri, lalu mengucapkan doa Bapa Kami.

Setelah kencing dengan cepat, Dara segera kembali ke kamar dan mengunci pintu kembali.

‘Kata Papa, yang harus ditakuti itu justru manusia, karena makhluk tak kasat mata itu tidak bisa melukai kita.’ Dara menghibur diri, mengingat kata-kata ayahnya setiap kali ia takut terhadap ‘setan atau monster’ ketika ia masih kecil dulu.

Ia mengucapkannya berulang-ulang, seolah mantra untuk menenangkan diri. Akhirnya ia berhasil kembali pulas, dan baru terbangun jam tujuh pagi, setelah sinar mentari menembus tirai jendela kamarnya.

***

Hampir tiap tiga hari sekali datang kiriman belut. Itu berarti Dara harus bangun jam tiga pagi, duduk mencatat angka timbangan yang diteriakkan Pak Wira.

Selain Pak Wira, Siti dan Tante Mir, para pekerja lain tidak ada yang pernah mengajaknya bicara. Itupun kalau ucapan ketiga mereka bisa dikategorikan bicara. Dara lebih menganggapnya sebagai komentar sinis dan ungkapan permusuhan.

Entah apa kesalahannya, ia hanya ingin bekerja di sini. Ralat, ia bahkan tak ingin bekerja di sini. Ia ‘terpaksa’ bekerja di sini karena mempertimbangakan pertemanan Mama dengan Oom Bernard.

Dara tak ingin memulai pembicaraan basa-basi dengan para pekerja lain. Takut menerima sikap permusuhan lagi. Meski dari beberapa tatapan mata mereka, ia menangkap sorot yang lebih bersahabat. Bersahabat? Lebih tepatnya kasihan. Ya, tampaknya mereka kasihan padanya. Pasti mereka melihat, betapa buruk ketiga ‘pentolan atas’ itu memperlakukannya.

Dara dibekali ponsel Nokia 8110 oleh Mama. Hanya ponsel bekas, tapi Dara bersyukur karena ketika Papa atau Mama meneleponnya, itu bisa langsung kepadanya. Tidak perlu menerimanya di telepon yang terletak di kantor, dan tidak bisa berbicara leluasa karena Siti menguping atau Tante Mir memelototinya.

“Aku masih belajar.” Begitu Dara menjawab ketika Papa dan Mama bertanya bagaimana kabarnya.

Dara tak bisa mengeluh, tidak bisa melapor bagaimana ia diperlakukan. Atau Mama akan protes pada Oom Bernard, dan Oom Bernard akan menegur Tante Mir dan memarahi Siti. Kemudian, hidupnya akan lebih seperti neraka.

Karena itu, Dara menelan semuanya, berusaha bertahan demi gaji yang jumlahnya belum jelas, sampai hari ini. Padahal Tante Mir sudah mengatakan akan memotongnya lima ratus ribu. Sebagai pengganti uang yang diberikan Oom Bernard untuk belanja, di hari pertama ketibaannya.

Tanpa terasa, dua minggu hampir berlalu. Oom Bernard akan segera kembali ke Indonesia. Dara menanti-nanti dengan tidak sabar. Seluruh pembukuan telah selesai ditulis ulang. Dara siap menunjukkannya pada Oom Bernard. Ingin mendengar pendapatnya.

Malam ini, ada kiriman lagi.

Namun, Dara benar-benar hampir pingsan.

Kali ini, yang datang bukan hanya belut. Melainkan juga ular. Berpuluh-puluh jumlahnya.

Terpopuler

Comments

Reksa Nanta

Reksa Nanta

lima ratus ribu di tahun segitu adalah jumlah yang sangat banyak. berarti gaji Dara juga lumayan.

