Di malam hari, kota Gargantia Eureka memancarkan pesona yang magis dan memikat. Lampu-lampu kota yang tersebar di sepanjang tepian pantai memantulkan cahaya mereka ke permukaan air, menciptakan jajaran gemerlap di atas gelombang yang tenang.
Bangunan-bangunan dengan arsitektur futuristik mereka tersusun rapi di sepanjang jalan-jalan yang dipenuhi dengan penduduk dan pengunjung yang sibuk.
Di atas langit, awan-awan berwarna ungu dan biru terang membentuk latar belakang yang dramatis bagi bulan dan bintang-bintang yang bersinar terang. Pemandangan ini memberikan keseimbangan sempurna antara teknologi maju dan keindahan alam yang masih terasa alami.
Suara deburan lembut ombak di sepanjang pantai dan jembatan-jembatan yang menghubungkan pulau-pulau di sekitarnya menambahkan suasana tenang dan damai.
Rika Uenohara terbaring tenang di tempat tidurnya, lamunannya mengalir bebas di dalam kamar yang sunyi. Tiba-tiba, tanpa sadar, dia tertidur dan memasuki dunia mimpi yang tak biasa.
Dalam keheningan malam, sesuatu yang luar biasa mulai terjadi. Cahaya terang yang tak terlukiskan muncul dari dalam ingatan Rika, memancar begitu kuat sehingga memenuhi ruang mimpi.
Mimpi Rika menjadi tidak biasa saat ia merasakan dirinya ditarik oleh arus ruang dan waktu yang misterius. Ia merasa seperti melayang, melewati dimensi-dimensi yang tak terbayangkan. Di tengah perjalanan ini, suara lembut memenuhi telinganya. Suara itu adalah milik dirinya sendiri, namun dengan nada yang tidak biasa. Sangat familiar...
"Apakah hidupku akan berakhir? Apakah... aku akan mati? Aku... sangat kesepian. Aku benar-benar ingin ditemani seseorang... Aku ingin dibutuhkan..."
"Semuanya akan berakhir... Diriku yang tidak bisa apa-apa, diriku yang lemah ini, diriku yang kecil ini, diriku yang tak berharga ini, diriku yang kesepian ini..."
Rika yang tengah melayang melewati arus dimensi nampak menangis mendengar ucapan kilas balik itu.
"Seandainya, aku seperti orang lain mungkin aku bisa melakukan banyak hal."
"Aku tidak bisa meraih apapun, hidupku terasa dibelenggu oleh ketakutan, tanpa ada bisikan tulus."
Tangan Rika menutupi mulutnya, meskipun dia ditarik oleh arus dimensi, dia tak bisa menahan rasa pilunya masa lalu.
"Biarlah, inilah duniaku. Aku benar-benar sudah menyerah, untuk diri ini yang selalu bertahan. Aku merasa kasihan dengan diriku sendiri. Karena hanya aku yang bisa melihat penderitaanku, hanya aku yang bisa mendampingi diriku."
"Kematian, ya, benar, kematian adalah sesuatu yang banyak dihindari oleh orang. Tapi... aku menginginkannya..."
Tiba-tiba, Rika membuka matanya lebar-lebar, merasa terkejut dengan kilas balik itu. Dia berteriak menangis, wajahnya sangat frustasi tak kuat melihat semua kilas baliknya.
"Sialan, mengapa selalu begini? Semua tampak begitu sulit..." Suara Rika bergema dalam ruang mimpi, mengungkapkan frustrasi yang biasanya tidak dia tunjukkan di dunia nyata. Ini adalah suara Rika yang selalu mengeluh ketika merasa terpoyak-poyakan, hatinya yang mengungkapkan kelemahan dan keraguan miliknya. Rika tidak pernah melupakan kesulitan yang telah dilewatinya, sampai akhirnya dia meninggal.
Ketika perjalanan itu mencapai puncaknya, Rika merasa adanya kehangatan dan ketenangan. Di ujung jalan itu, dia mendapati dirinya kembali di ruang yang tenang, dikelilingi oleh pemandangan indah dari bintang-bintang yang bersinar di siang hari dengan awan biru.
Dunia kosong, permukaannya terbuat dari air yang tenang. Sejauh mata memandang hanyalah pantulan awan dan langit biru tercermin di permukaan. Saat Rika berjalan, riak-riak kecil tercipta.
Rika terus melangkah di atas permukaan air yang tenang, langit biru yang cerah memantul di atasnya. Setiap langkah yang diambilnya menciptakan riak-riak kecil di permukaan, memecah keheningan dunia mimpi ini.
Saat ia melanjutkan perjalanan, Rika mulai mendengar suara yang akrab baginya. Suara itu terdengar begitu dekat, seolah-olah berasal dari dalam dirinya sendiri. Suaranya tenang namun penuh makna, mengisi ruang kosong di sekitarnya dengan kehangatan.
"Rika Uenohara," panggil suara itu, mengambang di udara tanpa sumber yang jelas. "Kau tahu bahwa kau memiliki hati yang luar biasa di dalam dirimu. Jangan biarkan ketakutan atau keraguan menghalangi langkahmu menuju kebenaran."
"...setiap kebenaran, pasti ada seseorang yang menjauhimu, kau berjuang sendirian, bertahan sendirian dan menyembunyikan kesulitanmu sendirian, tentu... aku mengetahuinya, karena... aku merasakannya."
Rika terdiam sejenak, meresapi kata-kata itu. Dia merasa ucapan itu seperti mengisahkan ulang kehidupannya yang mengalir dalam dirinya, seperti kilatan cahaya di balik langit biru yang mengambang di atasnya.
"Siapa kamu?" tanya Rika, mencoba memahami esensi dari suara yang memanggilnya.
"Kau tahu jawabannya," jawab suara itu, membuat Rika mengerti bahwa ini bukan hanya percakapan biasa dalam mimpi. "Aku adalah bagian dari dirimu, Rika,"
Rika merenung sejenak, merasakan kekuatan dalam keheningan di sekitarnya. Dia merasa ini bukan hanya mimpi biasa, ini adalah panggilan dari dalam batinnya sendiri untuk mengungkapkan potensi yang terpendam.
"Teruslah berjalan, Rika," lanjut suara itu, mendorongnya maju dengan keyakinan. "Kau memiliki peran yang besar di dunia ini. Biarkan cahayamu bersinar terang, bahkan di tengah kegelapan yang akan mengancam."
"Aku akan selalu mengawasimu... Rika Uenohara."
Dengan hati yang penuh keyakinan, Rika melanjutkan langkahnya di atas permukaan air yang tenang, menuju arah yang diterangi oleh langit biru yang memantul di hadapannya. Mimpi ini menjadi sebuah refleksi dari kekuatan dan tujuannya yang sejati di dunia nyata. Seketika membuat Rika terbangun di malam hari. Dia tertidur hanya beberapa menit tapi apa yang dia lalui terasa berjam-jam.
Saat Rika menoleh ke arah cermin, kedua pipinya basah oleh air mata. Dia merasakan hal yang sama ketika pingsan saat berada di dalam kokpit Aegis Imitation.
Rika melihat kepalan tangannya, lalu menaruhnya di dadanya. "Maafkan aku," bisiknya, suaranya gemetar.
Air matanya mulai mengalir deras. "Maafkan aku..."
Tangisannya semakin menjadi, hingga ia hampir tidak bisa mengucapkan kata-kata lagi. "Maafkan aku..."
"Kenapa... Aku diselamatkan?" suara Rika hampir tak terdengar, tersembunyi di antara isakan tangis yang tak bisa ditahannya.
Di tengah kesedihan yang menghimpit, tiba-tiba Rika mendengar suara seseorang
"Rika," suara itu kembali terdengar, kali ini lebih lembut dan penuh kasih sayang. "Kau diselamatkan karena kau memiliki tujuan yang besar. Kau memiliki kekuatan untuk membawa perubahan. Jangan pernah meragukan dirimu."
Rika terdiam, tangisnya perlahan mereda. Dia memandang kearah palang pintu. Dia melihat seseorang sedang menyender disamping pintu, dibelakang orang itu, pemandangan malam hari terlihat. Rika merasakan kehangatan yang mengalir dari kata-kata orang itu. Dia mengambil napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan kekuatan dari dalam dirinya.
"Kau tidak sendirian, Rika," suara orang itu melanjutkannya. "Sekarang ada banyak orang yang peduli padamu, yang akan selalu ada untukmu. Percayalah pada dirimu sendiri, dan percayalah bahwa kau layak untuk dicintai dan dibutuhkan."
Rika merasakan rasa damai yang perlahan meresap dalam dirinya. Dia menutup matanya, membiarkan kata-kata itu memenuhi hatinya. Dalam kegelapan yang penuh bintang, dia menemukan seberkas cahaya yang memberinya harapan.
Saat dia membuka matanya lagi, dia melihat jelas orang itu.. Rika melihat senyumannya. Dia adalah Setsuna.
"Aku akan bertahan," bisiknya padanya. "Aku akan menemukan kekuatanku dan mengubah nasibku."
Dengan hati yang penuh harapan dan keberanian baru, Rika menghapus air matanya dan berdiri. Malam itu, dia memutuskan untuk tidak lagi menyerah pada ketakutan dan keraguan.
Setsuna mendekatinya dan Memeluknya. "Aku akan selalu berpihak kepadamu, Rika."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments