"Sanade, apa kau pikir bisa mengalahkanku?" kata Rika dengan suara dingin yang penuh tantangan. Intonasi suaranya berbeda dari sebelumnya, sebuah suara yang sangat familiar bagi Fukari.
Sanade menatap Rika dengan tajam, seringainya melebar menjadi seringai sinis. "Kau terlalu percaya diri, Rika. Kekuatanmu tidak akan cukup untuk melawan seorang seperti aku."
Rika berdiri dengan tegap, matanya terus menatap rendah, memancarkan sorot yang sangat dingin. "Aku tidak perlu menggunakan kekuatanku untuk menghabisimu, Sanade. Sekarang aku punya sesuatu yang lebih dari itu."
Sanade tertawa kecil, matanya bersinar dengan ejekan. "Benarkah? Dan apa itu, Rika? Keberanianmu? atau Kebodohanmu?"
Rika tetap tenang, tatapannya tidak lepas dari Sanade. "Sanade, aku pikir kau sudah bosan hidup."
Seringai di wajah Sanade memudar sejenak, dia mendekatkan wajahnya ke Rika, matanya berkilat dengan kebencian. "Rika, setelah aku mengalahkanmu, gelar itu akan menjadi milikku!"
Rika tersenyum tipis, sedikit mengejek. "Kita lihat saja, Sanade. Lagi pula, aku tidak tertarik dengan berbagai gelar yang saat ini kumiliki. Asal kau tahu, semua pilot di Gargantia sangat lemah... salah satunya adalah dirimu, anak kecil," suara Rika merendahkan Sanade, menganggapnya seorang bocah.
Sanade mengerutkan kening, kemarahan mulai menguasainya. "Kau akan menyesal telah merendahkanku, Rika."
Rika hanya berdiri diam, tatapannya tidak goyah sedikit pun. "Tunjukkan padaku apa yang kau punya, Sanade."
Sanade melangkah mundur, matanya tidak pernah lepas dari Rika. "Baiklah, Rika. Aku akan memperlihatkan padamu apa artinya kekuatan itu!"
Akan tetapi, secara tidak langsung, Rika mengangkat sebelah tangannya. Tatapan dinginnya tidak lepas dari Sanade.
Ternyata, Rika mengaktifkan Gear-Driver Watch-nya. Lampu hologram mulai menyala di sekitar jam tangan itu, membuat Sanade gemetar ketakutan, teringat akan kekalahannya dulu ketika melawan Rika.
Saat jam hologramnya mulai menyala, Rika mengucapkan sesuatu dengan nada dingin, untuk memanggil Aegis "Kekuatan yang tersembunyi dalam waktu, bangkitlah dari kedalaman takdir—"
Namun, tiba-tiba Fukari berlari dan menghentikan Rika.
"Rika, jangan!" seru Fukari dengan suara putus asa.
Tanpa berpikir panjang, Rika secara spontan menghajar Fukari dengan pukulan keras. Fukari terjatuh ke tanah, terkejut dan kesakitan, namun tetap berusaha untuk melindungi Rika dari dirinya sendiri.
"Menyingkirlah dari hadapanku, bedebah!" teriak Rika kesal, menatap tajam dengan sorot mata yang benar-benar meluapkan amarah. "Kenapa kau selalu menghalangiku, sialan!"
Semua murid yang menyaksikan kejadian itu terdiam, terkejut dengan perubahan mendadak dalam diri Rika. Tatapan mereka tertuju pada Rika yang sekarang berdiri dengan tatapan yang penuh kemarahan dan kebencian, wajahnya yang biasanya tenang kini berubah menjadi sosok yang mengerikan.
"Rika, apa yang kau lakukan?" teriak Fukari, mencoba bangkit dari tanah.
Rika tidak menjawab, tatapannya tetap fokus pada Sanade yang berdiri dengan ketakutan di hadapannya. "Inilah saatnya kau merasakan kekuatan sebenarnya, Sanade!"
Sanade mundur beberapa langkah, matanya melebar dengan ketakutan yang jelas. "Rika, kau... kau bukan Rika yang kukenal!"
Sanade melebarkan tatapannya, "Apa yang terjadi dengannya?! Kenapa dia seperti itu?"
Rika hanya tersenyum dingin, dia siap untuk menunjukkan kekuatannya yang sebenarnya. Di balik semua itu, kebencian dan rasa sakit yang terpendam dalam dirinya mulai mengambil alih, membuatnya menjadi ancaman yang tidak bisa diremehkan oleh siapa pun. "Aku akan membunuhmu! Sekalipun kau ingin melarikan diri, aku akan tetap mengejarmu!"
Tiba-tiba, seorang perempuan datang dengan langkah penuh keyakinan. Dia membentangkan tangannya ke atas, suaranya menggema di seluruh lapangan.
Rambut putihnya terayun-ayun, siluet mulutnya bergerak mengucapkan janji katafrakt. "Dari kedalaman Black Hole dan bintang-bintang yang bersinar, Atas namaku... Ursula Silvervelt, memanggil kekuatan galaksi yang tak terbatas. Cahaya bintang, padukanlah energi kalian dan hadirkan keajaiban dari kegelapan antariksa. Dengan nama alam semesta dan kekuatan tak terbatas, penjaga galaksi, bangkitlah dan tunjukkan kekuatanmu yang luar biasa! Datanglah... Saturnus!"
Sekelilingnya langsung berubah, angin kencang berhembus, dan energi dari berbagai arah mulai berkumpul di atas Ursula. Cahaya-cahaya berkilauan di langit-langit, membentuk pusaran energi yang memancarkan kekuatan galaksi yang luar biasa. Tiba-tiba, Katafrakt raksasa muncul di langit-langit, memberikan kesan mendalam pada semua orang yang menyaksikannya.
Kehadiran Katafrakt Saturnus menciptakan suasana hening dan sedikit terguncang, langit-langit menggelegar. Semua mata tertuju pada Ursula dan Katafraktnya, yang mengambang dengan anggun namun penuh ancaman di langit.
"Rika... Sanade, jika kalian berdua tidak berhenti, mau tak mau aku akan menghabisi kalian berdua sekaligus, kalian berdua semestinya paham?!" kata Ursula dengan suara tegas, tidak ada keraguan dalam nadanya.
Rika, yang tadinya penuh dengan kemarahan dan kebencian, menatap tajam ke arah Ursula. Mau tak mau, dia harus menurunkan tangannya, membatalkan summoning Aegis. Tatapannya tetap penuh dengan kebencian, namun dia tahu bahwa Ursula tidak bisa diremehkan. "Ursula! kau berani menggangguku!"
Sanade juga terlihat gugup, menyadari kehadiran Ursula dan kekuatan yang dibawanya. Dia tahu bahwa bertarung melawan Rika adalah satu hal, tetapi melawan Ursula dan Katafraktnya adalah hal lain yang jauh lebih berbahaya.
Keheningan menyelimuti lapangan, semua murid menyaksikan dengan cemas, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Keputusan Ursula untuk turun tangan menandai perubahan besar dalam dinamika kekuatan di akademi, dan semua orang menyadari bahwa situasi ini tidak bisa dianggap enteng.
Fukari menatap Rika dengan mata penuh harapan, meskipun rasa takut dan cemas masih menyelimuti hatinya. Tatapan mereka bertemu, menciptakan momen intens di antara kerumunan yang hening.
"Apa yang kau lihat, sialan!" tanya Rika dengan nada dingin, matanya tetap penuh kebencian dan amarah.
Fukari, meskipun direndahkan oleh Rika, tetap tersenyum lembut padanya. "Rika, meskipun kamu membenciku, meskipun kamu tak membutuhkanku, aku akan tetap mengikutimu. Rika, jadi kumohon... hentikan semua ini," kata Fukari dengan suara penuh kasih dan keteguhan. Matanya mulai berkaca-kaca, air mata hampir jatuh.
Rika terdiam, hatinya memberontak mendengar kata-kata Fukari. Perlahan, dia memperhatikan wajah Fukari yang dipenuhi luka lebam, matanya yang penuh ketulusan dan rasa sakit. Tatapan Rika mulai berubah, dari kebencian menjadi kebingungan dan keraguan.
"Fuka..." gumam Rika, suaranya bergetar dan kehilangan kekuatan.
Kemudian, perlahan-lahan Rika mulai kehilangan kesadarannya. Pandangannya semakin kabur, dan tubuhnya melemas. Dia tidak lagi bisa menahan emosi dan kelelahan yang membebani dirinya.
Fukari segera bergerak, menangkap Rika sebelum dia jatuh ke tanah. "Rika!" panggil Fukari dengan cemas, mencoba menahan air matanya yang akhirnya jatuh.
Sanade dan Ursula mengamati situasi dengan seksama. Ursula tetap berdiri teguh, memastikan tidak ada lagi pertikaian yang terjadi. Sementara Sanade, meskipun masih penuh dengan kebencian, tampak terkejut melihat perubahan drastis pada Rika.
