Part 2

Istriku Tuli

Part 2

#devandro

#sekar

Mobil berwarna hitam mengkilat memasuki perkarangan rumah yang cukup luas, bangunan bertestur eropa terlihat sangat mewah.

"Dari mana aja lu, pulang-pulang bawa pembantu?" Sambutan manis dari Dayana kakak tertua Devandro.

"Suka-suka gue." Devandro menarik tangan sekar membawanya ke dalam rumah.

"Sopan banget, Lu. Main pergi aja gue lagi ngomong." Dayana mengikuti langkah Devandro sambil mengupat

"Brisik, diam Lu!" sergah Devandro

Mendengar kegaduhan yang terjadi di ruang tamu, Mama Elisa menghampiri mereka. Ada tatapan aneh dan juga bingung melihat Devandro membawa gadis dengan penampilan sederhana, beda sekali dengan wanita-wanita yang sering dibawanya.

"Dia Sekar, istri Devan, sudah sah Devan nikahi tadi malam. Dia teman SMA Devan dulu," terang Devandro kepada Mama Elisa.

Seakan tidak percaya dengan ulah anak laki-lakinya ini, apa sebenar yang ada dalam pikiran Devandro. Menikah, tidak ada rona bahagia di wajah Sekar, tidak seperti pengantin baru.

Devandro mengeluarkan buku nikah dari dalam tas selempang berbahan kulit, benar adanya mereka sudah menikah. Mama Elisa berusaha tenang, dia sudah membayangkan kegaduhan apa yang akan terjadi ketika Papa Yuda mengetahui semua ini.

Mama Elisa bersikap ramah kepada menantu barunya karena Mama menyadari bahwa Sekar ini pasti korban dari ulah Devandro. Anak itu suka menghalalkan segala cara agar ambisinya tercapai, tidak ada bedanya dengan Papa Yuda sehingga mereka suka berlawanan.

"Bawa saja Sekar istirahat di kamar kamu dulu, Dev! dia kelihatan sangat lelah," titah Mama Elisa kepada Devandro.

Kembali Devandro menarik tangan Sekar, akan dibawanya ke lantai atas di mana kamar Devandro berada, namun langkah kaki Devandro terhenti karena terdengar suara bariton Papa Yuda.

Papa yang dari tadi mendengar pembicaraan mereka sangat marah dengan keputusan semena-mena Devandro. Alasan papa bukan karena iba kepada Sekar, melainkan karena akan menjatuhkan derajat keluarga Pramesti. Mengetahui Sekar hanya gadis desa saja, Papa Yuda sudah semarah itu, apa lagi setelah dia tahu kekurangan Sekar.

Sekar yang tidak begitu mengerti apa yang mereka bicarakan karena mereka tidak ada yang mau berbicara bergantian, saat Papa Yuda marah, Devandro membantah tanpa menunggu Papa Yuda selesai.

Mama Elisa sebagai penengah dengan jiwa ke ibuannya dapat menenangkan ke dua laki-laki itu. Sekar hanya menurut saat kembali tangannya ditarik Devandro.

Kamar begitu luas, mungkin lebih luas dari rumah Sekar di kampung. Ranjang dengan kasur terempuk yang pernah Sekar rasakan. AC yang selalu menyala sehingga tidak perlu lagi menggunakan kipas tangan saat sedang kepanasan.

"Mandi, gih!" perintah Devandro kepada Sekar.

"Tapi, saya nggak ada baju gantinya, Kak," ucap sekar takut-takut.

Hari masih terlalu pagi, untuk mereka mampir ke mall, membeli pakaian baru untuk Sekar.

Devandro menyuruh Sekar menunggunya sebentar, dia akan turun menemui Mama Elisa untuk meminjam baju. Sepertinya pakaian Mama Elsa yang masih cocok dengan Sekar. Meminjam baju Kak Dayana sama saja sia-sia, mana mau Sekar menggunakan pakaian mini begitu.

Tiga puluh menit, Devandro kembali ke kamar dan melihat Sekar yang sedang tertidur di atas ranjangnya. Rasa kesal itu langsung muncul dengan kasar Devandro melempar pakaian yang dia bawa ke muka Sekar. Sekar yang baru saja tertidur dikagetkan oleh ulah Devandro.

"Maaf, Kak. Saya tertidur," ucap Sekar takut.

"Pergi Lu mandi!" bentak Devandro.

Mendengar bentakan itu, Sekar langsung terperanjat dari tempat tidur dan lari ke kamar mandi.

Devandro menjatuhkan badannya di sofa sambil menukar-nukar siaran TV.

Sepuluh menit, suara air belum juga terdengar. Sekar malah keluar masih menggunakan pakaian lengkap. Bertambah kesallah Devandro melihatnya.

"Maaf, Kak. Nggak ada gayungnya, ya? jadi saya mandi bagaimana?" tanya Sekar dengan polosnya.

"Ya, Tuhan, benar-benar udik, ya. Mandi pakai shower." Devandro bangkit dan menuju kamar mandi.

"Maaf, Kak." Cuma itu yang selalu terucap.

Di dalam kamar mandi, Devandro sadar, sudah tahu istrinya itu udik, kenapa tidak diajari apa-apa saja yang bisa digunakan di kamar mandi. Sementara di kampung dia tahu, semua sangat sederhana. Jika ingin mandi shower kita harus kepancuran dekat sawah.

Setelah menarik napas panjang, Devandro mulai mengajarinya. Jika ingin mandi dengan air hangat, apa saja yang harus ditekannya. Jika ingin mandi berendam di buth up, apa saja yang harus Sekar lakukan. Sekar mengangguk tanda mengerti. Setelah Devandro merasa cukup memberi info seputar kamar mandi kepada Sekar, dia pun keluar dan melanjutkan tidurnya yang tertunda.

Sekar keluar kamar mandi menggunkan pakaian Mama Elisa, terlihat cocok dan sedikit anggun, hanya saja kaca mata itu masih mengganggu.

Devandro tidak juga bisa tidur sampai pintu kamar ada yang menggedor.

"Sekar, itu pintu ada yang gedor, bukannya dibuka, malah diam aja, nggak guna banget, sih kamu." Tajamnya kata-kata Devandro.

"Maaf, Kak. Saya nggak dengar."

"Ah, dasar tu ...." Devandrio tidak meneruskan ucapannya.

Ternyata yang menggedor pintu itu Dayana, dia disuruh Papa Yuda untuk memanggil Devandro dan Sekar.

Di ruang makan dengan meja makan terbuat dari kayu jati dengan kursi-kursi yang begitu elegan sudah menunggu Papa, Mama dan Mas Bayu suami Dayana. Papa Yuda duduk di kursi satu paling depan, dengan sebelah kanan Mama elisa, diikuti Dayana dan suaminya. Sebelah kiri Devandro dan Sekar.

Sarapan sehat mereka, roti dan potongan buah serta segelas jus. Berbeda dengan sarapan Sekar di kampung, hanya nasi putih dengan lauk sisa tadi malam.

Sekar yang asik memotong-motong roti tidak mengetahui bahwa Papa Yuda sedang berbicara dan bertanya kepada dia. Devandro tidak ada di sampingnya karena harus menjawab panggilan di ponsel. Merasa kesal, baru kali ini seorang Yuda Pramseti saat berbicara tidak diperhatikan, ia langsung membanting garpu dan pisau yang dipegang ke atas piring roti. Sekar tetap asik menikmati makanannya.

Devandro yang mendengar itu, berlari kearah meja makan, terdengar Papa Yuda sedang memaki-maki Sekar. Saat sekar ingin menambah air minum baru terlihat oleh dia gerak mulut Papa Yuda. Sehingga niat menambah minum dia urungkan.

Devandro tidak akan memberi tahu kondisi Sekar yang sebenarnya kepada keluarga hingga semua yang diinginkan Devandro didapati. Setelah mendapatkan semuanya, dia akan menceraikan Sekar dan memberi sejumlah uang untuk modal Sekar meneruskan hidup. Itu tidak akan lama, paling lama sampai tiga bulan setelah mereka menikah. karena seperti itulah surat wasiat kakek.

Sekar yang miskin sudah biasa menerima cacian dan makian dari orang-orang kaya. mengetahui dia dicaci mertuanya, dia akan tetap diam. Dia harus sadar diri.

Suasana pagi ini sudah tidak enak. Satu persatu mereka meninggalkan meja makan. Tinggallah Sekar dan Devandro.

"Kamu, ya, bisanya bikin kesal," gerutu Devandro sambil merapatkan giginya.

"Maaf, kak. Saya nggak tahu, kalau Papa berbicara," bela Sekar.

Devandro menyuruh Sekar kembali ke kamar, dia akan menemui Papa Yuda untuk membicarakan resepsi pernikahan mereka. Makin cepat dilaksanakan itu makin baik.

Papa Yuda marah besar kepada Devandro karena wanita pilihannya tidak bisa dibanggakan. Saat rekan bisnis bertanya, apa pekerjaan Besannya, dia tidak akan bisa menjawab bahwa Sekar adalah anak yatim piatu. Devandro tidak mempedulikan itu. Bagi dia saham dan warisan lebih penting. Jadi pemuda sukses kaya raya itu lebih menarik. Akhirnya Papa Yuda mengalah, pernikahan mereka akan dilaksanakan seminggu lagi. Mama Elisa yang bertanggung jawab mengurusi semuanya.

Gerak cepat Mama Elisa yang pertama, menghubungi fotografer untuk foto prawedding. Foto out door akan dilaksanakan besok, mengambil suasana pantai.

Setelah merasa puas bahwa kali ini dia menang lagi, Devandro kembali ke kamarnya. Sekar yang masih duduk mematung di sofa. Gadis ini binging apa yang harus iya lakukan, mau tidur takut kena marah lagi. Mau turun ke bawah juga takut. Melihat Devandro yang memaringkan tubuhnya di atas kasur, membuat Sekar merasa iri, dia ingin tidur juga.

"Kak, boleh saya tidur? Semalaman di mobil membuat perut saya nggak nyaman dan juga ngantuk," ucap Sekar takut

Devandro menatapnya lama.

"Lu tidur di sofa aja! jangan pernah berani-berani Lu tidur di kasur gue!" Devandro melempar bantal ke arah Sekar.

"Iya, Kak. Nggak apa-apa. Tidur dilantai pun saya biasa," ucap lirih Sekar sambil menangkap bantal.

Devandro belum juga bisa tidur sedangkan Sekar sudah sampai ke alam mimpi. Devandro mengambil ponsel yang terletak di sampingnya, dia meminta Nana sekeretaris pribadinya membelikan seluruh perlengkapan wanita, mulai dari dalaman. Cukup dengan menyebutkan tinggi Sekar sekitar 160cm, badannya langsing berat sekitat 50kg gram, kulit kuning langsat Sekar cocoklah pakai pakaian warna apa saja. Tidak lupa Devandro menyampaikan bahwa Sekar itu berjilbab, Nana harus melihat gaya-gaya hijaber. Berhijab tetap harus kelihatan modis. Uang telah di-transfer Devandro ke rekening Nana. Tinggal Nana yang menjalankan tugasnya.

Melihat Sekar yang sedang tertidur, sifat usil Devandro keluar, dia terus menurunkan volume AC hingga Sekar yang tidak memakai selimut itu kedinginan.

Merasa udara terasa dingin, Sekar meringkuk sambil menarik-narik roknya agar menutupi telapak kaki. Devandro hanya tertawa sambil mengambil foto Sekar dengan ponselnya. Setelah merasa puas, volume AC kembali dinaikannya.

Kesal, dia tidak bisa tidur sementara Sekar yang hanya berbaring di sofa bisa tidur dengan nyenyak begitu. Tiga jam sekar masih saja tidur. Hingga pesan masuk di ponsel Devandro, pesan dari Nana yang mengatakan dia sudah selesai belanja sekerang sedang menunggu di ruang tamu.

Nana menunggu dengan berpuluh papar bag dari brand-brand mahal.

"Untuk apa pakaian-pakaian ini, Pak?" tanya Nana

"Untuk istrinya yang udik itu," jawab Dayana yang dari tadi sibuk membaca majalah fasion.

"Nyamber aja, Lu. Oke, terima kasih, Nana." Devandro mengambil semua belanjaan Nana .

"Ini pak, semua struknya." Nana menyodorkan sruk belanja yang entah berapa lembar itu.

Setelah melihat semua struk, Devandro pamit kembali kekamar.

"O, iya. Uang lebihnya untuk kamu aja. Hitung-hitung uang lembur udah mau direpotkan hari libur gini." Devandro melanjutkan langkahnya.

Sementara Nana permisi pulang kepada Dayana yang masih sibuk dengan majalahnya.

Di kamar ternyata Sekar sudah bangun dan sedang merapikan tempat tidur yang sudah diacak-acak Devandro. Devandro menepuk bahu Sekar.

"Ini pakaian kamu." Sambil meletakan semua paper bag di lantai.

"Mahal-mahal semua, Kak. Saya takut tidak pantas memakainya," ucap Sekar dengan sungkan.

"Ingat! Kamu itu istri saya, pakaian seperti ini yang pantas kamu pakai sekarang. Jangan pernah protes apapun yang saya lakukan untuk kamu. Paham?" hardik Devandrio sambil membulatkan matanya.

"Paham, Kak," jawab Sekar takut.

"Buruan mandi! kita mau pergi sama mama, cari baju untuk pesta pernikahan kita seminggu lagi."

Sekar mematuhi semua perintah Devandro, bagaimanapun dia adalah istri Devandro yang harus patuh pada perintah suami.

Setelan kulot dengan atasan kemeja, sangat pas di badan Sekar, ditambah hijab model pasmina instan yang dibelikan Nana membuat manis penampilan Sekar, tetap menunjukan style wanita sederhana namun dengan harga pakaian yang tidak sederhana.

Hanya saja, kaca mata yang akan Devandro tukar.

"Kamu mau pake kontak lensa?" tanya Denvandro kepada Sekar.

"Nggak, Kak. saya takut,"

Devandro ketawa mendengarnya.

"Ya sudah, Nanti kita tukar model kaca mata kamu, jadul banget. Nggak suka saya."

"Iya terserah kakak saja,"

Sekarang giliran Devandro yang akan mandi. Sekar mencoba menjalani kewajibannya yang pertama, menyiapkan pakaian yang akan dipakai Devandro. Sekar merasa bingung, pakaian bagaimana yang diinginkan Devandro, saat membuka lemari betapa banyaknya pakaian Devandro.

Baju kaos dengan bawahan jeans panjang dan sebuah jaket mungkin akan kelihatan lebih santai. Melihat pakaian itu yang disiapkan Sekar. Devandro yang keluar dari kamar mandi langsung marah-marah. Devandro bilang pakaian itu terlalu santai. Entah lah, entah apa yang merasuki pikirannya. Walaupun marah-marah tetap juga pakaian itu yang dipakainya. Mungkin saja gengsinya terlalu besar.

Terpopuler

Comments

Rihan Jamaien

Rihan Jamaien

sabar ya Sekar tar juga memetik hasil kesabaranmu 😘😘

2023-07-29

0

Fyona Razzan

Fyona Razzan

katanya gak bisa denger kog mendengar sih

2022-04-06

0

Bidadarinya Sajum Esbelfik

Bidadarinya Sajum Esbelfik

wakwak....

2022-02-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!