9. Kiriman Ular

Hidup terus bergulir. Sedikit lebih baik setelah Oom Bernard kembali berada di Jakarta. Siti tidak berani terlalu sinis padanya. Tante Mir, meskipun masih judes, tidak terang-terangan memusuhinya.

Kiriman belut masih datang dua tiga kali lagi. Dan karena ada Oom Bernard, pintu kamar Dara tidak lagi digedor di tengah pagi buta. Ia bisa tetap tidur tenang sampai pagi, baru kemudian menyalin dan merapikan catatan timbangan belut yang ditulis Siti.

Pak Wira masih tampak ingin menyingkirkannya, dan pekerja lain tidak banyak bicara padanya, bahkan berusaha tidak beradu pandang dengannya.

Namun, lelaki surfer yang pernah dilihatnya itu, meski tampak pendiam, sepertinya ramah. Dara menjulukinya lelaki surfer karena ia tidak tahu namanya. Sebenarnya ia berharap mereka bisa berteman, agar ia tak terlalu merasa sendirian.

Sayang, ia hanya melihatnya satu kali. Lelaki surfer itu tak pernah terlihat lagi. Dan entah mengapa, Dara merasa kecewa.

Kiriman ular datang hari ini. Itu berarti Dara akan menyaksikan pemandangan mengerikan lagi. Dan katanya, kali ini benar-benar hanya ular. Tanpa belut. Akan datang sore hari menjelang magrib.

Dara kian bergidik, berkarung-karung ular dikirim menjelang magrib, setelah hari mulai gelap. Itu benar-benar seperti suasana menyeramkan dalam film horor.

Kali ini, karena yang datang cukup banyak, hampir sepuluh karung, ular-ular itu langsung dibantai begitu tiba. Mungkin untuk menjaga agar tidak ada yang lolos keluar. Dara heran, entah dari mana mereka mendapatkan ular sebanyak itu.

Dan sekali ini, Dara melihat Oom Bernard menelan bulat-bulat salah satu empedu ular itu, begitu dikeluarkan dari perutnya. Lalu meminum darahnya yang ditampung di dalam gelas.

Penilaian Dara tentangnya langsung berubah. Ternyata Oom Bernard sama biadabnya.

Menahan mual, agar tidak muntah tanpa dapat ditahan, Dara berlari masuk ke kamarnya. Langkahnya hampir berhenti ketika ujung matanya menangkap bayangan lelaki surfer itu. Dia datang lagi!

Kini Dara mengerti, lelaki surfer itu hanya muncul saat ada kiriman ular. Rupanya, dia hanya bagian dari tim ular.

Duduk di ujung tempat tidur, Dara meremas kedua tangannya, berusaha menenangkan debar jantungnya. Masa bodoh apa yang dilakukan orang-orang, asal bukan ia yang disuruh minum darah ular.

Merasa jendelanya tiba-tiba agak menggelap, ia mendongak. Dara melihat wajah lelaki surfer itu di jendela, menghalangi setengah cahaya yang masuk.

Lelaki surfer itu sedang mengintipnya!

Debar yang tadi sudah mulai mereda, kembali meliar. Kali ini bercampur kemarahan.

Kedua tangan Dara mulai basah. Berani-beraninya lelaki surfer itu mengintip dari jendelanya saat rumah sedang penuh orang! Dara bisa berteriak, dan lelaki surfer itu akan dipukuli ramai-ramai. Setidaknya, Dara percaya Oom Bernard pasti akan memaki dan mengusirnya.

Dara bangkit terburu-buru, lalu tertegun. Langkahnya terhenti. Lelaki surfer itu tersenyum, matanya yang coklat kekuningan membuat Dara terbius. Niat untuk berteriak menguap sudah.

Dara gemetar. Mereka saling menatap. Dara merasa meriang tiba-tiba, suhu tubuhnya meningkat. Ada yang terasa hangat di bawah sana. Rasanya nikmat, ia melenguh.

Perlahan… Dara menyentuh kancing bajunya, membukanya satu per satu. Membiarkan gaunnya melorot, hingga kulitnya terbuka sepenuhnya. Pandangan mata lelaki surfer itu seolah membelainya. Dara memejamkan mata, menjepit pahanya. Belum pernah ia merasa senikmat ini. Belum pernah!

Suara-suara mulai terdengar memasuki ruang kantor yang terletak tepat di seberang kamar tidurnya. Dara kembali membuka mata. Bayangan lelaki surfer itu telah hilang dari jendela.

Dara merasa terempas. Bersegera dipungutnya gaun yang terjatuh di lantai, mengenakannya kembali.

Berlari ke luar, mata Dara mencari-cari lelaki surfer itu. Namun, sekali lagi, dia benar-benar sudah pergi.

Dara tahu, sekarang ia hanya ingin ada kiriman ular. Supaya ia bisa melihat lelaki surfer itu lagi.

Tiap hari Dara menanti kabar kiriman ular. Tapi sudah dua minggu, yang datang hanya belut. Ia harus menelan kecewa. Lelaki surfer itu tak pernah muncul kalau tidak ada kiriman ular.

Dara gelisah. Bermalam-malam matanya tak bisa terpejam. Ia memaksakan diri untuk tidur, tapi pikirannya terus melayang pada lelaki surfer itu. Teringat tatapan matanya yang terasa membelainya.

Dara menggigil. Ia merindukan rasa nikmat itu lagi. Beberapa malam yang lalu, ia mulai menyentuh tubuhnya sendiri. Ia merasa tidak pantas, sekaligus malu. Tetapi hasratnya tak terbendung.

Di usianya yang ke dua puluh dua, Dara belum pernah disentuh laki-laki, tidak tahu bagaimana rasanya. Tetapi hormon seksual wanita di usia ini sedang tinggi-tingginya, membuat libidonya meningkat dan mudah terangsang.

Malam ini, Dara sengaja tidur telanjang, merasakan kulitnya bersentuhan dengan kain selimut. Putingnya yang mencuat bergesekan dengan serat kain. Ia melenguh, memejamkan mata dan menggigit bibir, membayangkan tangan lelaki surfer itu yang bergeser di atas tubuhnya.

Berkali-kali ia memandang jendela, berharap wajah lelaki surfer itu muncul di sana. Tapi sia-sia. Jangankan wajahnya, bayangannya pun tidak tampak. Dia memang hanya hadir saat ada kiriman ular.

Dara hampir kehilangan akal. Ia resah. Hasratnya butuh dilampiaskan. Tetapi kiriman ular tak juga datang, sehingga lelaki surfer itu tak pernah lagi muncul.

Dara benar-benar patah arang. Apakah kiriman ular dihentikan karena pasokan sudah cukup?

Oom Bernard sekali lagi meninggalkannya. Kali ini dia pergi ke Cina, dan Tante Mir ikut dengannya. Siti tak lagi menyindirnya, tetapi telah terang-terangan menyerangnya.

“Kalau cuma pembukuan seperti ini sih, gak perlu sarjana. Yang aku kerjakan dulu lebih rapi kok. Aneh, apa sih yang dilihat Tuan dari kamu?”

Dara tak peduli. Siti boleh menyindirnya. Semua orang boleh memusuhinya. Ia sudah tak lagi ingin pulang. Ia bertekad akan tinggal. Tak ingin kehilangan kesempatan melihat lelaki surfer itu lagi.

Dara telah bertekad, nanti ia akan menyapa lelaki surfer itu lebih dulu, mengajaknya berkenalan, menanyakan namanya.

Mungkin, mereka bisa… membuat apa yang ia bayangkan menjadi nyata. Dara benar-benar ingin merasakan tangan lelaki surfer itu menyentuhnya. Bukan tatapan matanya, melainkan tangannya. Bergerak di atas tubuhnya, membuatnya bergetar.

Bukan hanya sekali, Dara ingin merasakannya berulang kali.

Terpopuler

Comments

Imaz Ajjah

Imaz Ajjah

ko liar bgt ya fikiran nya dara...??

2024-09-20

1

lihat semua
Episodes
1 1. Dara
2 2. Tante Miranti
3 3. Ditinggalkan Oom Bernard
4 4. Pak Wira
5 5. Hari Pertama Kerja
6 6. Hampir Mati
7 7. Lelaki Misterius
8 8. Oom Bernard Kembali
9 9. Kiriman Ular
10 10. Ancaman
11 11. Obsesi
12 12. Penyelidikan Dara
13 13. Kecanduan
14 14. Jejak-Jejak Cinta
15 15. Kejanggalan Dara
16 16. Altar Dupa
17 17. Terjebak
18 18. Rawa Hutan Bambu
19 19. Ajal
20 20. Delapan Belas Tahun Yang Lalu
21 21. Misi Menjerat Majikan
22 22. Menyerahkan Diri
23 23. Siasat Licik
24 24. Rayuan Miranti
25 25. Malaikat Kecil
26 26. Awan Murni Yang Bersih
27 27. Rival
28 28. Anak Baru
29 29. Sesal
30 30. Damar
31 31. Kata-kata Tajam
32 32. Luka
33 33. Rencana Untuk Pergi
34 34. Mencari Kebenaran
35 35. Nasihat Bijak
36 36. Kecewa
37 37. Cinta Monyet
38 38. Kamu Di Mana?
39 39. Kehilangan Jejak
40 40. Pengakuan
41 41. Kasmaran
42 42. Hari-Hari Bersamamu
43 43. Buah Terlarang
44 44. Buah Dosa
45 45. Di Bawah Langit dan Disaksikan Bulan
46 46. Petaka
47 47. Manusia Hanya Bisa Berencana
48 48. Takdir Memang Tidak Adil
49 49. Tidak Akan Pernah Kembali
50 50. Rahasia Yang Terpendam
51 51. Teror
52 52. Gadis-Gadis Di Rumah Itu
53 53. Patah Arang
54 54. Benang Merah (Bab Ekstra 1)
55 55. Benang Merah (Bab Ekstra 2)
56 56. Benang Merah (Bab Ekstra 3)
57 57. Benang Merah (Bab Ekstra 4)
Episodes

Updated 57 Episodes

1
1. Dara
2
2. Tante Miranti
3
3. Ditinggalkan Oom Bernard
4
4. Pak Wira
5
5. Hari Pertama Kerja
6
6. Hampir Mati
7
7. Lelaki Misterius
8
8. Oom Bernard Kembali
9
9. Kiriman Ular
10
10. Ancaman
11
11. Obsesi
12
12. Penyelidikan Dara
13
13. Kecanduan
14
14. Jejak-Jejak Cinta
15
15. Kejanggalan Dara
16
16. Altar Dupa
17
17. Terjebak
18
18. Rawa Hutan Bambu
19
19. Ajal
20
20. Delapan Belas Tahun Yang Lalu
21
21. Misi Menjerat Majikan
22
22. Menyerahkan Diri
23
23. Siasat Licik
24
24. Rayuan Miranti
25
25. Malaikat Kecil
26
26. Awan Murni Yang Bersih
27
27. Rival
28
28. Anak Baru
29
29. Sesal
30
30. Damar
31
31. Kata-kata Tajam
32
32. Luka
33
33. Rencana Untuk Pergi
34
34. Mencari Kebenaran
35
35. Nasihat Bijak
36
36. Kecewa
37
37. Cinta Monyet
38
38. Kamu Di Mana?
39
39. Kehilangan Jejak
40
40. Pengakuan
41
41. Kasmaran
42
42. Hari-Hari Bersamamu
43
43. Buah Terlarang
44
44. Buah Dosa
45
45. Di Bawah Langit dan Disaksikan Bulan
46
46. Petaka
47
47. Manusia Hanya Bisa Berencana
48
48. Takdir Memang Tidak Adil
49
49. Tidak Akan Pernah Kembali
50
50. Rahasia Yang Terpendam
51
51. Teror
52
52. Gadis-Gadis Di Rumah Itu
53
53. Patah Arang
54
54. Benang Merah (Bab Ekstra 1)
55
55. Benang Merah (Bab Ekstra 2)
56
56. Benang Merah (Bab Ekstra 3)
57
57. Benang Merah (Bab Ekstra 4)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!