part 13

Istriku Tuli

Part 13

#devandro

#sekar

Jika aku terlihat baik-baik saja, sebenarnya ada raga yang ingin kutinggalkan. Terbang, tenang, jauh dari ke egoisan mereka.

-Sekar-

Hujan turun sangat deras. Suara hujan yang menghantam atap seng menimbulkan suara yang sangat berisik bagi Sekar. Semua suara seakan masuk ke dalam telinganya tanpa filter. Sekar berusaha menahan sakitnya. Kenapa? Karena dia ingin hidup normal.

Air matanya menetes menahan sakit, kedua tangannya menutup telinga, berharap bisa meredam suara yang masuk.

"Kamu kenapa?" tanya Devandro, berlari kearah Sekar.

Sekar yang duduk di atas kasur tipisnya berusaha menahan sakit. Dia menggelengkan kepalanya. Devandro seakan mengerti apa yang terjadi, secepatnya iya melepaskan benda kecil yang berada di lubang telinga Sekar.

"Kalau sakit nggak usah dipakai! Kan, sudah pernah Kakak katakan," ucap Devandro sambil menghapus air mata Sekar dengan kedua tangannya.

"Sekar ingin seperti orang-orang, Kak. Agar Kakak nggak malu punya istri tuli seperti Sekar," ucap Sekar lirih.

"Kakak nggak pernah malu sama Sekar, kakak bangga, karena Sekar yang sabar ngadapi Kakak." Devandro memeluk Sekar erat.

"Mau main hujan? Sambil naik sepeda seperti kita pulang sekolah dulu?" tanya Devandro.

Sekar menggeleng menandakan dia tidak setuju dengan ide itu.

"Kakak, mau cari pakaian di rumah, mana tau masih ada yang muat. Udah dua hari cuma pakai ini aja," bujuk Devandro

"Kakak aja pergi sendiri!" jawab Sekar ketus

Sepeda yang berada di dapur dikeluarkan Devandro. Dia ingin mengulang kenangan masa sekolah dulu. Devandro paling suka mengerjai Sekar, menyuruh Sekar memboncengnya dengan alasan dia tidak pandai naik sepeda.

Sebenarnya itu hanya alasan Devandro, dia akan duduk di goncengan dengan menghadap belakang, lalu menyandarkan kepalanya di punggung Sekar.

Saat Sekar berlari ke teras depan, ternyata Devandro sudah menggayuh sepedanya ke arah rumah Buk Asih.

Sekar yang sudah melepas alat bantu dengarnya duduk di teras rumah melihat hujan yang sepertinya akan redah.

Sebuah mobil type mini bus berhenti tepat di depan rumah mereka. Tampak tiga orang lelaki berbadan besar turun dari dalam mobil. Mereka berjalan tegap mendekati Sekar.

"Di mana Devandro?" tanya salah seorang dari mereka.

"Kak Dev pergi sebentar," jawab Sekar penuh ketakutan.

Salah seorang lagi berjalan ke arah belakang Sekar. Dengan cepat dia membekap mulut Sekar dengan sapu tangan yang sudah diberi cairan bius.

Seketika Sekar tumbang, dengan mudah membawa Sekar pergi. Dalam hujan gerimis Sekar di masukan ke dalam mobil lalu dia akan dibawa entah kemana.

Beberapa meter dari rumah Sekar adalah rumah Devandro. Setelah mengambil kunci di rumah Buk Asih, segera dia menuju kamar tidurnya.

Rumah ini, walau bertahun-tahun kosong tetapi tetap bersih, karena Buk Asih selalu membersihkannya setiap hari.

Pikiran Devandro benar-benar tidak tenang, yang ada di benaknya hanya Sekar.

'Ditinggal bentar aja udah kepikiran gini, pakai pelet apa, tuh, anak?' upat Devandro dalam hati.

Setelah mendapatkan beberapa pakaian yang akan dia pakai sebagai pengganti, dia pun meninggalkan rumah itu, dengan cepat menggayuh sepedanya.

"Devandro!" teriak seseorang memanggil namanya.

Setelah dilihat ternyata salah seorang wanita tua yang dulunya dia panggil mbah.

"Mbah apa kabar?" Sapa Devandro sambil menyalim tangan Mbah Tanto.

"Mbah bingung. Bingung dengan orang kota ini. Mentang-mentang mereka banyak duit, semua mau dikuasainya."

"Maksud, Mbah?" tanya Devandro bingung.

"Seminggu yang lalu, datang orang kota kemari, mereka akan menggusur kami. Belum mereka lahir, Mbah sudah hidup di atas tanah ini. Dengan mudahnya mereka akan menggusur. Dasar orang kota sombong," maki Mbah Tanto.

Mendengar ucapan Mbah Tanto darahnya seakan mendidih. Ternyata pihak Amanda banyak melakukan hal busuk di belakangnya.

"Hari ini mereka akan balik lagi." Sambung Mbah Tanto.

"Nanti biar saya yang bantu bicara sama mereka, Mbah. Saya mau lihat Sekar dulu."

"Saya tahu, kamu orang kota yang tidak sombong. Tolong jaga Sekar dengan baik. Dia itu yatim piatu, jangan kamu sakiti jika tidak ingin mendapat bala!" ujar Mbah Tanto.

Devandro tidak mau jika orang di kampung ini tahu bahwa dia terlibat dalam proyek sialan itu. Setelah mencium tangan Mbah Tanto. Devandro melanjutkan perjalanannya. Cuma Sekar yang mengisi pikirannya. Perasaannya begitu tidak enak.

Sesampai di depan rumah Sekar, Devandro agak heran dengan bekas ban mobil di tanah basah ini. Pintu rumah yang tebuka begitu saja. Devandro turun dari sepeda berlari masuk mencari istrinya di dalam rumah.

Tidak ada Sekar di dalam rumah, di kamar mandi belakang rumah juga tidak ada. Dia yakin Sekar bukan kabur, karena perasaannya tidak enak. Berkali-kali dia mengucapkan istigfar, memohon istrinya selalu dalam lindungan-Nya.

Dalam kekalutan, tidak tahu harus mencari Sekar kemana. Seorang anak laki-laki berusia sekitar sepuluh tahun datang menghampiri Devandro. Memberikan sebuah kertas yang isinya, ajakan perang dengan Sekar sebagai sanderanya.

Di dalam surat itu tertulis dengan jelas alamat yang harus dituju. Ibu kota. Sekar dibawa pulang ke Ibu kota.

Bagaimana, dia sudah berjanji kepada Mbah Tanto untuk menemui mafia proyek itu. Sementara Sekar? Dia harus menyelamatkan Sekar.

Setelah berfikir sejenak. Dia yakin, mereka tidak akan menyakiti Sekar, karena bagi dia Sekar sebuah Sandera penting yang tidak boleh terluka sedikitpun.

Dua buah mobil melintas di depan rumah Sekar. Devandro yakin, mereka kembali untuk menekan warga. Sebenarnya tadi Devandro sudah mencari tahu dari Buk Asih. Aparat desa yang hanya mementingkan harta tidak berada di pihak warga.

***

Jauh di sana, di dalam mobil, mata Sekar ditutup kain hitam. Tidak ada satu pertanyaan dari mereka yang Sekar jawab. Hal itu membuat para lelaki itu marah dan menampar Sekar. Mereka mengira Sekar melawan mereka dengan aksi diamnya.

Sebuah tamparan pertama terasa panas di pipinya.

"Kak Dev ...," teriak Sekar Setiap terasa tamparan di pipiya.

Ada lima kali dia berteriak memanggil nama Devandro. Jejak merah di pipinya terlihat jelas. Kini dia hanya terkulai lemah di sandaran jok belakang.

Mobil pribadi ini melaju tanpa berhenti untuk sekedar mengisi perutpun tidak. Sekar terkulai lemas, tidak diberi makan dan minum hingga Ibu Kota.

Dengan mata masih tertutup Sekar dibawa kerumah mewah model eropa dengan pagar keliling yang cukup tinggi. Sekar yang tidak memiliki banyak energi lagi, dipaksa berjalan hingga dia di dorong masuk keruangan yang terasa lembab.

Sekarang pengikat matanya sudah dibuka. Di kelilingnya hanya gelap. Dia berusaha meraba-raba mencari-cari stop kontak, berharap ruangan ini ada cahaya.

Rasa sakit di pipi sudah tidak terasa lagi, sekarang dia merasa sangat lapar. Dari tadi tidak ada sedikitpun makanan bahkan air putih yang mereka berikan.

***

Devandro berhasil mengusir para mafia proyek tersebut, setelah dia menunjukkan kartu namanya. Mereka hanya orang suruhan Amanda disuruh Devandro pulang dan menyampaikan pesannya untuk Amanda.

Dengan bantuan warga, Devandro di antar ke kabupaten, sesampai di sana mereka mencari mobil sewa yang bisa mengantarkan Devandro dengan cepat ke Ibu Kota.

Seperti mobil yang membawa Sekar tadi. Mobil Devandro juga melakukan perjalanan tanpa berhenti-berhenti lama.

Perjalanan yang cukup panjang. Ingin rasanya dia naik helikopter saja agar bisa langsung sampai.

***

"Di mana Kak Dev kamu?" bentak seorang wanita.

Sekar hanya diam, walaupun tutup matanya dibuka, ruangan gelap tidak bisa melihat gerak bibirnya.

"Dasar budeg." Satu pukulan mendarat di kepala Sekar.

Devandro salah, meraka tidak melakukan Sekar dengan baik.

Empat jam setelah Sekar sampai, barulah Devandro sampai. Setelah selesai melakukan pembayaran, Devandro mempersilahkan mobil itu yang disewanya pergi.

"Pa-Papa!" teriak Devandro.

"Benar kata Dayana, jika magnet kutup utara dibawa, kutup selatan dengan sendirinya mendekat," gumam Papa Yuda.

Devandro berlari mencari Sekar di setiap ruangan di rumah ini. Hasilnya juga tidak ada. Teringat dia sebuah ruangan bawah tanah yang berfungsi sebagi gudang.

Dia berlari keruangan yang terletak di bawah garase mobil.

"shittt," upat Devandro saat mendapatkan pintunya terkunci.

Devandro menendang pintu itu hingga terbuka. Dia yang mengetahui di mana letak stop kontak lampu, segera menyalakannya. Betapa terkejutnya Devandro melihat istrinya sudah tergeletak lemah di atas ubin, matanya sedikit terbuka saat melihat Devandro datang. Tangannya berusaha untuk menggapai seakan meminta tolong.

Amarah Devandro tidak bisa lagi ditahan, apa lagi saat melihat bibir istrinya kering. Ada bekas darah di sudut bibir, dan memar di pipi.

"Kak, Sekar haus," desis Sekar.

Devandro mengangkat Sekar, berlari sambil berteriak memanggil Bik Yah. Sekar dibaringkan Devandro di kursi santai depan kolam renang. Bik Yah yang dipanggil tidak kunjung datang. Saat Devandro berdiri ingin mengambilkan air di dapur. Cepat tangan Sekar menyambar tangan Devandro.

"Jangan tinggalkan Sekar, Sekar takut," pinta Sekar dengan suara yang sangat lemah.

Devandro berlutut di samping Sekar, dia benar-benar menyesal sudah menyeret Sekar masuk ke dalam keluarga yang penuh ambisi.

Kembali Devandro berteriak memanggil Bik Yah, baru kali ini dia mendengar dan lari tergopoh-gopoh sambil membawa segelas air putih.

Devandro membantu Sekar duduk, bersandar di dadanya. Agar dia bisa minum. Sekar langsung memeluk Devandro erat.

"Dia jahat, Kak. Dia menendang perut Sekar."

Mendengar penuturan Sekar, kali ini tidak bisa lagi di negosiasi. Devandro mempah Sekar, berteriak memanggil Papa Yuda.

"Yuda, sini kau," hardik Devandro.

Mama Elisa terkejut mendengar Devandro memanggil begitu, dan lebih terkejut lagi melihat kondis Sekar.

"Dia papa kamu, Devan!" bentak Mama Elisa.

"Dia buka papa saya, dia hanya duda miskin yang kebetulan dapat cinta mama. Beruntung dia menggantikan posisi papa Devan. Sekarang dia kacang lupa kulitnya. Lupa dari mana dia berasal," cecar Devandro

"Cukup Devan!" Kembali Mama Elisa membentak.

"Ini masalah saya membatalkan mega proyek? Saya yang akan mengganti semuanya. Ambil semua harta saya agar kalian puas. Sekarang saya lebih baik kehilangan harta dari pada harus kehilangan Sekar."

Keributan tidak dapat dihindari lagi. Mama Elisa berkata kasar kepada Sekar. Dia menganggap karena Sekar lah semua ini terjadi.

***

Di saat Devandro akan meninggalkan rumah Pramesti, untuk membawa Sekar kerumah Sakit.

"Saya tidak suka dihina anak kecil seperti kamu,"

Dor!

Suara tembakan menggema di dalam rumah megah ini.

Untuk kesekian kalinya, Sekar menyelamatkan Suaminya dari bahaya. Papa Yuda yang bermaksud ingin menebak Devandro langsung dihalang oleh Sekar saat dia melihat ada peluru yang akan mengenai bagian belakang tubuh suaminya. Kini peluru tersebut bersarang di perut Sekar.

By: Yati Suryati

Terpopuler

Comments

💫Sun love 💫

💫Sun love 💫

ya ampuun .... tragis bener.. .

2022-01-26

0

asridiani

asridiani

yaaaaahhhh , sekaaarrrrr😭😭😭😭

2021-11-24

0

Sulati Cus

Sulati Cus

tragis

2021-06-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!