part 9

Istriku Tuli

Part 9

#devandro

#sekar

"Kak, Sekar ditinggalkan sendiri. Kak mereka dorong-dorong Sekar. Kak, Kak Dev tolong Sekar!"

Devandro yang saat itu belum tidur terkejut mendengar Sekar mengigau.

'Brengsek, apa yang udah dilakukan mereka? Sampai terbawa mimpi gini.'

Dengan menepuk-nepuk lembut pipi Sekar, Devandro berusaha membangunkan Sekar dari tidurnya. Sekar langsung memeluk Devandro setelah terbangun.

"Kak, Sekar mau tinggal di desa aja. Di sana nggak ada yang jahat sama Sekar. Nggak ada yang nyakitin hati Sekar. Mereka nggak menghina Sekar walaupun Sekar nggak bisa mendengar," ucap Sekar lirih.

Devandro memandang Sekar cukup lama, di mata wanita ini selalu memancarkan ketulusan. Setahun dia mengenal Sekar di desa, belum pernah dia melihat Sekar menangis. Namun, empat bulan baru menjadi istrinya, Sekar sudah berulang kali menangis.

"Kamu rindu desa?" tanya Devandro dengan suara lembut.

"Rindu, Kak. Tapi sudah tidak mungkin bisa pulang. Kita sudah diusir oleh warga. Malu jika harus kembali, Kak."

'ah, sial. Gue salah langkah, gue bikin Sekar diusir dari kampungnya.'

"Makan, Yuk! Kakak pesan makanan, ya? Dari pulang tadi belum makan." Devandro berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Sekar nggak lapar, Kak. Badan Sekar begel-begel. Terasa sakit-sakit semua," keluh Sekar.

"Kak pijat, ya?"

Tanpa menunggu persetujuan Sekar, Devandro mengambil minyak zaitun di atas meja rias.

Untuk mempermudah saat dipijit, Devandro membuka pakaian Sekar. Saat itu baru terlihat oleh dia ada bekas memar di bahu belakang dan lutut.

"Ini kenapa?" tanya Devandro heran sambil menunjuk memar di badan Sekar.

"Oh, itu Sekar jatuh. Kepeleset di ruang cuci."

Devandro tahu bahwa Sekar sedang berbohong. Mudah menandakan jika dia berbohong. Dia tidak akan menantap lawan bicaranya.

Devandro pura-pura untuk mempercayai ucapan Sekar malam ini, dan mulai memijat tubuh Sekar yang hanya ditutupi selembar selimut.

Awalnya Devandro memijit, kelamanaan pijitan itu berubah menjadi sentuhan halus yang juga dinikmati oleh Sekar.

Suara azan Subuh berkumandang, tidak biasanya Sekar masih tidur. Devandro mencoba membangunkannya.

"Maaf, Kak. Sekar telat bangunnya," ucap Sekar saat melihat Devandro keluar dari kamar mandi.

"Nggak apa, sekarang buruan mandi. Kakak tunggu!"

"Kakak duluan aja, entar waktu subuhnya habis!" Sekar berjalan ke arah kamar mandi.

"Ikut Kakak ke kantor, yuk!"

"Nggak, lah, Kak. Badan Sekar masih sakit. Sekar di rumah aja. Rasanya pengen dipijat. Tapi bukan Kakak yang mijat, tambah capek Sekar kakak bikin." Sekar cemberut.

Mendengar ucapan Sekar, Devandro malah tertawa.

"Ya, udah yuk kita ke pijat refleksi!"

"Nggak, Kak. Pijat tradisional aja."

"Kemana mau dicari? Kakak nggak tau."

"Minta, tolong sama mertua Aidil aja, Kak. Ibu itu bisa."

Devandro menyetujuinya. Namun Devandro tidak bisa menemani Sekar hari ini. Dia harus mengadiri rapat yang di-cancel-nya kemarin sore.

"Kalau ditinggal kerja, Sekar nggak apa-apa. Asal jangan ditinggal kawin lagi," gombal Sekar kepada Devandro saat dia berpamitan akan berangkat kerja.

Ucapan itu membuat hati Devandro tidak tenang, dia sudah melakukannya.

'Maafkan kakak!' Hanya berani mengucapkannya di dalam hati.

Sebelum Devandro berangkat. Sekar meminta Devandro meneleponkan Aidil terlebih dahulu, minta tolong kepada mertuanya untuk datang kerumah mereka.

"Baik, Bos!" jawab Devandro sambil mengambil selembar kertas yang tertulis nomor telepon.

***

Pukul delapan rapat dimulai, Devandro memimpin rapat dengan baik. Semua rekan bisnisnya terkesimah atas persentase yang dilakukan Devandro.

