part 17

Istriku Tuli

Part 17

#devandro

#sekar

Bus yang mereka tumpangi sudah tiba di tempat tujuan. Seperti yang yang sudah diatur oleh panitia. Jadwal pertama meletakkan barang bawaan dan beristirahat di kamar masing masing. Satu keluarga mendapat satu kamar.

"Sekar tidur sama Mama ya?" Goda Mama Elisa kepada Devandro.

"Ya Allah teganya ibu satu ini, gimana ngasih cucu kalau seperti ini," ucap Devandro memelas.

Satu travel bag ditarik Devandro dengan tangan kanan, sedangkan tangan kiri melingkar di bahu Sekar.

Sebuah kamar dengan nuansa putih, dengan single bad di dalamnya. Sebuah kotak hadiah terletak di atas tempat tidur. Kotak bewarna pink dengan pita biru yang melingkarinya.

Sekar menatap Devandro heran, sedangkan Devandro menaikkan bahunya. Dia juga heran.

"Sini kakak buka!" ucap Devandro.

"Jangan Kak! Mana tahu aja isinya ular, atau boom," larang Sekar.

Devandro menjitak kepala Sekar. Sambil mengatakan bahwa Sekar korban sinetron. Devandro menarik kotak tersebut dan membukanya. Devandro tersenyum malu saat melihat benda di dalamnya.

Melihat itu, Sekar menjadi penasaran, dia mengambil benda di dalamnya. Setelah ia rentangkan wajah Sekar memerah.

"Malu!" teriak Sekar.

"Ngapain juga malu, cuma kakak aja yang lihat. Pakai ya, ya, ya! Selama di kamar pakai, ya!" rayu Devandro.

Sekar hanya tersipu malu, apa lagi setelah membaca pesan tertulis di atas kertas yang ada di dalam kotak itu.

[Semoga kami cepat dikasih keponakan, ya! Tertanda Nana]

Nana memang jahil, dia memberi hadiah lingerie untuk Sekar. Menjelang jadwal makan malam adalah jadwal kosong, bagi yang ingin bermain bebas keluar penginapan itu diperbolehkan. Bagi yang mau beristirahat saja di kamar hotel juga lebih baik.

Sudah pasti Devandro memilih untuk tetap di dalam kamar, menghabiskan waktu bermanja-manja dengan istrinya. Kulit Sekar yang kuning langsat sangat manis padu lingerie bewarna peach.

***

Pukul tujuh malam, jadwal makan malam bagi peserta. Selesai makan malam dilanjutkan dengan acara game.

"Kita harus ikut acara ini, Kak?"

"Kenapa?" tanya Devandro heran.

"Gak dengar juga mereka bicara apa, Kak. Jadi percuma juga Sekar di sini. Sekar ke kamar aja, ya?"

"Tapi kakak nggak bisa ninggalin acara ini."

"Iya, Sekar aja yang ke kamar. Sekar bisa sendiri."

"Yakin?"

"Yakin, Kak."

Setelah mencium tangan Devandro, Sekar berdiri dan meninggalkan Devandro di tempat duduknya. Dia mulai menjauh dari hiruk pikuk suasana malam itu, di tengah keramaian tetapi merasa sepi. Entah sampai kapan dia harus merasa dunia ini sunyi.

Sadar akan kekurangan. Saat ada seorang pria yang mau menikahinya maka dia menerima saja walau awal pernikahan selalu luka yang ia rasakan.

Makin menjauh, koridor semakin sepi. Tanpa dia tahu ada seseorang yang mengikuti langkahnya, menunggu keadaan benar-benar sepi, sebuah kain hitam sudah siap di tangan untuk menutup kepalanya.

Sekar berdiri menunggu lift terbuka. Orang itu berdiri agak beberapa meter di belakangnya. Tepat di belakang agar sudut mata Sekar tidak bisa menangkap ada bayang-bayang orang.

Ting!

Pintu lift terbuka, lift kosong. Seseorang itu hendak mengikuti langkah Sekar. Namun langkahnya terpaksa terhenti saat tubuhnya di tarik seorang pria.

"Kau pikir bisa mencelakakan dia?" bentak Devandro.

Devandro membuka masker yang menutup sebagian wajah orang itu, ternyata orang asing. Bukan salah satu dari karyawannya. Tetapi pasti ini suruhan.

Pria asing itu tidak membuka mulutnya, mungkin bayarannya cukup besar.

"Ok. Biar polisi yang mengintrogasi lu," ancam Devandro.

Devandro menarik pria asing itu. Pria itu akhirnya buka mulut dengan satu syarat lepaskan dia. Jangan bawa masalah ini ke kantor polisi.

"Gue dibayar Alexa, nggak ada satu orang pun yang boleh miliki lu," tutur pria itu.

Devandro melepaskan pria tersebut dan berlari ke arah lift, menunggu lift terbuka terasa lama. Berkali-kali tombol itu ditekannya.

Kamar nomor 645 lantai delapan menjadi tujuannya. Pintu lift terbuka. Dia berlari menuju kamarnya. Berharap Sekar tidak dalam masalah.

Pesan pun dikirim ke ponsel istrinya, berharap Sekar sudah ada di dalam kamar. Tidak lama pintu kamar terbuka. Alhamdulillah, Sekar tidak apa-apa. Devandro langsung memeluk istrinya. Rasa khawatirnya sirnah.

"Kenapa nyusul, Kak?"

"Nggak taha lama-lama jauh dari kamu." Devandro terpaksa berbohong.

Dia tidak ingin Sekar menjadi ketakutan hingga merusak suasana hatinya.

"Kamu nggak suka acara ini?" tanya Devandro.

Sekar yang duduk di pangkuan Devandro mengangguk manja.

"Perasaan Sekar nggak enak, Kak. Mereka seakan menatap Sekar aneh. Lebih baik Sekar di kamar aja." Dia menyandarkan kepalanya di bahu Devandro.

Biarlah mereka menikmati malam ini dengan cara mereka. Devandro seolah menemukan tujuan hidupnya. Membahagiakan Sekar tujuan utamanya, memiliki anak-anak yang banyak semoga itu bonusnya.

"Kak, kalau menurut hitungan Sekar, aturannya Alexa sudah melahirkan loh. Ini kanapa dia masih tenang-tenang aja?"

"Ngerusak suasana, deh," gerutu Devandro.

Tetapi memang benar, ini sudah sembilan bulan lebih dan dia masih juga ikut acara kantornya Kiano. Kalau pura-pura hamil itu gak mungkin juga.

"Sudah! Biarkan aja itu urusan mereka! Toh, itu juga bukan anak kakak." Devandro langsung mencium Sekar dengan lembutnya.

***

Dua hari bukan hari yang panjang untuk berlibur, sekarang saatnya mereka kembali ke kota menikmati hiruk pikuk kota. Bekerja untuk hidup atau hidup untuk bekarja, semua menjadi pilihan mereka.

Di tengah perjalanan, terjadi kepanikan di bus yang mereka tumpangi. Darah seger mangalir di kaki Aleca. Mencari rumah sakit terdekat menjadi tujuan mereka saat ini.

Setibanya di rumah sakit, Dokter Spesialis Kandungan segera memeriksanya. Keputusan operasi secar diambil. Demi menyelamatkan bayi dalam kandungan Alexa.

Kiano selaku ayah dari bayi tersebut telah menanda tangani surat persetujuan. Operasi dilaksanakan kurang lebih tiga jam.

Rombongan lain melanjutkan perjalanan. Mama Elisa selaku CEO perusahaan tidak mungkin meninggalkan mereka ber dua di rumah sakit.

Mama meminta Devandro dan Sekar menemaninya. Papa Yuda, Dayana beserta suami melanjutkan perjalanan menggunakan satu mobil. Mobil yang satunya stand by di rumah sakit menunggu Mama Elisa.

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Bayi dalam rahim Aleksa tidak bisa terselamatkan karena sudah terlalu banyak terminum air ketuban.

Dasar orang tua seperti apa mereka. Tidak ada raut duka terlihat dari wajah Kiano saat dokter menyampaikan kabar ini. Dia terlihat begitu tenang seakan tidak terjadi sesuatu.

Sekar dapat membaca gerak bibir sang dokter, sangat terkejut mengetahui kabar ini. Dia langsung menggenggam tangan Devandro dengan erat, dan menatapnya sendu. Devandro menganggukan kepalanya sebagai tanda yang di dengar Sekar itu benar.

Dengan menggunakan ambulance Aleksa dan jenazah anaknya pulang ke kota ya sudah pasti ditemani Kiano.

***

Setelah acara pemakaman yang dihadiri hanya beberapa orang. Alexa mengamuk kepada Sekar, menurut dia Sekar lah penyebab kematian anaknya. Selama hamil pikirannya tidak tenang karena selalu cemburu kepada Sekar.

Dia melupakan rasa sakitnya setelah operasi. Masih di tengah kuburan dia berusaha menyerang Sekar, tetapi langsung dihalangi Devandro. Alexa ditahan oleh Kiano.

"Lepasin gue, satan! Dengan meninggalnya anak ini, hubungan kita juga berakhir. Gue cuma cintanya sama Devandro!" teriak Alexa kepada Kiano.

Devandro membawa Sekar meninggalkan lokasi pemakanan itu, menghindar dari Alexa yang mengamuk seperti orang tidak waras.

Merasa Alexa sudah tenang, Kiano melepaskan cengkraman di tangan Aleca. Namun salah, Alexa belum tenang. Dia berlari mengejar Sekar dan Devandro yang akan keluar lokasi pemakaman.

Sekuat tenaga, ia menarik jilbab Sekar yang menyebabkan Sekar terjatuh, tubuhnya terbanting ke belakang. Rasanya ingin sekali Devandro memberikan hadiah sebuah pukulan untuk Alexa. Namun, ditahan oleh Sekar.

"Pergi aja kita dari sini, kak!" pinta Sekar sambil berusaha berdiri dengan dibantu Devandro.

Alexa seperti orang gila, merontah-rontah ingin dilepaskan saat dipaksa masuk ke dalam mobil oleh Kiano. Sambil berteriak-teriak.

"Kalau gue nggak bisa dapatin Devandro, nggak ada satu orang pun yang bisa dapetin dia. Cam kan itu perempuan tuli!"

***

Seminggu setelah kejadian itu, Kiano dipanggil Mama Elisa ke rungannya. Pembicaraan antara dia, Kiano dan Devandro.

Wajah tampan Kiano seketika berubah pucat bak tanpa darah saat Mama Elisa membeberkan semua bukti kecurangannya terhadap Pramesti Grop. Dua pilihan yang diberikan Mama Elisa. Mengembalikan semua kerugian perusahaan dengan menandatangani perjanjian notaris atau membawa ke jalur hukum.

"Nggak nyangka gue, Ki. Ternyata lu bisa setega ini ke gue. Cuma karna perempuan murahan itu," ucap Devandro tampak kecewa.

"Murahan tapi lu tiduri juga," timpal Kiano.

"Sudah! Sekarang pikir sama kamu, Ki. Kamu dengan Devan bukan baru kenal. Kalian dari kecil bersama. Jangan karena ini hubungan kita retak. Mama sudah menganggap kamu seperti anak sendiri," tutur Mama Elisa.

Dengan sikap ke ibuannya Mama Elisa merangkul Kiano dan Devandro.

"Maafkan saya, Ma. Saya sekarang menyesal. Mama tetap saja baik kepada saya walaupun sudah banyak kesalahan yang saya perbuat," ucap Kiano sambil memeluk Mama Elisa.

Masalah Kiano terselesaikan dengan cara kekeluargaan. Semoga Kiano benar-benar menyesal dan tidak melakukan kesalahan lagi. Kini dia dan Alexa sudah tidak ada hubungan apa-apa. Alexa pergi dari rumah Kiano tanpa mengatakan apa pun.

"Sekar di rumah dengan siapa?" tanya Kiano memecahkan keheningan ruangan itu.

"Ada yang nemani dia," jawab Devandro sambil berjalan kembali ke mejanya.

"Hati-hati Alexa, ingat ucapan dia di kuburan tempo lalu." Kiano berusaha mengingatkan atas ancaman Aleksa itu.

***

Siang ini tidak sengaja Alexa bertemu Amanda di sebuah pusat SPA, Alexa mengenal sekilas Amanda karena masalah pembatalan big proyek. Ia tanpa segan menyapa Amanda terlebih dahulu, pembicaraan pun mengalir hingga membahas Devandro. Kini dua orang wanita abisius yang menyukai orang yang sama, memiliki satu musuh yang harus mereka singkirkan. Mereka bukan lagi ingin memiliki Devandro tetapi mereka ingin melihat dia hancur.

Sekar, wanita itu menjadi senjata untuk mereka membalaskan sakit hati. Sekali tepuk dua nyamuk mati. Menyingkirkan biang masalah yaitu Sekar, dan mendapatkan Devandro yang akan hancur.

"Sebenarnya kita ini musuh, loh," tutur Alexa kepada Amanda.

"Musuh dengan musuh akan berteman bila memiliki musuh yang sama." Mereka tertawa, seolah-olah akan memenangkan semua rencana buruk itu.

By : Yati Suryati

Terpopuler

Comments

💫Sun love 💫

💫Sun love 💫

duo musuh bersatu....

2022-01-26

0

asridiani

asridiani

ya elah, kaya ga ada laki Ganteng tajir lain apa 😅

2021-11-24

1

Eti Guslidar

Eti Guslidar

alexa dan amanda hrs lenyap bersama k jahatannya

2021-05-21

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!