2024-10-09

1

lihat semua
Episodes
1 1. Dara
2 2. Tante Miranti
3 3. Ditinggalkan Oom Bernard
4 4. Pak Wira
5 5. Hari Pertama Kerja
6 6. Hampir Mati
7 7. Lelaki Misterius
8 8. Oom Bernard Kembali
9 9. Kiriman Ular
10 10. Ancaman
11 11. Obsesi
12 12. Penyelidikan Dara
13 13. Kecanduan
14 14. Jejak-Jejak Cinta
15 15. Kejanggalan Dara
16 16. Altar Dupa
17 17. Terjebak
18 18. Rawa Hutan Bambu
19 19. Ajal
20 20. Delapan Belas Tahun Yang Lalu
21 21. Misi Menjerat Majikan
22 22. Menyerahkan Diri
23 23. Siasat Licik
24 24. Rayuan Miranti
25 25. Malaikat Kecil
26 26. Awan Murni Yang Bersih
27 27. Rival
28 28. Anak Baru
29 29. Sesal
30 30. Damar
31 31. Kata-kata Tajam
32 32. Luka
33 33. Rencana Untuk Pergi
34 34. Mencari Kebenaran
35 35. Nasihat Bijak
36 36. Kecewa
37 37. Cinta Monyet
38 38. Kamu Di Mana?
39 39. Kehilangan Jejak
40 40. Pengakuan
41 41. Kasmaran
42 42. Hari-Hari Bersamamu
43 43. Buah Terlarang
44 44. Buah Dosa
45 45. Di Bawah Langit dan Disaksikan Bulan
46 46. Petaka
47 47. Manusia Hanya Bisa Berencana
48 48. Takdir Memang Tidak Adil
49 49. Tidak Akan Pernah Kembali
50 50. Rahasia Yang Terpendam
51 51. Teror
52 52. Gadis-Gadis Di Rumah Itu
53 53. Patah Arang
54 54. Benang Merah (Bab Ekstra 1)
55 55. Benang Merah (Bab Ekstra 2)
56 56. Benang Merah (Bab Ekstra 3)
57 57. Benang Merah (Bab Ekstra 4)
Episodes

Updated 57 Episodes

1
1. Dara
2
2. Tante Miranti
3
3. Ditinggalkan Oom Bernard
4
4. Pak Wira
5
5. Hari Pertama Kerja
6
6. Hampir Mati
7
7. Lelaki Misterius
8
8. Oom Bernard Kembali
9
9. Kiriman Ular
10
10. Ancaman
11
11. Obsesi
12
12. Penyelidikan Dara
13
13. Kecanduan
14
14. Jejak-Jejak Cinta
15
15. Kejanggalan Dara
16
16. Altar Dupa
17
17. Terjebak
18
18. Rawa Hutan Bambu
19
19. Ajal
20
20. Delapan Belas Tahun Yang Lalu
21
21. Misi Menjerat Majikan
22
22. Menyerahkan Diri
23
23. Siasat Licik
24
24. Rayuan Miranti
25
25. Malaikat Kecil
26
26. Awan Murni Yang Bersih
27
27. Rival
28
28. Anak Baru
29
29. Sesal
30
30. Damar
31
31. Kata-kata Tajam
32
32. Luka
33
33. Rencana Untuk Pergi
34
34. Mencari Kebenaran
35
35. Nasihat Bijak
36
36. Kecewa
37
37. Cinta Monyet
38
38. Kamu Di Mana?
39
39. Kehilangan Jejak
40
40. Pengakuan
41
41. Kasmaran
42
42. Hari-Hari Bersamamu
43
43. Buah Terlarang
44
44. Buah Dosa
45
45. Di Bawah Langit dan Disaksikan Bulan
46
46. Petaka
47
47. Manusia Hanya Bisa Berencana
48
48. Takdir Memang Tidak Adil
49
49. Tidak Akan Pernah Kembali
50
50. Rahasia Yang Terpendam
51
51. Teror
52
52. Gadis-Gadis Di Rumah Itu
53
53. Patah Arang
54
54. Benang Merah (Bab Ekstra 1)
55
55. Benang Merah (Bab Ekstra 2)
56
56. Benang Merah (Bab Ekstra 3)
57
57. Benang Merah (Bab Ekstra 4)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!