Dia ini memang mewarisi jiwa pembisnis kakek, tetapi dia belum bisa menghilangkan kebiasaan berkelahi. Jika ada saja yang membuatnya tidak senang atau ada saja yang mengusik, perkelahian tidak bisa lagi dihindari.

Rapat selesai pukul sebelas. Devandro langsung meninggalkan kantor, setelah ini tidak ada jadwal penting dia akan pulang lebih awal untuk menemani Sekar di rumah.

Teringat akan memar yang ada di badan Sekar, niat langsung pulang kerumah, diurungkannya. Mobil diarahkan ke rumah orang tuanya.

Dia ingin bertemu Dayana, yang kebetulan hari ini tidak datang ke kantor, apa mungkin takut atau ada alasan lain.

Klakson dibunyikan, dengan sigap pintu pagar dibuka oleh security di pos depan rumah mereka.

"Terima kasih, Pak," ucap Devandro sambil menurunkan kaca mobil.

Melihat Devandro menjadi ramah begitu, security mereka hanya terdiam sampai lupa menjawab sapaan Devandro.

"Eh, Den Devan, kalau kesini bawa-bawa Non Sekar! Bik Yah kangen juga, loh, Den"

"Mau cari mati namanya, tu, Bik," jawab Devandro sambil berjalan masuk ke dalam rumah.

Tujuan utamanya mencari Dayana, dia pura-pura tidak melihat Alexa sedang duduk di ruang tengah sambil membaca majalah fasion.

"Itu papa datang, mau ketemu kita, dik," ucap Alexa saat melihat Devandro.

Devandro tidak mempedulikan ucapan Alexa, dia tetap saja menaiki anak tangga. Mencari Dayana di kamarnya.

Pintu kamar digedor Devandro. Sebenarnya Dayana tau bahwa Devandro datang, karena ini dia tidak berani keluar kamar.

"Keluar lu, setan!" bentak Devandro

Dayana juga tidak keluar dari kamarnya. Devandro turun mengambil kunci cadangan untuk kamar Dayana. Mengetahui itu, Alexa mengikuti Devandro ke atas.

Alexa mencoba menenangkan Devandro, dia terus saja berbicara, walaupun tidak ada yang ditanggapi Devandro.

"Diam lu, jalang!" teriak Devandro.

Alexa langsung menutup mulutnya. Mama Elisa yang mengetahui keributan terjadi di lantai atas dari Bik Yah, langsung menyusul.

Devandro sudah membuka pintu kamar Dayana, Keadaan semakin gaduh, saat Devadro menarik kakak perempuannya itu keluar kamar dan lalu mendorongnya sehingga Dayana jatuh terjerbab di lantai. Dengan lutut duluan menyambut lantai. Lalu dia mengambil sebuah majalah dan memukulnya kebahu Dayana.

Mama Elisa berteriak melihat itu, Devandro seperti sudah kemasukan setan. Saat Alexa ingin menariknya, dia juga menolak Alexa hingga terduduk di lantai.

"Sayang, aku lagi hamil, loh. Kok, kamu kasar gini ke aku," rintih Alexa sambil berusah berdiri sendiri.

"Lebih bagus lagi kalau lu keguguran," upat Devandro kepada Alexa.

"Sekarang lu tau rasanya Dayana? Sakit? Seperti itu yang Sekar rasakan. Jangan kira gue bodoh ninggalin Sekar di rumah tanpa pengawasan. Gue udah lihat semua dari CCTV di rumah. Jangan lu kira, gue nggak masang CCTV."

Dayana yang kesakitan dibantu Mama Elisa berdiri dan memapahnya duduk di sofa. Antara percaya dengan tidak, anak perempuannya bisa begitu jahat dengan ipar sendiri.

"Kalau lu nggak terima, silahkan lapor polisi! Gue tunggu laporan lu. Tapi lu harus ingat, gue bisa membalikkan biar lu yang ditahan."

Dayana dan Alexa tidak berani mengeluarkan sepatah kata pun. Devandro jika sudah marah, dia tidak peduli dengan siapapun.

Devandro masuk kedalam kamarnya, mencoba menenangkan diri. Kenangan sebulan menikah dengan Sekar malah terbayang. Di kamar ini dia sering membentak Sekar. Di sofa itu dia membiarkan Sekar tidur sepanjang malam.

Masih juga berteleponan dengan Alexa padahal Sekar di kamar ini juga, sibuk dengan gambar-gambarnya. Semua hanya jadi sesalan. Seandainya dia tidak berhubungan lagi dengan Alexa, mungkin saat ini Alexa tidak akan hamil dan dia tidak harus kembali menghianati kepercayaan Sekar.