Ursula melebarkan matanya, menyadari keanehan pada Rika. Namun, tatapannya tetap mengancam ke arah Sanade. "Rose, bawa Asuka ke ruangan kesehatan," perintah Ursula kepada temannya yang mengikuti jauh di belakang.
Roseta mengangguk dan segera berlari menuju Asuka yang terkapar. Sementara itu, Ursula perlahan-lahan berjalan mendekati Sanade. "Lihat, kau mengacaukan semuanya," katanya dengan nada dingin.
Sanade menoleh dan menatap Ursula. "Hah?" balasnya dengan nada menantang.
"Apakah caramu seperti ini sebagai pemimpin komite keamanan Akademi, Sanade?" Ursula bertanya dengan suara yang semakin dingin.
Sanade menampilkan sorot mata yang tajam, jelas tidak peduli dengan apa yang terjadi. Dia mendongak ke langit, masih memperhitungkan ancaman Ursula. Kemudian, dia menyeringai dan menatap Ursula. "Ursula, di kesempatan lain... Aku akan menghancurkan Katafraktmu."
Setelah itu, Sanade berjalan melewati Ursula. Ursula menurunkan tangannya dan memerintahkan Saturnus untuk kembali ke hangar. Sanade melangkah pergi dengan penuh keangkuhan, meninggalkan lapangan yang kini dipenuhi keheningan tegang.
Roseta dengan hati-hati mengangkat Asuka yang terluka dan membawanya ke ruangan kesehatan, diikuti oleh pandangan khawatir dari murid-murid lainnya. Fukari tetap memeluk Rika yang kehilangan kesadaran, berharap semuanya akan baik-baik saja.
Ursula memandang ke arah Sanade yang semakin menjauh, merasa semakin waspada terhadap ancaman yang diutarakan oleh Sanade. Keheningan di lapangan kini dipenuhi dengan berbagai perasaan kekhawatiran, ketegangan, dan rasa takut akan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Ursula mendekati Fukari yang masih memeluk Rika dengan erat. "Fukari, kau tidak apa-apa?" tanyanya dengan nada yang penuh perhatian.
Fukari mengangguk pelan, meskipun wajahnya masih menunjukkan kekhawatiran yang mendalam. "Aku... aku baik-baik saja, Ursula. Tapi Rika..."
Ursula berjongkok di samping mereka, mengamati Rika yang kehilangan kesadaran. "Sepertinya kita perlu membawa Rika ke ruangan kesehatan secepatnya. Dia butuh pemeriksaan."
Fukari mengangguk, matanya berkaca-kaca. "Ya, kau benar Ursula."
Dengan hati-hati, Ursula dan Fukari mengangkat Rika. Mereka membawa Rika dengan langkah hati-hati menuju ruangan kesehatan, diikuti oleh beberapa murid yang masih terlihat cemas.
Di ruangan kesehatan, Roseta sudah berada di sana, memastikan Asuka mendapatkan perawatan yang diperlukan. Asuka terbaring di tempat tidur, wajahnya masih menunjukkan bekas luka dan rasa sakit. "Sungguh kejam sekali dia, sampai membuat orang ini pingsan."
Ketika Ursula dan Fukari tiba dengan Rika, Roseta segera mendekati mereka.
"Tempatkan Rika di sini," kata Roseta sambil menunjuk ke tempat tidur kosong di samping Asuka.
Ursula dan Fukari dengan hati-hati menempatkan Rika di tempat tidur.
Sementara itu, Ursula menatap Fukari dengan serius. "Fukari, aku tahu ini sulit, tapi aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Apa yang memicu pertarungan ini?"
Fukari menghela napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan emosinya. "Sanade... dia mulai menyerang Asuka tanpa alasan yang jelas. Rika mencoba menghentikannya, tapi sesuatu berubah dalam diri Rika. Dia tampak berbeda, seolah-olah ada sesuatu yang mengendalikan dirinya."
Ursula mengangguk, merenung sejenak.
Fukari menatap Ursula dengan serius. "Aku akan tetap berada di sini untuk Rika. Aku tidak akan meninggalkannya."
Ursula tersenyum tipis, mengangguk dengan penuh penghargaan. "Aku akan mengurus Sanade. Pastikan Rika dan Asuka mendapatkan perawatan yang baik dari dokter Vermilion."
Ursula kemudian berbalik, meninggalkan ruangan kesehatan dengan langkah tegas. Roseta berjalan di sampingnya, mengikuti dengan ekspresi serius di wajahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments