part 8

Istriku Tuli

Part 8

#devandro

#sekar

Tiba di rumah Mama Elisa, Devandro memberikan titipan Sekar yang isinya rendang daging sapi.

"Waw, menggugah selera banget, kamu sudah makan Dev?" tanya mama sambil mencium aroma dari rendang tersebut.

"Sudah, ma. Makanya lama bisa datang, karena nunggu ini matang dulu."

Mama mamanggil Bik Yah, menyuruh menyimpan rendang titipan Sekar.

"Pantas kamu kelihat tambah gemuk, Istrinya pandai ngurus suami." Ucap Mama sambil melirik Aleksa serta diringi tawa mama dan Devandro

"Iya, loh, Ma. sekarang sarapan Dev nggak pernah telat. Cuma makan siang aja yang jarang makan masakan istri, karena terkadang siang belum tentu di kantor. Kalau pas di kantor, minta dikirimin makan siang juga." ujar Devandro dengan antusias.

"Sepertinya nggak bisa kelaian hati, nih?" sindir Mama Elisa.

"Cinta pertama itu, Ma." ucap Devandro sambil senyum-senyum.

"What? Are you soriusly?" tanya Mama Elisa seperti tidak percaya

"Semua berkat kakek, ngebuang Devan ke desa, akhirnya ketemu bidadari."

"Lebay," celetuk Dayana dengan wajah tidak suka nya.

"Lu mah mana ngerti, lu juga nggak guna jadi istri." jawab Devan tidak kalah ketusnya.

"Maksud lu apa?" bentak Dayana.

"Lihat laki lu, apa pernah lu urus dia. Untung aja lu kaya, makanya Mas Bayu bertahan."

Mendapat jawaban tajam dari Devandro, Dayana memasang muka tidak senang.

Mama Elisa mulai ke topik masalah. Aleksa yang duduk di sebelah Dayana mengelus-elus perutnya, sambil mengeluarkan hasil tespact yang baru saja dites Mama Elisa sebelum Devandro datang. Dia ber-akting sebagai orang yang teraniaya.

Dayana memeluk Aleksa, bagi Dayana dia lebih suka Aleksa menjadi iparnya karena dinilai selevel dan mereka pernah menjadi teman dalam satu club model. Mulailah dua wanita licik itu ber-akting

Devandro tidak yakin bahwa yang dikandung itu anak dia tetapi bagaimanapun Devandro sering melakukan hubungan intim bersama Aleksa. Walaupun terakhir dua bulan yang lalu saat mabuk.

"Bagaimana gue bisa yakin itu anak gue? Bisa aja di belakang gue, lu tidur dengan cowok lain."

"Devan, kamu tega bicara seperti itu ke aku. Ini anak kita, buah dari cinta kita." Alexa mengeluarkan air mata.

Sepertinya itu hanya air mata buaya.

Teringat akan perkataan Sekar, harus menjadi laki-laki yang bertanggung jawab. Devandro akan menikahi Aleksa tetapi secara diam-diam. Jangan sampai Sekar mengetahuinya. Hanya ingin bertanggung jawab atas anak yang tidak berdosa.

"Gue bakal nikahin lu sampai anak ini lahir, lalu kita pisah. Kalau benar dia anak gue, akan gue biayai sampai dia kuliah. Tapi kalau terbukti dia bukan anak gue. Lu, gue cerai tanpa dapat apapun dari gue. Satu hal lagi. Jangan sampai Sekar tahu masalah penikahan kita. Sekali aja lu ganggu Sekar. Habis hidup lu. Gue nikahi lu, karena Sekar yang menyuruh gue tanggung jawab. Lu jangan nuntut gue akan tinggal bersama lu, karena gue akan tetap pulang kerumah Sekar. Kalau lu setuju, kita nikah. Kalau lu nggak setuju, pergi lu jauh-jauh gue kasih lu uang."

Alexa tetap memilih dinikahi Devandro, karena mendapatkan uang lebih banyak setelah menjadi istri Devandro sudah terpampang nyata.

Devandro yang tampak kusut, dengan rambut acak-acakan. Sesal di dalam dirinya kenapa malam itu dia kembali meniduri Alexa.

'Bodoh.' dia mengupat dirinya sendiri.

Saat dia mengakui persaanya kepada Sekar, saat dia merasakan kebahagiaan sebuah pernihakan, kenapa datang masalah seberat ini.

"Ma, Dev pulang. Tolong mama siapkan aja jadwal Dev ijab qabul." Devandro berdiri

"Are you o.k Dev?" tanya Mama denga nada risau.

"May be." Devandro menyalami dan mencium tangan Mama, sama seperti yang dilakukan sekar.

"Salam buat Sekar! Bilang, kalau besok mama akan main kerumah!"

Mama Elisa kemudian memeluk Devandro.

"Menantu mama tetap Sekar," bisik mama menguatkan Devandro.

***

Devandro belum juga tiba di rumah, padahal sudah dari tadi sore dia meninggalkan rumah Mama Elisa.

Pukul sepuluh malam, ada rasa khawatir di hati Sekar, namun kemarahannya kepada Devandro menepis rasa khawatir itu.

'Paling lagi senang-senang dengan Alexa'

Pukul satu malam, Devandro pulang dengan keadaan mabuk dan ada beberapa bekas memar di wajahnya seperti habis berkelahi.

Devandro pulang diantar Kiano. Setelah sampai di rumah Kiano langsung pamit pulang. Tinggal Devandro yang berjalan sempoyongan menuju kamarnya.

Setibanya di kamar, dia ambruk tepat di atas tubuh Sekar yang ternyata belum tidur. Sekar mencium bau alkohol yang sangat tajam dari mulut Devandro.

"Kakak, minum-minum lagi?"

"Sekar, kakak cinta sama kamu, jangan tinggalkan kakak. Kakak mohon!" racau Devandro

Mengetahui ucapan Devandro, Sekar menutup matanya. Sebenarnya dia juga mencintai Devandro, tetapi dia tidak siap dimadu.

Sekar mencium pipi Devandro yang sudah berbaring, saat itu air matanya menetes, jatuh ke pipi Devandro. Devandro yang masih setengah sadar membuka matanya, ia menghapus air mata yang mengalir dipipi tirus itu.

Kini Sekar pergi mengambil air dan menabah sedikit cairan anti septik untuk membersihkan bekas luka di wajah Devandro.

"Nggak berubah juga, masih suka kelahi," gumam Sekar.

Dengan setengah sadar Devandro menarik tubuh Sekar. Kini, Sekar sudah berada dalam dekapan Devandro dengan tangis yang tidak bisa lagi dibendungnya. Mendengar Sekar menangis, hati Devandro bergemuruh hebat ada sakit tetapi tidak berdarah.

***

Pernikahan Devandro dengan Alexa sudah berlangsung, hanya ijab qabul saja. Kini Alexa yang mendapat dukungan dari Dayana dan Papa Yuda tinggal di rumah Pramesti.

Ijab qabul hanya dilangsungkan di KUA yang dihadiri, saksi dan orang tua Devandro saja.

Seperti tidak terjadi peristiwa penting. Setelah selesai ijab qabul, Devandro kembali lagi berangkat kerja.

Alexa kembali ke rumah Pramesti bersama Dayana dan Mama Elisa. Wanita itu seperti tidak punya malu, bagitu merasa bangganya dia menjadi anggota Pramesti walaupun harus menghancurkan perasaan sesama wanita.

Devandro belum berani memberi tahu Sekar. Dia takut, Sekar akan meninggalkan dia. Bahkan ada menggugat cerai. Walaupun dia tahu ini ibarat menyimpan boom waktu yang suatu saat pasti akan meledak.

Biarlah. Ini menjadi rahasia dahulu, dia belum sanggup kehilangan cinta Sekar. Entah Sekar sudah melupakan semuanya atau pura-pura semua baik-baik saja, kini sikapnya kembali baik kepada Devandro.

Devandro juga tidak pernah menginap di rumah Pramesti. Setiap malam dia selalu pulang ke rumah Sekar. Karena memang hatinya untuk Sekar.

Melihat Sekar sedang merapikan pakaiannya yang sudah disetrika, rasa kagum kepadanya semakin besar. Apa salahnya dibilang bahwa dia butuh pembantu pasti dengan cepat akan dicarikan. Dia lebih mengerjakan sendiri dengan alasan masih bisa.

***

Siang ini Devandro yang masih sibuk dengan gambar-gambar gedung dikagetkan oleh Nana yang masuk ke ruangannya dengan terburu-buru.

"Pak, maafkan saya! Tidak sengaja tadi saya keceplosan mengatakan kepada Bu Dayana bahwa Bu Sekar tidak bisa mendangar. Sekali lagi maafkan saya, Pak!" mohon Nana.

Nana takut bosnya itu akan marah dan memecatnya, tetapi semua di luar dugaan. Kini Devandro sudah bisa sedikit mengendalikan emosinya.

"Sekarang Dayana di mana?"

"Tadi saya lihat, Bu Dayana keluar makan siang dan sampai sekarang belum kembali."

Sekarang pukul empat sore, perasaan Devandro tidak enak, merasa ada sesuatu yang terjadi pada Sekar.

"Rapat pukul berapa?" tanya Devandro.

"Lima menit lagi, Pak."

"Cancel!" perintah Devandro.

"Tapi, ini penting, Pak." Nana berusaha menjelaskan.

"Lebih penting istri saya,"

Devandro langsung meraih kunci mobil dan tas kerjanya. Berkali-kali dia mencoba menelepon Dayana, tetapi tidak ada jawaban. Mencoba mengirim pesan ke Sekar, pesan tidak dibaca-baca.

Satu jam kemudian, Devandro tiba di rumah. Namun rumah kosong. Sekar tidak ada, ponsel Sekar tertinggal di kamar.

Feelling-nya tetap kepada Dayana dan Alexa. Pasti mereka sedang mengerjai Sekar. Akhirnya Devandro menelepon Alexa menanyakan keberadaannya, ternyata dia ada di rumah.

Gas mobil diinjak, stir diarahkan kerumah Pramesti. Sesampainya di sana Devandro berteriak memanggil Dayana dan Alexa.

Kegaduhan itu membuat Mama Elisa dan Papa Yuda mendekat. Dayana dan Alexa turun dari lantai atas.

"Apa-apaan sih, Lu? Seperti tinggal di hutan, teriak-teriak.," tanya Dayana tanpa rasa bersalah.

"Dimana Sekar?" tanya Devandro baik-baik.

"Mana gue tahu," jawab Aleksa dengan santainya.

"Dimana istri gue!" bentak Devandro

Sudah pukul tujuh malam, kemana dia harus mencari Sekar. Apa lagi sudah malam begini. Dia takut kejadian hampir diserempet motor tempo lalu terjadi lagi.

"Lu, Dayana kalau sakit hati dengan gue, balasnya ke gue aja! Jangan ke orang lain! Lu juga Alexa, udah syukur gue jadikan lu istri. Jangan bedtingkah lu!" bentak Devandro.

Mama Elisa berusaha menenangkan Devandro.

"Dia pasti baik-baik saja, coba tenang dulu!"

"Lagian dia juga udah besar, nggak mungkin nyasar," celetuk Papa Yuda.

"Tapi ...."

"Tapi, dia itu tuli, Pa," potong Dayana.

Papa Yuda dan Mama Elisa tampak terkejut. Papa menunjukan wajah marahnya berbeda dengan Mama Elisa. Dia malah menepuk pundak Devandro sebagai maksud memberi semangat.

Saat Devandro akan meninggalkan rumah Pramesti, langkahnya terhenti oleh suara dering ponselnya.

"Halo, Devandro di sini" ucap Devandro saat menjawab telepon.

"Iya, Pak. Baik, saya akan kesana sekarang." Telepon dimatikan.

"Ada apa Dev?" Tanya Mama Elisa dengan wajah cemas.

"Sekar, di kantor polisi," jawab Devandro sambil menatap tajam ke arah dua wanita sosialita itu.

"Mama ikut, Dev." Pinta Mama Elisa.

Papa Yuda berusaha melarang Mama Elisa, tetapi Mama Elisa tidak mempedulikan itu.

"Awas kalian berdua. Tunggu balasan gue." Devandro menunjuk Dayana dan Alexa.

Kemudian dia berlari ke mobil disusul Mama Elisa.

***

Devandro menjalankan mobil dengan kecepat tinggi. Membayangkan Sekar sampai di kantor polisi itu membuat Devandro kesal, entah apa yang telah terjadi pada dia tadi.

"Hati-hati Dev. Jangan ngebut-ngebut gini. Entar kalau kita mati, siapa lagi yang ngelindungi Sekar? Mama sudah tahu siapa Sekar. Dia itu anak almarhumah Dewi, teman mama saat kakek mengajak kami pulang kampung."

"Terima kasih, Ma," ucap Devandro.

Mobil memasuki halaman kantor polisi. Setelah melapor ke polis bagian piket, Devandro dan Mama Elisa diantar ke ruangan tempat Sekar diintrogasi.

Melihat kehadiran Devandro, Sekar berlari ke arah Suaminya.

"Kak, Sekar takut." Wajah Sekar sangat pucat ketakutan.

Keringat dingin terasa di tubuhya. Devandro merangkul Sekar dan meyakinkan, bahwa semua akan baik-baik saja.

Setelah mendengar dari pihak kepolisian, ternyat Sekar dibawa kesini oleh pihak ke amanan Mall. Sekar ditahan karena ketahuan mengutil di mall. Barang yang belum dibayar ditemukan dalam tas yang Sekar pakai.

Barang curiannya terdeteksi saat Sekar melewati pintu Sensor. Saat alarm berbunyi Sekar tetap saja berjalan dan tidak mempedulikan panggilan security. Kesal Devandro mendengarnya. Mana mungkin Sekar begitu.

Devandro mengambil dompet yang berada di dalam tas Sekar. Membukanya dan menjejerkan beberapa lembar uang merah dan tiga lembar ATM yang bisa berfungsi sebagai alat debit.

"Sebanyak ini duit dia, belum lagi ATM yang semuanya ada isi, apa masuk akal kalau dia mencuri. Ini pasti ada yang ngerjai." Kesal Devandro.

Uang cash setiap hari diberi devandro dan tiga lembar kartu ATM diisi Devandro perbulan. Kerena sudah ada di salah satu pesan kakek bahwa ada satu usaha kakek untuk Sekar. Namun, Sekar tidak mengetahuinya.

"Sudah Dev, jamin saja Sekarnya, pulang kita lagi! Kasian Sekar." Saran Mama Elisa.

Kini mama yang memeluk Sekar, mencoba menenangkannya. Setelah membayar sepuluh kali lipat dari harga barang, laporan atas nama Sekar dicabut oleh pihak Mall yang saat itu diwakili oleh penanggung jawab keamanannya.

"Bilang sama pemilik mall tersebut, dapat salam dari Devandro Pramesti!" Devandro menyodorkan kartu namanya.

Mereka seakan tidak percaya, telah melakukan kesalahan fatal. Telah menuduh menantu keluarga Pramesti sebagai pencuri. Pemilik dua puluh persen saham di mall tersebut.

***

Meraka sudah tiba di rumah Devandro, Devandro mengajak Sekar istirahat di kamar. Mama Elisa pulang ke rumah dengan dijemput supir pribadinya dari kantor polisi tadi.

"Kak, mereka jahat."

"Siapa? Bilang sama kakak!"

Sekar diam, tidak berani melanjutkan perkataannya. Kini Sekar tidur dipelukan Devandro. Setelah yakin Sekar benar-benar tidur. Devandro merebahkannya di kasur.

"Tidur yang nyenyak sayang!" Devandro mencium kening Sekar dan mengecup bibirnya.

lalu dia keluar rumah menuju pos security menanyakan siapa tadi yang datang menjemput Sekar.

Berdasarkan data dari mereka. Satu tamu bernama Dayana bertamu kerumah Devandro. Setelah Devandro melihat rekaman CCTV komplek, iya benar, Dayana yang dimaksud adalah kakaknya.

'Berarti dia yang memasukan, jepitan rambut ke dalam tas Sekar. Tunggu aja balasan gue Dayana dan lu-Alexa. Kalian jahat tapi bodoh.'

Lubuk Dalam 23/08/20

By: Yati Suryati

Terpopuler

Comments

💫Sun love 💫

💫Sun love 💫

alexsa menjemput kehancurannya ....

2022-01-26

0

Eti Guslidar

Eti Guslidar

alexa hrs d sigkirkan dan dayana buat nyesal

2021-05-21

0

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

tega banget mereka sama Sekar

2021-05-21

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!