Seekor burung alang-alang hinggap di cabang pohon, di mana dedaunan bergoyang lembut diterpa angin.
Matanya yang tajam menembus kaca jendela ruang kesehatan akademi, mengamati dengan cermat kebersamaan antara Asuka, Rika, dan Fukari. Setelah beberapa saat, burung itu mengepakkan sayapnya dan melesat ke angkasa.
Dari pandangan burung itu terlihat gedung-gedung akademi Gargantia mulai mengecil di bawahnya. Burung alang-alang itu terbang tinggi, pandangannya menyapu seluruh kota Eureka Gargantia yang terlihat sibuk dengan aktivitasnya. Jalan-jalan penuh dengan orang-orang yang lalu-lalang, kendaraan-kendaraan yang melintas, serta gedung-gedung menjulang yang bersaing dengan langit.
Burung itu terus terbang mengepakkan sayapnya, meninggalkan kota di belakangnya dan menuju ke arah laut. Suara burung camar semakin terdengar jelas.
Ombak berdebur di bawahnya, menciptakan pemandangan yang memukau dengan buih putih yang menghiasi permukaan air biru yang dalam. Ia melintasi lautan samudra yang luas dan berombak, menempuh jarak yang sangat jauh dari negara Gargantia Eureka.
Di seberang lautan yang luas itu, berdirilah sebuah kerajaan besar bernama Arnoida. Dari kejauhan, kemegahan Arnoida terlihat jelas. Kota ini berdiri megah di atas bukit yang hijau, dikelilingi oleh hutan lebat dan pegunungan yang menjulang tinggi.
Arnoida adalah pusat kekuatan dan kebijaksanaan, di mana teknologi canggih bertemu dengan tradisi kuno. Istana kerajaan Arnoida dibangun dengan arsitektur yang memukau, menggabungkan elemen futuristik dan klasik. Menara-menara tinggi menjulang ke langit, sementara jendela-jendela kaca berwarna memantulkan cahaya matahari, menciptakan pelangi yang indah di udara.
Namun, di balik kemegahan ini, kerajaan Arnoida dikuasai oleh sistem tirani yang keras. Raja mereka bernama Leonard, adalah sosok yang ambisius dan selalu menginginkan lebih banyak kekuasaan.
Di bawah pemerintahannya, Arnoida dikenal sebagai kerajaan yang kuat tetapi juga ditakuti. Raja Leonard tidak ragu untuk menggunakan kekerasan demi memperluas kekuasaannya dan menjaga kendali atas rakyatnya.
Di sebuah tempat yang jauh dari hiruk-pikuk peradaban, terbentanglah gurun pasir yang luas, di mana hamparan pasir keemasan membentang sejauh mata memandang. Di tengah gurun yang gersang ini, berdiri sebuah tembok besar yang membatasi dua wilayah. Tembok itu menjulang tinggi dan kokoh, tampak seperti raksasa batu yang tak tergoyahkan, menantang alam liar di sekitarnya.
Di dekat tembok besar itu, terlihat beberapa katafrakt sedang bertempur sengit.
Debu dan pasir beterbangan, terbawa oleh angin gurun yang kencang, menciptakan kabut yang menyelimuti medan pertempuran. Katafrakt-katafrakt ini, dengan tubuh logam yang kuat dan persenjataan canggih, saling berhadapan dalam perang yang mematikan.
Katafrakt katafrakt dari Armada Gargantia dan Arnoida saling bertarung dengan kekuatan penuh. Mereka meluncur, melompat, dan berkelit dengan gesit, menunjukkan teknologi canggih yang mereka miliki.
Setiap kali senjata termoelektrik ditembakkan, cahaya terang membelah udara, diikuti oleh ledakan yang mengguncang tanah dan membuat pasir berhamburan.
Di satu sisi medan perang, sebuah katafrakt Gargantia, mengarahkan meriam termoelektriknya yang besar ke arah musuh. Energi panas dan listrik berkumpul di ujung laras, memancarkan cahaya biru yang berdenyut sebelum akhirnya dilepaskan dalam sebuah ledakan yang dahsyat. Ledakan itu menghantam sebuah katafrakt Arnoida, menghempaskannya ke tanah dengan kekuatan yang luar biasa, meninggalkan kawah besar dan puing-puing logam yang berserakan.
Di sisi lain, Katafrakt besar yang dimiliki oleh Armada Arnoida dengan lapisan armor putihnya yang anggun namun mematikan, berlari melewati medan perang. Meriam termoelektrik raksasanya melepaskan tembakan bertubi-tubi, sementara Blade di punggungnya menyala dengan panas mematikan. Katafrakt besar itu mengayunkan pedang itu dengan presisi, memotong salah satu katafrakt Gargantia menjadi dua dan menciptakan gelombang panas yang membuat pasir di sekitarnya meleleh. Kemudian menimbulkan ledakan luar biasa.
Sementara itu, Katafrakt hitam yang dikendalikan oleh Pilot Gargantia, meluncur di antara kedua belah pihak, menembakkan meriam termoelektriknya yang bersinar putih dengan akurasi mematikan. Cahaya putih itu menembus armor beberapa katafrakt Arnoida, meledakkannya menjadi pecahan-pecahan logam yang terbakar di udara.
Setiap ledakan, setiap dentuman, dan setiap suara gesekan logam terdengar nyaring, menciptakan simfoni peperangan yang brutal dan kehancuran sekaligus.
Asap dan debu bercampur dengan cahaya senjata yang bersinar, menghasilkan pemandangan yang dramatis dan menegangkan. Suara komunikasi dan komando terdengar di antara kebisingan, memandu para pilot dalam strategi dan pergerakan mereka.
Pertempuran antara Armada Katafrakt Gargantia dan Armada Katafrakt Arnoida terus berkecamuk, masing-masing pihak berjuang dengan gigih untuk kemenangan di gurun yang tak kenal ampun ini.
Efek kehancuran yang diciptakan oleh para katafrakt meninggalkan bekas yang dalam pada medan perang, menciptakan lanskap yang dipenuhi kawah, reruntuhan, dan logam yang terbakar, sebuah saksi bisu dari kekuatan dahsyat dan kehancuran yang tak bisa dianggap remeh.
Itulah kekuatan yang mengendalikan manusia sekarang.
Sementara itu pasukan Arnoida, dikenal dengan kekuatan dan ketangguhannya, berupaya untuk menaklukkan dan memperluas wilayah kekuasaannya. Di sisi lain, pasukan Armada Gargantia, dengan kecerdikan dan semangat juang yang tinggi, berusaha mati-matian untuk mempertahankan wilayah mereka dari ancaman penjajahan seperti invasi Armada Arnoida.
Di antara debu dan keributan, terlihat sebuah katafrakt dari pasukan Arnoida, dengan meriam termoelektrik yang bersinar biru, mengarahkan senjatanya ke arah Armada Gargantia. Tembakan meletus, menciptakan ledakan dahsyat yang mengguncang tanah di sekitar.
Di sisi lain, katafrakt Gargantia dengan lincah menghindari serangan dan melancarkan serangan balik dengan kecepatan yang luar biasa, menciptakan tarian mematikan di tengah gurun yang berbahaya.
"Seluruh pilot Armada Gargantia, fokus terhadap strategi A. Jangan biarkan mereka melewati perbatasan!"
Di bawah matahari yang terik, medan pertempuran ini menjadi saksi bisu dari perjuangan dua Armada pasukan yang berupaya melindungi wilayah dan Invasi. Mereka bertarung tidak hanya untuk tanah dan kekuasaan, tetapi juga untuk kehormatan dan masa depan bangsa mereka.
Namun, di balik kekacauan ini, ada sesuatu yang lebih besar sedang direncanakan. Di istana megah Arnoida, Raja Leonard dengan senyuman licik mengamati medan pertempuran melalui layar hologram besar. Di sisinya berdiri seorang penasihat kepercayaannya, yang tampak gelisah.
"Yang Mulia, apakah ini benar-benar perlu?" tanya penasihat itu dengan nada ragu. "Kita sudah cukup kuat tanpa harus menyerang Gargantia lagi."
Leonard tertawa kecil, suaranya bergema di ruangan besar itu. "Kita tidak hanya menyerang, kita akan menghancurkan mereka," katanya dengan nada dingin. "Kita akan mengulang kejadian Mainus-001, kali ini dengan skala yang jauh lebih besar, jangan biarkan mereka hidup! mengerti?!"
Penasihat itu mengernyit, mengingat tragedi Mainus-001, sebuah insiden yang hampir memusnahkan populasi manusia beberapa bulan yang lalu. Ribuan nyawa hilang dalam serangan itu, dan dampaknya masih terasa hingga kini. "Tapi, Yang Mulia, insiden Mainus-001 telah membawa kita pada banyak musuh. Apakah kita siap menghadapi konsekuensinya?"
Leonard menatap penasihatnya dengan tatapan tajam. "Kekuasaan adalah segalanya, dan aku tidak akan membiarkan Gargantia atau siapa pun menghalangi jalanku. Kau mengerti?!"
Sementara itu, di Akademi Gargantia, Setsuna sedang berjalan bersama Miwel Van Endemik, ketika itu tiba-tiba sebuah alat komunikasi yang ada di telinga Setsuna berkedip-kedip. Saat Setsuna mengkonfirmasi alat itu, suara panik terdengar.
"Komandan Setsuna! Pertahanan utama kita ditembus oleh mereka! Armada invasi mereka memiliki jumlah skala besar!"
Setsuna melebarkan matanya. "Apa?! Bagaimana bisa terjadi?!"
"Kami masih bisa menghambatnya namun kami tidak bisa menahannya selama mungkin. Kami membutuhkan kekuatanmu, komandan!"
Setsuna menatap determinasi, "Baiklah, sekarang aku menuju ke sana,"
Kemudian Setsuna berpaling ke arah Miwel. "Aku harus berangkat. Mengenai Mona, kuserahkan kepadamu, Miwel."
Miwel menatap serius, ia mengetahui betapa gentingnya situasi di perbatasan. Dia mengangguk dan mempercayakan pertahanan disana kepada Setsuna.
"Aku mengerti, setsuna."
Setsuna berlari keluar gedung dan bergegas menuju Nova Zephyrion yang tengah berdiri didepan Gedung utama Akademi.
Setsuna Kurashina dengan mata penuh determinasi, melompat dengan gesit dari tanah ke kaki Nova Zephyrion yang megah. Dengan gerakan yang cepat dan presisi, ia berlari melawan gravitasi dipermukaan jaringan kabel raksasa hingga mencapai kokpit yang terbuka. Jubah Admiralnya berkibar oleh terpaan angin, menambah kesan dramatis saat ia masuk ke dalam kokpit.
Ketika didalam kokpit, Setsuna menghidupkan Nova Zephyrion, ekspresi wajahnya serius dan fokus. Deru mesin khas teknologi masa depan terdengar satisfying.
Dia mengaktifkan peluncur pendorong, dan katafrakt tersebut melayang ke langit dengan kuat, menciptakan gelombang angin yang kuat di sekitarnya. Setiap gerakan dan tindakan Setsuna dipenuhi dengan aura kepemimpinan.
Mereka yang disana menyaksikan kepergian Setsuna dan menyisakan jejak cahaya biru di udara. Langit cerah di atas Kota Gargantia tampak tenang dan damai.
Namun, ketenangan itu seketika pecah ketika sebuah suara gemuruh terdengar dari kejauhan. Orang-orang yang berada di jalanan segera mendongak, mencari sumber suara tersebut. Dari balik awan-awan tipis, muncul sebuah katafrakt besar yang meluncur cepat, memecah langit dengan kekuatannya.
Katafrakt itu Nova Zephyrion, dengan desain yang memukau dan detail rumit yang menghiasinya. Pada bahunya yang kuat terpasang sebuah meriam termoelektrik, yang bersinar dengan cahaya putih, menandakan energi yang berdenyut di dalamnya.
Di dalam kokpitnya, pilot Komandan Setsuna Kurashina memegang kendali dengan penuh percaya diri. Dia telah menerima perintah langsung dari Armada Gargantia untuk bergabung ke pertempuran di sebuah perbatasan.
Setsuna memperhatikan layar monitor yang menunjukkan pemandangan kota dari ketinggian. Dengan cekatan, dia mengendalikan Nova Zephyrion untuk bergerak lebih rendah, mendekati atap-atap bangunan yang menjulang. Tiba-tiba, radar katafraktnya mendeteksi pergerakan cepat di salah satu gang jalan sempit.
"Menara Pengawas, ini Setsuna. Aku mendeteksi aktivitas mencurigakan di area distrik selatan. Segera lakukan investigasi," lapornya melalui komunikasi. Padahal dia cuma lewat, dia segera menyerahkan masalah itu kepada pihak yang berjaga dan melanjutkan terbangnya menuju perbatasan.
Nova Zephyrion menukik dengan elegan ke langit. Sementara bola mata Setsuna menyamping seolah melihat ke belakang. "Apakah seorang pencuri? Tapi aku tidak memiliki banyak waktu!"
Nova Zephyrion terbang dengan cepat menjauh dari perkotaan, menuju hutan yang membentang luas, menuju gurun pasir. Dimana disebuah perbatasan sedang terjadi pertempuran sengit, untuk menghentikan pergerakan Invasi. Dibutuhkan kekuatan Setsuna untuk menghentikan mereka.
Tak lama kemudian saat dia sampai menuju wilayah gurun pasir.
Setsuna memandang ke bawah, melihat gurun luas dan medan pertempuran yang semakin memanas di kejauhan. Di sekitarnya, Armada katafrakt-katafrakt dari Gargantia berusaha keras mempertahankan posisi mereka, sementara Armada katafrakt-katafrakt Arnoida terus menyerang dengan ganasnya.
"Kepada seluruh pasukan Gargantia, persiapkan pertahanan terbaik kita," kata Setsuna melalui komunikator internal sehingga terdengar oleh seluruh pasukan Gargantia. "Aku akan mencoba memperlambat mereka."
Dengan kecepatan tinggi, Nova Zephyrion melaju di atas gurun pasir, mengarah ke arah pasukan Arnoida yang mendekat. Rintangan pasir terbang menyertai perjalanannya, menciptakan awan debu di belakangnya.
Sementara itu, di dalam istana Arnoida, Raja Leonard melanjutkan pengamatannya dengan senyuman puas. "Bagaimana dengan pertahanan mereka?" tanyanya kepada penasihatnya.
Penasihatnya mengamati layar taktis. "Sepertinya mereka mencoba memperlambat Armada kita, Yang Mulia. Tampaknya mereka siap untuk menghadapi serangan kita."
Leonard tersenyum sinis. "Biarkan mereka merasakan kekuatan Armada kita. Kali ini, kita akan memastikan seluruh Gargantia binasa."
Di tengah gemuruh perang yang semakin dekat, Setsuna mengetatkan pegangan pada kendali Nova Zephyrion. "Jangan pikir kalian berbuat seenaknya!"
Ketika Nova Zephyrion mendarat di tengah-tengah pertempuran, menciptakan gelombang debu yang menyelimuti area sekitar.
Setsuna, dengan ekspresi penuh determinasi, menatap layar monitornya dengan tajam, menganalisis setiap gerakan musuh.
Dia mengendalikan Nova Zephyrion dengan cermat, matanya tajam memantau setiap gerakan di sekitarnya melalui layar monitor. Tanpa peringatan, sebuah katafrakt dari Arnoida mendekat dari belakang, berusaha menyerang Nova Zephyrion secara tak terduga dari belakang.
Setsuna merespons dengan cepat. Dia menggerakkan Nova Zephyrion dengan gesit, mengarahkan katafraktnya ke arah musuh yang mendekat. Dengan gerakan yang terampil, Nova Zephyrion menendang katafrakt musuh itu menggunakan kakinya yang kuat, membuat musuh terlempar ke samping dengan keras. Debu dan pasir beterbangan di sekitar katafrakt yang terhempas itu.
Suara panik terdengar di komunikasi musuh, "Dia adalah Kurashina setsuna, si manusia mesin!" Kekaguman dan ketakutan menyebar di antara pasukan Arnoida.
Kehadiran Nova Zephyrion memberikan semangat baru bagi pilot armada Gargantia. Mereka mulai menyerang balik dengan lebih berani, berusaha keras untuk mempertahankan wilayah mereka. Nova Zephyrion meluncur dengan lincah di medan perang, menembakkan sinar laser berkuatan tinggi yang memotong udara dan menghancurkan katafrakt Arnoida dalam sekejap.
Di kerajaan Arnoida, Raja Leonard menatap layar hologram dengan ekspresi terkejut. Dia tidak pernah mengira bahwa Nova Zephyrion akan muncul di medan pertempuran secepat itu, apalagi dengan kemampuan tempur yang begitu mematikan. Leonard mengepalkan tangannya, matanya menyalang dengan kemarahan dan kekesalan.
"Jangan biarkan dia berbuat seenaknya!" seru Leonard dengan suara penuh determinasi. "Perintahkan semua pasukan cadangan untuk segera menuju ke medan perang. Kalian semua harus menghentikan dia!"
Penasihatnya, dengan raut wajah cemas, mengangguk dan segera menyampaikan perintah tersebut. Sementara itu, di medan perang, Setsuna terus memimpin Nova Zephyrion dengan keahlian dan ketangkasan yang luar biasa, menunjukkan kepada musuh bahwa Gargantia tidak akan mudah ditaklukkan.

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments