🌹🌹🌹🌹
"Aku merasa penasaran dengan apa isi kotak itu. Dan punya siapa? Siapa yang sudah datang tadi?" Twnyaku dalam batin.
"Pa, apa papa sudah dari tadi datangnya?" Tanyaku pada papa yang masih berdiri dihadapanku.
"Tidak Aisyah, papa baru saja datang. Kenapa kamu bertanya seperti itu?" Jawab papa dengan mengerutkan kening dan membulatkan kedua matanya.
"Emm...tidak apa-apa sih pa, tapi itu bingkisan kotak kecil punya siapa? Soalnya tadi, sebelum Aisyah dan kak Maryam tidur kotak kecil itu belum ada." Pertanyaan itu pun akhirnya terlontarkan dari mulutku, karena rasa penasaran yang berlebih terhadap kotak itu.
"Iya ya, kotak apa itu?" Sambung kak Maryam yang mendekati kotak itu.
"Yang jelas itu bukan punya papa!" Jawab papa tanpa ekspresi.
Aku masih merasa begitu penasaran. Hingga akhirnya kak Maryam mengambil kotak itu dan membukanya. Namun, saat akan membuka kotak itu, tiba-tiba saja terdengar suara ketukan pintu ruangan dari luar. Entahlah siapa yang datang.
"Permisi pak! Saya akan mengecek keadaan mbak Aisyah dulu ya!" Datanglah seorang dokter yang menanganiku dan ingin memeriksa keadaanku.
Setelah beberapa menit aku diperiksa oleh dokter itu, akhirnya selesai juga. Tak butuh waktu lama untuk memeriksaku, karena perkembangan kondisiku yang cukup cepat.
"Alhamdulillah, semua sudah normal kembali. Mulai dari tekanan darah, dan lain sebagainya. Ya sudah pak, mbak, saya permisi dulu ya! Semoga lekas sembuh ya mbk Aisyah!" Ucap dokter yang menjelaskan kondisiku.
"Alhamdulillah, terimakasih dok ." Balas papa singkat.
Setelah dokternya keluar, aku dan kak Maryam ingin membuka isi kotak itu kembali. Namun sebelum terbuka kotak itu, kak Maryam menemukan sebuah amplop yang berisi selembar kertas bertuliskan surat. Dan disitu tertulis namaku. Apa itu ditujukan untukku? Tapi dari siapa itu?
"Dek, ini ada nama kamu loh! Tulisannya juga sama kayak kemaren. Apa jangan-jangan orangnya sama ya seperti yang mengirim bunga kemaren." Ucap kak Maryam sembari menebak-menebak siapa yang memberi.
"Emm...!" Balasku tanpa ekspresi dan hanya mengangkat kedua bahuku.
"Nih, baca suratnya apa. Siapa tau penting." Kata kak Maryam yang menyodorkan kotak itu dihadapanku.
Sebelum kubuka kotak itu dan tahu apa isinya, ku baca terlebih dahulu selembar kertas yang bertuliskan pena merah dengan tulisan yang begitu rapi.
"Assalamu'alaikum bidadariku! Sebelumnya, aku minta ma'af telah menyebutmu sebagai bidadariku. Mungkin saja saat ini kamu berontak dan tanya kenapa. Namun, aku tak bisa menjelaskan bahwa aku menginginkanmu lebih dari teman.
Ma'af...tadi aku masuk dalam ruangan tanpa permisi. Aku melihatmu dan kakakmu tertidur begitu pulasnya. Hingga aku pun merasa tak tega menggerakkan tanganku untuk membangunkanmu.
Aku tahu, aku kini bukan siapa-siapa kamu lagi. Aku juga tak bisa menemuimu setiap waktu. Aku hanya bisa memastikan keadaanmu dalam baik-baik saja dari kejauhan. Walau sebenarnya aku ingin menatapmu secara dekat. Tapi, itu hanyalah bayangan semu yang aku harapkan.
Aisyah, aku memberikan hadiah kecil ini untukmu. Aku mohon kamu terima ya! Jangan kamu tolak dan membuangnya.
Semoga lekas pulih dan sembuh bidadariku."
Setelah ku baca isi surat itu secara keseluruhan dengan mata yang tidak berkedip sama sekali, akhirnya aku memahami apa maksud surat itu dan siapa pengirimnya.
"Yulian!" Kataku yang merasa terkejut dengan isi kotak itu. Bukan hanya aku saja, melainkan kak Maryam juga terkejut melihatnya. Coba kalian tebak apa isi kotak itu.
"Wah, dek. Itu kalung berlian yang indah." Ucap kak Maryam setelah melihat isi kotak itu.
"Iya kak, indah sekali kalung ini." Balasku dengan mata yang berkaca-kaca hingga tak dapat kubendung lagi dan akhirnya jatuh membasahi pipiku secara perlahan.
"Dek, kamu kenapa menangis?" Tanya kak Maryam yang merasa khawatir denganku dan itu terlihat begitu jelas dalam raut wajahnya.
"*Tid*ak kak, tidak apa-apa kok kak Maryam. Aisyah cuma terharu saja dan teringat masalalu." Jawabku yang masih memandangi kalung itu.
"Masalalu? Masalalu apa?" Tanya kak Maryam penasaran.
Aku terdiam sejenak dan ingin rasanya aku menceritakan masalalu yang kumaksud tadi, namun belum ada kesempatan yang tepat untukku bercerita. Karena, masih ada papa yang duduk disofa sambil memegang ponselnya dan mengotak-atik ponsel itu.
"Dek, kok diam sih?" Lagi-lagi kak Maryam melontarkan pertanyaannya dan itu serontak membuatku terkejut dan berhenti dalam lamunanku.
"Kalian tunggu disini dulu, papa ada urusan sebentar." Ucap papa yang tiba-tiba beranjak dari duduknya dan langsung berjalan keluar. Dan sungguh, itu membuatku dan kak Maryam merasa bingung dengan sikap papa yang begitu serius.
Mungkin menurutku ini kesempatan bagus untukku bercerita tentang masa laluku.
"Kak, jadi atau tidak ingin tahu masa lalu yang ku maksud tadi?" Tanyaku kepada kak Maryam yang sedang duduk disebelahku.
"Emm...jadi dong. Kakak ingin tahu apa yang sedang terjadi sama kamu." Jawab kak Maryam dengan tatapan serius, seakan-akan sudah siap menjadi pendengar setiaku. Hohoho...!
"Baiklah, aku akan memulainya."
flash back on*
Sebenarnya kalung ini, kalung yang aku ingin miliki saat aku berjalan-jalan dengan Yulian. Yang tak sengaja aku melihatnya di sebuah toko perhiasan.
"Wah, indah sekali kalung itu!" Ucapku yang tak sengaja didengar oleh Yulian.
"Kamu suka kalung itu?" Tanya Yulian yang juga menatap kalung itu.
"Emm...suka. Tapi, itu pasti mahal." Jawabku dengan menatap wajah Yulian.
"Ayo kita pergi saja!" Sambungku kembali sebelum Yulian mngucapkan kata-kata dari mulutnya.
Setelah itu, kami pun pergi meninggalkan toko itu. Toko yang membuatku semakin meronta-ronta ingin memiliki kalung itu. Tapi, apalah daya. Tidak mungkin juga aku meminta papa untuk membelikannya dan tidak mungkin juga aku meminta Yulian yang membelinya untukku. Aku bukan type cewek yang matre.
Hingga akhirnya pertengkaran antara aku dan Yulian terjadi. Entah ada salah paham atau memang kenyataanya bahwa Yulian sudah menduakanku. Dan aku pun juga tidak tahu lagi bagaimana nasib kalung itu.
Dan sekarang, kalung itu ada dihadapanku. Di saat hubunganku dengan Yulian sudah berpisah. Namun hatiku berkata yakin, kalau pengirim kalung itu adalah Yulian. Karena hanya Yulianlah yang tahu tentang kalung itu.
flash back off
Kak Maryam terdiam mencoba mencerna apa yang aku ucapkan.
💦💦💦💦
"Semoga saja Aisyah suka dengan hadiah itu. Ma'af ya Aisyah, dari kemaren aku hanya bisa memberi hadiah yang sederhana. Meski tak secara langsung aku memberikannya, semoga kamu menyukainya. Ma'af Aisyah, sebenarnya aku ingin sekali menemuimu dan berjumpa denganmu secara langsung. Bertatap muka secara one to one. Namun aku tak berdaya, ada hal lain yang harus aku lakukan demi kebaikan." Ucap Yulian dalam hatinya dengan duduk termenung dan melamunkan masa-masa indahnya dengan Aisyah.
Hai...hai...hai...! Selamat membaca ya gaes...! Semoga kalian suka, dan memberikan komentar, like dan votenya ya! Terimakasih...!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
꧁☬𝕸𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☬꧂
,suka suka suka.. ceritanya bagus Kak othor
2022-07-12
0