part 7

Istriku Tuli

Part 7

#devandro

#sekar

Pukul sebelas malam, Alexa memaksa masuk komplek padahal tidak mendapatkan izin oleh security di gerbang depan.

Dia tetap saja memaksa masuk dan berteriak. Akhirnya salah satu dari security yang bertugas menelepon ke telepon rumah Devandro melalui telepon di pos.

Mendengar telepon berdering di ruang tengah, Devandro yang sedang berbaring di kamar sambil mengelus-elus kepala Sekar yang belum tertidur, Devandro pamit keluar kamar sebentar untuk menjawab telepon.

"Jangan lama-lama, ya, Kak!"

"ok sayang." Sambil mengecup kening Sekar.

Mendengar penjelasan security dari seberang kabel telepon tentang ulah Aleksa, Devandro jadi binging, antara langsung keluar atau bilang dulu ke Sekar. Demi menjaga hati Sekar, akhirnya devandro langsung keluar rumah menemui Aleksa.

"Hai sayang," ucap Aleksa manja.

Membuat security di pos tersebut saling pandang.

Takut perempuan yang selalu berpakaian sexy ini akan membikin keributan di situ, Devandro mengajaknya kerumah, walaupun hanya berdiri di halaman depan.

"Cukup di sini jangan lu coba-coba masuk!" larang Devandro,

"Pakai piama gini, kamu kelihatan manis banget," rayu Alexa sambil berusaha menyentuh Devandro.

Sekar yang menyadari bahwa Devandro lama sekali kembali ke kamar, jika hanya menjawab telepon. Dia memutuskan untuk melihat keruang tengah. Saat keluar kamar, Sekar tidak melihat Devandro ada di situ. Hanya gagang telepon yang masih menggantung.

Setelah membetulkan posisi gagang teleponnya, Sekar mencari Devandro. Hingga dia melihat ada bayangan dua orang dari balik jendela depan. Dilangkahkan kakinya menuju jendela untuk mengintip, dia melihat Devandro dan Alexa. Sekar mencoba memengintip dari balik pintu dengan sedikit dibukanya.

Namun Sekar tidak dapat membaca gerak bibir mereka, karena posisi mereka jauh dan mereks bicara terlalu cepat, seperti saling menimpali. Dia tidak bisa mengira apa sebenarnya yang terjadi.

Ini bukan lagi pembicaraan tetapi sudah menjadi pertengkaran, di tengah malam Alexa berteriak-teriak didepan Devandro. sampai tidak sadar bahwa sekar sudah berdiri di depan pintu.

Lama Sekar mencoba membaca gerak bibir mereka, tetapi tidak berhasil.

"Sekar," panggil Alexa yang melihat Sekar saat iya membalikkan badan.

Tampak raut kepanikkan di wajah Devandro. Sekar bisa merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi saat melihat wajah suaminya.

Alexa melangkah ke arah Sekar. Namun, segera ditahan oleh Devandro. Dia menepis tangan Devandro di pergelangan tangannya dan terus melangkah ke arah Sekar.

"Please jangan!" mohon Devandro kepada Aleksa.

Sepertinya Alexa tidak mempedulikan itu. Dia tetap mendekat ke arah Sekar melangkah dengan angkuhnya.

"Ada apa?" tanya Sekar sambil menatap bingung ke arah Devandro.

Menyadari keadaan tidak baik, Devandro segera menyusul dan berdiri di samping Sekar.

"Gue akan nikah sama Devandro, karena sekarang gue sedang hamil anaknya Devandro." Aleksa mengelus-elus perutnya yang masih rata.

Seolah ada benda keras yang menghantam ke dada Sekar. Sakit mendengarnya. Baru saja menikmati indanya berumah tangga.

"Sudah berapa bulan?" tanya Sekar berusaha tenang.

"Sudah masuk dua bulan." ucap Alexa tanpa malu.

"Diam lu!" bentak Devandro kepada Alexa.

"Kenapa kamu berubah sayang, apa kamu lupa kita sering melawati malam dengan gairah yang menggebu-gebung?" ucap Aleksa tanpa malu.

"Cukup, jijik dengarnya," sahut Sekar.

Sekar masuk ke dalam rumah, meninggalkan mereka berdua. Hatinya sakit, ternyata kata cinta dan ucapan maaf Devandro hanya menutupi kebohongannya.

"Brengsek. Puas lu sekarang? Dasar ******." maki Devandro.

"Kamu kenapa kasar sih Devan?" tanya Alexa dengan nada manja.

"Dari dulu, gue emang kasar. Lu aja yang kegatelan. Kucing dikasih ikan, mana ada yang nolak. Pergi lu sekarang!"

Pukul satu malam, Devandro baru masuk kamar. Sekar berusaha untuk tidur tetapi tidak berhasil. Air mata Sekar menetes saat tangan kekar Devandro memegang bahunya yang bergetar menahan isak tangis.

Devandro mencoba membalikan badan Sekar untuk menghadap dia, tetapi Sekar tetap mempertahankan posisinya. Tidak menyerah begitu saja, kini Devandro yang berpindah posisi berada di hadapan Sekar.

Bagaimana Devandro akan berbicara jika Sekar tidak mau membuka matanya. Sekar benar-benar menutup matanya. Walaupun beratus kata maaf dibisikan di telinga Sekar, semua tidak ada gunanya. Devandro tertidur sambil tetap memeluk Sekar hingga pagi.

Saat menyadari Devandro telah tidur, Sekar membuka matanya, tubuhnya dipeluk erat oleh Devandro.

"Kak, apa Sekar salah meletakkan hati?" ucap Sekar lirih.

Sekar tidak lagi seramah hari-hari yang lalu, hanya alarm ponsel yang membangunkan Devandro untuk Salat Subuh, saat Devandro mencoba membuka matanya, ternyata Sekar sudah selesai mengerjakan salat. Sebulan sudah Devandro terbiasa menjadi imam saat Salat Subuh, tetapi pagi ini berbeda.

"Kenapa nggak bangunkan, Kakak?" tanya Devandro saat Sekar melihat kearahnya.

Tidak ada jawaban, Sekar langsung keluar kamar.

Setelah Devandro selesai mengerjakan salatnya, dia menuju dapur menemui Sekar yang biasanya sudah sibuk menyiapkan sarapan.

"Pagi ini kakak mau brownies kukus topping keju." Pinta Devandro mencoba mencairkan suasana

"Iya, Kak." Hanya jawaban datar yang keluar dari mulut Sekar.

Saat Devandro ingin memeluknya, Sekar menghindar. Seolah-olah dia sedang sibuk mempersiapkan pesanan Devandro.

Sebelum pukul tujuh brownies kukus dengan segelas teh manis telah siap di atas meja beserta majalah bisnis edisi minggu ini.

Devandro keluar kamar, hanya menggunakan baju santai. Dia berharap Sekar akan bertanya. Kenapa dia tidak berangkat kerja. Namun, Devandro salah. Sekar hanya diam.

Sekar tetap menemaninya sarapan, tetapi hanya diam. Devandro tidak berani banyak bicara karena dia sadar akan kesalahannya.

Selesai membereskan semuanya. Sekar melihat ke arah jam yang menunjukan pukul sembilan. Dia pun pergi keluar rumah, duduk di teras. Devandro yang bingung melihat Sekar, mengikutinya ke teras dan ikut duduk di bangku sebelahnya.

Sekitar sepuluh menit, tiba tukang sayur yang berhenti di depan rumah mereka, Sekar langsung berdiri berjalan ke arah tukang sayur tersebut. Devandro tetap ngikut di belakang Sekar.

Mengambil sekilo daging sapi, beserta bumbu-bumbu yang dibutuhkan.

"Sekar, Dia suami kamu?" Tukang sayur itu memegang pundak Sekar.

Sekar menoleh ke belakang melihat ke arah Devandro. Dia pandai menutupi apa yang sedang terjadi. Di depan orang dia seolah baik-baik saja.

"Iya, Dil," jawab Sekar seperti sudah akrab dengan tukang sayur tersebut.

"Ini Devandro Pramesti, kan? Teman sekolah kita dulu," tanya tukang sayur tersebut.

Devandro berusaha mengingat-ingat, siapa lelaki ini, kenapa dia akrab dengan Sekar dan mengenal dirinya.

"Kak Dev. Ini Aidil teman satu sekolah kita dulu, tapi nggak satu kelas dengan kita."

Mendengar penjelasan Sekar barulah Devandro mengerti apa lagi saat Aidil menepuk Sekar, seperti dia tahu kekurangan Sekar.

"Senang bertemu di sini. Nggak nyangka, ya. Kita bisa jumpa lagi." Devandro mengulurkan tangannya, menyalami Aidil.

"Beruntung kamu berhasil dapatin Sekar. Kamu tahu sendiri hati Sekar itu seperti apa. Sebagai teman sekampungnya, saya cuma mau bilang, titip Sekar, Jaga dia! Bahagiakan dia!"

Ucapan Aidil seolah-olah menampar Devandro.

Setelah selesai membayar semua belanjaannya, Sekar pamit kepada Aidil.

"Kalau ada waktu, main kerumah, bawa anak istri! Sudah nikahkan?" tawar Devandro

"Alhamdulillah, sudah."

Sekar kemudian membayar belanjaannya dengan dua lembar uang seratus ribu.

"Langgeng, ya! Kasih saya keponakan yang banyak! teriak Aidil saat mereka akan masuk rumah.

"Pasti!" teriak Devandro.

Ternyata inilah alasan kenapa Sekar tidak mau lagi belanja mingguan di pasar. Dia memilih belanja setiap hari di tukang sayur karena yang berjualan itu temannya.

"Mungkin, di satu ikat sayur yang kita beli, terletak harapan untuk memenuhi kebutuhan anak istrinya karena tidak semua orang seberuntung Kak Dev."

Perkataan Sekar benar. Mendengar itu Devandro tersadar kadang dia kurang bersyukur dengan apa yang sudah dia miliki. Termasuk masalah pasangan hidup.

Sudah diberi jodoh berlian, masih juga bermain dengan emas sepuhan. Akhirnya terjebak sendiri dalam masalah.

Ponsel Devandro berbunyi, ternyata telepon dari Mama Elisa. Dia terdengar sangat marah, karena Alexa sudah menemui mama dan bercerita. Mama Elisa menyuruh Devandro segera datang kerumahnya.

Devandro mengacak-acak rambut, kebiasaan yang selalu dilakukannya saat pikirannya kacau.

"Jadilah laki-laki yang bertanggung jawab. Berani kakak melakukan, berani kakak tanggung resikonya!" seru Sekar sambil merapikan kembali rambut Devandro dengan tangannya.

Hal itu yang membuat Devandro hampir gila. Sekar tetap melakukan itu walaupun dia tahu suaminya melakukan kesalahan besar.

"Maafkan Kakak," bujuk Devandro sambil mengenggam tangan Sekar.

"Kakak nikahi dia, ceraikan Sekar!" Pinta Sekar sambil melepaskan genggaman tangan Devandro.

Permintaan Sekar sungguh berat bagi Devandro, kini dia telah benar-benar mencitai istrinya tersebut. Tidak mungkin menceraikan Sekar.

Sekar sangat berjasa dalam hidupnya. Dari Sekar dia belajar bertahan hidup, jangan cengeng dalam menghadapi cobaan.

Kenangan di desa itu kembali terputar. Saat Kakek sengaja tidak mengirim Devandro uang selama seminggu. Dari situ Sekar mengajarnya bertahan manfaatkan apa yang ada jika untuk makan.

Memancing ikan di sungai, menolong orang panen sayur, agar nanti dikasih imbalan uang dan sayuran. Uang yang mereka dapat, mereka belikan beras. Untuk lauk, hasil pancingan dan sayur pemberian itu yang Sekar olah.

Selama seminggu Sekar mengatar makanan kerumah Devandro. Masakan hasil kerja keras mereka.

Setelah kembali ke kota, Alexa kembali membuat Devandro arogan, mengenyampingkan hati nurani demi ego.

Devandro itu budak cinta, dia akan lemah di hadapan dan menuruti semua kehendak orang yang dicintainya.

Dengan Alexa dia sudah kehilangan rasa. Terakhir bertemu saja saat di club malam itu.

"Ikut kakak rumah mama, yuk!" ajak Devandro.

"Untuk apa? Untuk melihat drama kalian? Sekar benci sama Kak Dev, Kakak hanya mempermainkan perasaan Sekar atau Sekar yang tidak sadar diri. Langit dengan bumi mana mungkin bersatu. Jika langit dan bumi bersatu itu namanya kiamat." cercah Sekar.

"Kamu sekarang sudah langit, bukan bumi lagi," bantah Devandro

"Jam berapa kakak brangkat? Sekar mau nitip masakan untuk mama." Sekar mengalihkan pembicaraan.

'Dia membenciku, tetapi tidak membenci keluargaku. Bagaimana bisa aku melepaskan wanita seperti ini.'

Lubuk Dalam 21/08/20

By: Yati Suryati

Terpopuler

Comments

Nuranita

Nuranita

menyedih ini mah

2022-10-14

0

💫Sun love 💫

💫Sun love 💫

Dev membuang berlian hanya kerena emas tiruan.....

2022-01-26

0

Sitiasmah

Sitiasmah

paling hamil anak orang

2021-06-30

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!