[Kak, makan siang di mana? Sekar masak makanan kesukaan kakak.]

Begitu pesan yang masuk ke aplikasi telepon hijau di ponsel Devandro.

[kakak makan di rumah, bentar lagi kakak sampai]

Jempol Devandro mengetik pada layar ponselnya.

Saat Devandro keluar kamar, dua wanita itu masih saja duduk di situ. Devandro hanya melirik sekilas dan kemudian dia melanjutkan langkahnya menuruni anak tangga.

Meninggalkan rumah Pramesti tanpa kata. Mama Eliss hanya melihatnya dari jauh.

***

Mas Bayu mendatangi rumah Devandro saat mereka sedang makan malam. Bel rumah di tekan berulang-ulang membuat Devandro kesal.

"Sekar, ada tamu, tolong bukakan pintu!" perintah Devandro.

Saat pintu dibuka, Mas Bayu langsung masuk dan berteriak memanggil Devandro.

Mendengar itu, Devandro menyusul kedepan.

Tanpa aba-aba saat Devandro mendekat, satu pukulan dari Mas bayu mendarat di hidung Devandro, mengakibatkan darah segar keluar. Tidak terima dengan pukulan itu, Devandro membalasnya. Hingga Mas Bayu terjatuh dilantai. Devandro langsung menduduki tubuh Mas Bayu dan memukul wajahnya bertubi-tubi.

Dengan sekuat tenaga, Sekar menahan pukulan Devandro.

"Sudah, Kak. Nanti dia bisa mati! Sudah Kak, Sekar mohon!"

Mendengar ucapan Sekar dengan suara bercampur tangis, Devandro turun dari tubuh Mas Bayu, Sekar memeluk Devandro yang sedang mengatur nafas, nafasnya masih tersengal-sengal.

Saat itu Mas Bayu mulai bangkit dan duduk, terdengar suara mobil baru tiba di halaman rumah Devandro. Tampak Dayana berlari mengejar suaminya. Papa Yuda berjalan dengan angkuh.

"Puas Kamu Sekar? Kamu sudah bikin keluarga ini kacau. Dasar perempuan cacat, tidak sadar diri."

Mendengar ucapan Papa Yuda, Devandro melepaskan pelukan Sekar. Saat dia akan bangkit, tangan Devandro ditahan oleh Sekar.

"Jangan, kak!" ucap Sekar sambil menggelengkan kepalanya.

Mas Bayu datang kemari karena dia tidak terima istrinya diperlakukan begitu oleh Devandro. Devandro lebih tidak terima oleh perlakuan Dayana kepada Sekar.

Devandro menyuruh sekar mengambilkan laptopnya yang ada di kamar. Saat ini posisi Devandro dan Mas Bayu cukup jauh, Devandro duduk di mini bar, sedangkan Mas Bayu dengan yang lain duduk di sofa yang berada di depan televisi.

Setelah Sekar kembali dari dalam kamar sambil membawa laptop dengan lago apel di gigit. Devandro mulai memutar rekaman CCTV waktu itu saat Dayanan datang kerumah mereka.

Tampak di situ, Dayana langsung saja masuk kedalam rumah mereka yang kebetulan pintu depannya tidak terkunci. Saat Sekar sedang menyiapkan makan siang, tiba-tiba rambutnya ditarik oleh Dayana dari belakang. Hal itu membuat kepala Sekar terdangak, tampak ekspresi wajah Menahan sakit.

Bukan itu saja, Sekar didorong hingga terjatuh. Tampak juga di rekaman itu bahu Sekar dipukul oleh Dayana saat Sekar keluar kamar. Tampak juga Dayana menarik Sekar keluar rumah dipaksa ikut ke mall.

Sedangkankan Sekar tidak bisa jika pergi menggunakan mobil, dia pasti akan mabuk. Mungkin saat Sekar masih mabuk darat ini. Dayana mengajak Alexa lalu meninggalkan Sekar sendirian.

Melihat bukti nyata tersebut, mereka terdiam ternyata Dayana duluan memancing peperangan ini.

"Dengan siapa kamu ke mall, Yana?" tanya Mama Elisa kepada Dayana, tampak ada air mata menetes di wajah mama.

"Alexa, Ma," bisik Dayana hampir tidak terdengar tetapi tetap bisa dibaca Sekar.

Mengetahui itu, tangan Sekar yang berada di atas meja mini bar, dari tadi digenggam oleh Devandro. Sekar perlahan menarik tangannya dari genggaman Devandro. Menyadari itu, Devandro terkejut dan langsung melihat ke arah Sekar.

Tanpa kata maaf Papa Yuda dan Dayana meninggalan rumah Devandro. Mas Bayu mendekat ke arah Devandro lalu mengulurkan tangannya sebagai tanda permintaan maaf.

Begitu juga dengan Mama Elisa, dia mendekat ke arah Sekar kemudian memeluknya. Sebelum Mama Elisa meninggalkan rumah dia berpesan kepada Sekar. Bahwa dia menitip Devandro.

Lelaki sudah berkepala tiga ini tetapi masih belum bisa mengendalikan emosi marahnya saat menghadapi masalah.

Sekar beranjak dari tempat duduknya, dengan cepat Devandro menarik tangangnya, hingga dia berputar dan sekarang tepat dipelukan Devandro.

"Kata mama, dia menitip kakak ke kamu, kan? Berdosa, loh, abaikan kata orang tua," ancam Devandro tetapi setelah itu Devandro malah tertawa, merasa menang.

"Kakak, aja masih berhubungan dengan Alexa. Kenapa bukan Alexa aja yang dipesani begitu?"

"Karena mama tau, kakak sayangnya sama kamu."

Devandro memeluk Sekar dengan erat. Sekar tidak mau semudah itu percaya ucapan Devandro. Jika benar Alexa hamil pasti cepat atau lambat dia akan jadi madunya Sekar.

***

Devandro menghubungi dokter pribadi keluarga Pramesti, dia akan membicarakan tentang telinga Sekar. Setelah mengatur jadwal beliau dan jadwal Devandro, disepakati hari ini mereka bertemu di rumah sakit tempat beliau tugas.

Devandro pergi bersama Sekar, menggunakan sepeda motor. Walaupun harus berpanas-panasan demi Sekar, Devandro sudah tidak peduli.

"Romantis juga, ya, pake motor, dipeluk dari belakang gini," ucap Devandro sambil mengusap tangan Sekar yang melingkar dipinggangnya.

Sesampainya di Rumah Sakit. Dokter Satio mengajak mereka menemui teman seprofesinya yang lebih mengerti tentang THT, kebetulan Dokter Satio hanya dokter umum.

Pemeriksaan atas telinga Sekar berlangsung cukup lama. Alat bantu dengar yang kualitasnya terbaik kebetulan lagi kosong stoknya di Rumah Sakit tersebut. Mereka disuruh balik seminggu lagi, karena barangnya akan dipesan dari Singapura langsung.

Sekarang Sekar sudah tidak malu-malu lagi jika ingin memeluk suaminya tersebut. Dia sangat gembira bahwa sebentar lagi dia akan mendengar seperti orang normal.

"Makasih, ya, Kak," bisik Sekar ditelinga Devandro setelah itu dia langsung mencium pipi suaminya.

Mereka berjalan beriringan meninggalkan rumah sakit dengan tangan kanan Devandro tetap merangkul bahu Sekar. Sesekali tangan kirinya mencubit hidung mancung Sekar karena ada saja hal lucu yang terlontar dari bibir tipis Sekar.

Saat diparkiran motor, Sekar melihat Alexa keluar dari sebuah mobil tipe sedan bewarna merah. Begitu juga dengan Alexa, saat melihat Sekar dan Devandro, dia berteriak memanggil dan berlari kearah mereka.

"Hai, Apa kabar Sekar?"

"Sangat Baik," jawab Sekar dan dia melingkarkan tangan kirinya di pinggang Devandro.

Pemandangan itu sangat membuat Alexa kesal.

"Saya kesini mau periksa kandungan," ucap Alexa seperti memanas-manasi.

"Ya, udah buruan daftar!" suruh Sekar dengan tenang.

"Naik motor, ya? Aduh kalau udah jadi istri Devan itu harusnya kemana-mana naik mobil. Mobil devan, kan, banyak.

Sekar pun hanya tertawa mendengar perkataan Alexa.

"Kalau hanya naik turun mobil, sampah di rumah saya juga naik turun mobil," balas Sekar.

Spontan Devandro ketawa lepas mendengar ucapan Sekar. Tidak menyangka bahwa Sekar bisa berkata ketus.

Mereka meninggalkan Alexa yang masih berdiri, memandang Sekar dengan tatapan marah.

"Ingat! "Sampah di rumah gue juga naik turun mobil'," terial Devandro sebelum dia menjalankan sepeda motor besarnya.

Lubuk Dalam 24/08/20

Terpopuler

Comments

Nuranita

Nuranita

🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣keren nih si sekar.....

2022-10-14

0

Nur Hayati

Nur Hayati

bagus Sekar

2022-05-05

0

💫Sun love 💫

💫Sun love 💫

Sekar sa ae.....

2022-01-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!