Pada saat itu, di ruang kesehatan akademi, siang hari terasa hening. Asuka sesekali menatap Rika, namun setiap kali Rika menoleh balik, Asuka langsung berpaling, pura-pura tidak melihat.
Tiba-tiba, perut Asuka berbunyi keroncongan, menandakan ia lapar. Rika memperhatikan Asuka sejenak, kemudian matanya beralih ke dapur kecil di ruangan itu.
Dengan perlahan, Rika bangun dan berjalan menuju dapur. Asuka menatapnya dengan lekat, penuh penasaran.
Jemari kaki Rika terangkat, ia menjinjit untuk meraih sesuatu di kotak penyimpanan atas. Ekspresi wajahnya menunjukkan sedikit kesulitan, namun akhirnya ia berhasil mengambil sebuah ulekan besar.
"Aku tidak menyangka ada barang seperti ini di dunia modern sekarang," kata Rika senang.
Di belakang Rika, Asuka melihatnya dengan pandangan datar, penasaran dengan apa yang akan dilakukan Rika dengan benda tersebut.
Wajah Asuka tiba-tiba tertegun, pikirannya berlari liar. "Jangan-jangan, dia ingin balas dendam kepadaku!"
Ketakutan Asuka semakin menjadi ketika melihat Rika mengambil sebilah pisau tajam, kilatan cahaya dari bilah tersebut membuatnya semakin waspada. "Dia benar-benar ingin membunuhku!"
Namun, Rika menaruh pisau itu di atas talenan kayu, dia bersiap untuk memotong sayuran.
Sambil bercekak pinggang, Rika berbicara sendiri, "Walaupun ini adalah ruangan kesehatan, ternyata fasilitas sekolah ini sangat lengkap..."
la membuka lemari es dan mengambil beberapa sayuran. "Selanjutnya, apakah ada sesuatu yang bisa kumasak," katanya sambil tersenyum.
"Rika, apa yang kau lakukan?" tanya Asuka, tidak bisa menahan rasa penasarannya.
"Aku ingin memasak sesuatu," jawab Rika, menoleh sambil memotong-motong sayuran dengan kecepatan dan ketepatan yang mengesankan. "Baiklah, selanjutnya aku ingin memanaskan kompor."
Wajah Rika sedikit ragu saat menyalakan kompor, dan benar saja, kompor tersebut tidak menyala. Rika menghela napas kecewa. "Ahh... aku pikir kompornya berfungsi!"
Asuka menatap Rika dengan sedikit sinis. "Sepertinya kau tidak bisa menyalakan kompor itu. Sungguh sangat mengecewakan sekali ya..."
Rika, tanpa kehilangan semangatnya, berpikir sejenak dengan jemarinya menyentuh dagu. Pandangannya terarah ke ulekan besar yang diambilnya tadi. Seketika, ia tersenyum karena mendapatkan ide baru.
"Jadi, apa yang ingin kau lakukan sekarang, Rika?" tanya Asuka lagi.
Rika menaruh semua sayuran yang sudah dipotong ke dalam ulekan, menambahkan sedikit air minum, dan mulai menghaluskan kacang-kacangan. "Tentu saja aku akan membuat sesuatu yang enak untukmu dan Fukari."
"Jangan bercanda, bagaimana kau bisa membuat sesuatu tanpa memasak?"
"Aku tidak ingin memakan masakan yang mentah, kau tau aku ini adalah putri bangsawan atas," kata Asuka dengan nada serius. la tidak ingin memakan masakan mentah dan menganggap Rika cukup bodoh karena tidak menyerah. "Apa kau ingin merendahkanku dengan makanan yang akan kau buat, Rika?"
Rika memotong ketimun mentah secara tipis-tipis, kemudian ia memotong sayuran dengan sangat rapi. Setelah itu, ia menghaluskan kacang-kacangan menggunakan ulekan. Sedikit demi sedikit, ia menambahkan sesuatu dan mencampur sedikit air minum sehingga menciptakan bumbu yang halus. la mencicipi bumbu tersebut dengan jemarinya dan tersenyum. Setelah mengetahui rasanya, ia melanjutkan memotong sayuran yang belum dipotong sebelumnya.
"Rika, aku sudah memperingatkanmu, aku tidak ingin memakan masakan mentah!"
"Hei, Rika, apakah kau mendengarkanku?!" seru Asuka, merasa diabaikan.
Rika tetap fokus, memasukkan sayuran yang sudah dipotong dan mencampurnya dengan bumbu yang terlihat sedikit basah. Perlahan-lahan ia mengaduk makanan tersebut hingga rata.
"Akhirnya sudah selesai, aku tidak menyangka bisa membuat makanan ini sekarang," kata Rika dengan senyum puas.
"Rika, kau benar-benar tidak mendengarkanku!" seru Asuka lagi.
"Asuka, kau akan tahu jika kau sedikit mencicipinya," jawab Rika sambil membawa piring berisi makanan khasnya ke arah Asuka. la tersenyum manis, membuat Asuka sulit menolaknya.
"Apa kau bercanda? Jika aku memakan ini mungkin aku akan mati. Apakah kau ingin membunuhku?"
"Sudahlah, kamu tidak usah banyak berbicara," kata Rika, langsung menyuapi Asuka dengan sesendok makanan. "Bukalah mulutmu."
"Kenapa kau begitu sangat percaya diri sekali? Kau tidak tahu siapa aku?" Asuka sedikit ingin memberontak.
Meski ragu, Asuka tak bisa menolak pesona dan keyakinan Rika. la membuka mulutnya dan membiarkan Rika menyuapinya. Setelah mengunyah perlahan, ia merasakan sesuatu yang sangat lezat, makanan itu menggelora hati Asuka. Setiap rasa dan gigitan seolah menari didalam mulut Asuka.
"Apa ini?" tanyanya sambil mengunyah makanan.
"Habiskan dulu, Asuka tidak boleh berbicara ketika makan," kata Rika sambil tersenyum, dia seperti seorang ibu yang menyuapi anaknya.
"Walaupun mentah, rasanya begitu sangat enak," ujar Asuka akhirnya. "Rasanya seperti masakan yang dibuat oleh juru masak terbaik yang pernah keluargaku miliki."
"Rika, apakah ini makanan untuk para bangsawan sepertiku?"
Rika menggeleng. "Sepertinya tidak, Asuka. Makanan ini untuk semua orang dan semua kalangan tanpa memandang kasta apapun. Aku menyebut makanan ini gado-gado."
Asuka terkejut. "Apa? Nama seperti itu belum pernah aku dengar dimanapun!"
Rika mengangguk. "Cukup misterius, bukan."
"Heii, Rika," terdengar suara Fukari yang menatap kesal ke arah Asuka. "Aku ingin mencobanya..."
"Tapi, tanganku benar-benar sakit sekali. Apakah kau bisa membantuku?" katanya sambil menampilkan wajah memohon.
"Kau bohong, Fuka—" Asuka merespons, namun Fukari langsung membalasnya. "Aku tidak ingin mendengarkanmu, bodoh!"
Melihat Asuka dan Fukari yang saling bersitegang, disana sepertinya Asuka benar-benar merasakan sesuatu yang tak asing, rasanya ia pernah merasakan sensasi seperti yang dirasakan Fukari sekarang ini sampai akhirnya ia menampilkan senyum liciknya. "Rika, aku ingin nambah! Suapi aku sekarang!" kata Asuka dengan nada tajam.
"Asuka, aku akan membunuhmu sekarang!" ucap Fukari sambil menghampiri Asuka dan Rika.
Asuka dan Fukari saling menatap dengan tegang, keduanya tampak tidak mau mengalah. Rika, yang melihat situasi tersebut, hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepala.
"Baiklah, kalian berdua, tenang dulu," ujar Rika sambil menyiapkan piring lain. "Aku akan menyuapi kalian berdua. Tapi kalian harus antri dan tidak berebut."
Asuka dan Fukari akhirnya setuju, meskipun dengan tatapan saling bersaing. Rika mulai menyuapi Asuka terlebih dahulu, dengan lembut menaruh makanan di mulutnya. Asuka terlihat sangat menikmati setiap suapan, meskipun ia berusaha menahan ekspresi puas di wajahnya.
Setelah beberapa suapan, giliran Fukari. "Sekarang giliranmu, Fukari," kata Rika sambil menyuapinya. Fukari memakan dengan semangat, matanya berkilauan dengan rasa kagum.
"Rika, ini benar-benar enak!" kata Fukari sambil mengunyah. "Kau punya bakat tersembunyi, ya?"
Rika tertawa kecil. "Fuka. Aku senang kalian menyukainya."
Sementara itu, Asuka menatap Fukari dengan pandangan tidak senang. "Fukari, kau tidak bisa terus-terusan memohon pada Rika untuk disuapi. Kau harus belajar mandiri."
Fukari menjulurkan lidahnya kepada Asuka. "Kau cemburu, ya? Karena aku bisa lebih dekat dengan Rika."
"Haah?!" Asuka nampak marah.
"Asuka, Fukari, jangan bertengkar," kata Rika dengan lembut. "Aku ingin kita semua berteman baik dan menikmati makanan bersama, tidak buruk bukan?"
Mereka berdua akhirnya diam dan fokus menikmati makanan. Setelah beberapa saat, Asuka menghela napas panjang dan menatap Rika dengan serius.
"Rika, kau benar-benar hebat. Meskipun aku meragukanmu tadi, ternyata makanan buatanmu sangat enak," kata Asuka dengan tulus.
Disebelahnya Fukari menatap skeptis kearah Asuka, sepertinya dia merasakan perubahan terhadap Asuka. Disisi lain, Rika memahami perasaan Asuka, setelah Setsuna mengatakan hal yang sebenarnya tentang Asuka. "Senpai benar sekali," pikir Rika, tersenyum manis.
"Terima kasih, Asuka. Aku senang bisa membuatmu senang," jawab Rika sambil tersenyum.
Fukari, yang sudah selesai makan, mendekati Rika dan berkata, "Rika, kau harus mengajari aku cara memasak seperti ini. Aku ingin bisa membuat makanan seenak ini juga."
"Tentu, Fukari. Aku akan dengan senang hati mengajarimu," kata Rika dengan gembira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments