part 5

Istriku Tuli

Part 5

#devandro

#sekar

Dua bulan sudah mereka menikah, Devandro masih juga bersikap begitu kepada Sekar. Terkadang manis, terkadang ketus.

"Kak, sarapan, yuk!" Sekar selalu mengajak Devandro sarapan terlebih dahulu sebelum berangkay kantor.

Sepiring nasi kuning buatan sendiri sudah berada di tangan Sekar, akan diberikan kepada Devandro.

"Gue nggak sarapan," jawab Devandro lalu melangkah keluar rumah.

Hari ini Sekar memasak nasi kuning lumayan banyak, tidak akan habis jika dimakan sendiri.

Empat piring nasi kuning komplit sudah berada di atas nampan, yang akan dibawanya ke pos security komplek ini. Lebih baik dibagikan dari pada dibuang.

Sebenarnya hari ini, hari ulang tahun dia. Tetapi siapa yang akan mengingatnya. Setelah memiliki rezeki yang cukup makanya dia memasak nasi kuning untuk dibagi-bagikan, seperti semasa hidup orang tuanya.

Ada sekitat dua puluh kotak nasi kuning sudah berada dalam kantongan, Sekar berjalan keluar komplek, menyusuri jalan trotoar, memberi kepada orang-orang yang dirasanya membutuhkan.

*** IT ***

Di sebuah kantor yang bergerak dibidang konsultan bangunan. Seorang bos muda melangkahkan kakinya dengan pasti, melewati karyawan-karyawan yang memberi hormat kepadanya.

Dia cukup terkejut saat melihat box kecil di atas meja kerjanya.

'hadiah untuk siapa ini?' dia hanya bertanya di dalam hati.

Segera dia mengangkat gagang telepon di atas mejanya dan menekan angka yang menghubungkan ke Nana sekretaris pribadinya.

Tidak sampai lima menit, Nana mengetuk pintu ruangan Devandro. Setelah mendapat izin dari Devandro barulah Nana masuk.

Devandro ingin menanyakan mengenai box hadiah dari siapa ini.

"Itu hadiah sengaja saya yang siapkan untuk Ibu Sekar, kerena saya lihat Pak Devan sibuk akhir-akhir ini. Pasti tidak sempat membeli hadiah untuk istri bapak."

Mendengar penjelasan Nana, Devandro langsung meraih box tersebut dan berlari keluar gedung ini menuju parkiran.

Betapa bodohnya Devandro tidak tahu bahwa sekarang ulang tahunnya Sekar. Pantas saja pagi ini dia memasak nasi kuning.

Kemacetan belum juga terpecah, padahal sudah menunjukan pukul sembilan. Devandro sibuk mengirim pesan ke ponsel Sekar, tetapi tidak ada satupun balasan. Jangankan dibalas, dibaca saja tidak.

Pukul sepuluh kurang, Devandro memasuki komplek. Rumah ke empat dari pos security merupakan rumah mereka.

Segera Devandro masuk ke dalam rumah menggunakan kunci yang dia bawa. Rumah benar-benar sunyi. Tidak ada dia Sekar di rumah ini.

"Jangan-jangan dia kabur," ucap Devandro.

Pintu kamar Sekar tidak terkunci, Devandro masuk dan membuka lemari pakaian Sekar, ternyata masih ada. Berarti Sekar tidak kabur tetapi kemana dia? Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan dia? Isi kepala Devandro kini hanya Sekar.

Devandro yang bingung harus kemana mencari Sekar, sementara ponselnya terletak di atas meja. Tiba-tiba, mata Devandro terfokus pada sebuah buku biru yang terletak di samping ponsel.

Devandro mengambil buku tersebut, duduk di ujung tempat tidur sambil membuka-buka lembarannya.

Buku ini, diary yang pernah Devandro berikan kepada Sekar setelah mereka tamat sekolah dan Devandro kembali ke kota.

Diary yang berisi foto-foto mereka saat itu. Devandro yang dulu sangat baik kepada Sekar, berbeda jauh dengan Devandro sekarang.

Devandro berlari ke pos security mencoba menanyakan kebaradaan Sekar. Mereka pasti tau kalau Sekar keluar komplek.

"Bu Sekar tadi keluar jalan kaki sambil bawa kotak makanan gitu, Pak," jelas mereka kepada Devandro.

"Sekar, Kamu kemana?" Teriak Devandro

Devandro mencari Sekar sepanjang jalan, yang mungkin dilewatinya. Tetapi Sekar tidak pernah ke luar rumah.

Setiap berpas-pasan dengan orang, Devandro selalu bertanya apa pernah melihat sekar dengan menyebutkan ciri-cirinya.

"Ada fotonya, Mas?"

Devandro tidak punya foto Sekar di ponselnya.

"Suami macam apa ini, masa foto istrinya aja nggak ada."

Perkataan mereka benar, Devandro hanya suami di atas buku nikah dan sekedar memberi uang bulanan.

Awan hitam mulai berarak menutupi sebagian langit biru. Kalau sudah seperti ini, lalu lintas semakin sembraut. Mereka berkejar dengan waktu supaya tidak kehujanan.

Suara klakson kendaraan yang tidak berhenti memekakkan telinga, membuat Devandro memalingkan pandangannya kearah klaskson tersebut.

"Sekar."

Devandro berlari ke arah Sekar yang berjalan hampir ke tengah. Untung saja Devandro dapat menarik Sekar ke tepi tepat di saat dia hampir tersenggol motor.

"Kak, saya nggak tau jalan pulang," ucap Sekar lirih setelah menyadari bahwa Devandro yang menyelamatkan dia.

Mendengar ucapan Sekar, Devandro langsung memeluk Sekar erat.

"Maafkan kakak," ucap Devandro yang tidak akan didengar Sekar.

Hujan deras pun turun seperti langit tidak sanggup lagi menampung debit air.

***

Dua gelas teh jahe terhidang di atas meja. Menunggu Sekar keluar kamar. Semoga bisa menghangatkan tubuh yang kedinginan disiram hujan tadi.

"Kakak, yang bikin?" tanya Sekar seakan tidak percaya.

"Ia dong, kak, kan bisa juga bikin ini. Mari minum!" Devandro menyodorkan segelas untuk Sekar.

Selesai makan malam, mereka duduk di ruang tengah, duduk lesehan di atas karpet. Malam ini suasana rumah ini sangat berbeda, biasanya tanpa ada pembicaraan apa lagi canda tawa.

Wajah Sekar masih semanis dulu saat tertawa lepas begini.

"Sekar, maafin kakak, ya! Sudah sering marah-marah," ucap Devandro.

Sekar yang mengantuk dan merasa lelah seharian berputar-putar di jalan tanpa sadar menyandarkan kepalanya di bahu Devandero.

Bukannya memindahkan Sekar ke kemar Devandro malah ikut tidur dengan posisi itu.

Dinginnya udara malam ditambah dengan dinginnya AC membuat tidur Sekar tidak nyaman. Ia terbangun hendak pindah ke kamar.

"Pindah, yuk Kak! Di sini dinging," bisik Sekar.

"Nggak mau, tidur di sini aja, jangan tinggalin Kakak lagi!" Devandro makin mempererat pelukannya. Yang tadinya posisi tidur mereka duduk, kini sudah rebahan di karpet.

Devandro tidur dengan pulas seperti anak bayi yang tidur dalam dekapan ibu.

***

Malam ini, malam pertama Devandro mengajak Sekar keluar rumah. Rencananya Devandro akan mengajak Sekar ke acara kumpul-kumpul dia dan teman-temannya.

Untuk masalah penampilan Sekar, Nana sekretaris pribadi Devandro siap membantu. Membantu Sekar sama saja mendapatkan uang lembur dari kantong pribadi Devandro.

Selain Devandro, Nana lah orang yang tahu akan kekurangan Sekar.

Mobil Devandro mengarah ke sebuah club malam. Di sini tempat acara mereka. Walaupun Sekar dari kampung, tetapi dia juga tahu tempat begini.

"Kak, Sekar nggak ikut masuk, Ya!"

"Kenapa?" tanya Devandro heran.

"Mana ada, orang pake jilbab masuk club malam."

"Ya udah buka aja jilbabnya!"

"Maaf kak, nggak bisa. Menutup aurat itu kewajiban. Jika seorang perempuan membuka auratnya. Bukan dia sendiri yang akan masuk neraka, dia juga membawa ayahnya dan juga suaminya."

Mendengar penjelasan itu Devandro hanya diam. Devandro Menyuruh Sekar menunggu sebentar, dia akan ke dalam untuk sekedar say hello.

Saat Devandro baru keluar dari mobil, ada seorang perempuan seksi yang mendorong Devandro hingga tersandar ke body mobilnya.

"Kak Dev," panggil Sekar yang telah berdiri di pintu sebelahnya.

Perempuan itu Alexa, Devandro terlihat serba salah.

"Pesankan aja, Sekar taxi online! Biar Sekar pulang sendiri, Kak."

Devandro yang belum punya pendirian, kembali mengecewakan Sekar. Dia membiarkan Sekar pulang sendiri.

***

"Gue heran lihat lu, kalau lu emang nggak cinta dengan dia, kenapa lu nikahi dia?" tanya Kiano sahabat Devandro

"Karena kakek gue, menikahi Sekar salah satu syarat dalam warisan untuk gue. Kakek Sekar sahabat kakek gue," jawab Devandro agak berteriak mengimbangi suara musik di dalam club.

"Hati-hati, lu jatuh cinta beneran sama dia, setelah dia pergi. Bisa mati lu," ancam Kiano.

"Gue, jatuh cinta sama dia? Ngga mungkinlah."

Pembicaraan mereka terhenti saat Aleksa datang dan duduk di sebelah Devandro. Dia yang sudah hampir mabuk dengan liarnya menciumi Devandro tidak peduli orang ramai.

Saat itu yang terlintas di mata Devandro hanya Sekar. Devandro bangkit dan mendorong Aleksa hingga hampir terjatuh.

"Gue pulang duluan, ya," ucap Devandro yang ternyata sudah mulai mabuk.

Tidak mungkin juga dia menyetir dengan kondisi begini. Akhirnya memesan kamar di lantai atas, kebetulan club ini gabung dengan hotel.

Laki-laki dan perempuan dalam kondisi mabuk tidur satu kamar, sudah bisa kita bayangkan apa yang mereka lakukan. Walaupun ini bukan pertama kalinya mereka begitu.

Pagi hari setelah kesadaran Devandro kembali normal. Ada rasa bersalah kepada Sekar.

***

Pukul satu siang Devandro baru pulang kerumah, masih memakai baju semalam. Sekar menyambut kepulanga Devandro dan menyalim tangannya.

"Kakak dari mana? Kenapa baru pulang?" tanya Sekar saat membukakan sepetu Devandro.

"Nginap rumah teman," jawab Devandro datar

"Sama Alexa?"

Mendengar itu Devandro langsung marah, dia berdiri meninggalkan Sekar. Di ruang tamu.

Terpopuler

Comments

Nuranita

Nuranita

aishhhhh.....ngeselin nih devanno🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️😤😤😤😤😤😤😤

2022-10-14

0

Nurlaila Ginting

Nurlaila Ginting

kenapa tb2 lebay

2022-02-27

0

Bidadarinya Sajum Esbelfik

Bidadarinya Sajum Esbelfik

ngapain marah... kn bneran tuh

2022-02-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!