Suasana pagi begitu cerah. Cahaya matahari masuk ke dalam ruangan yang kini menjadi tempat tidurku untuk sementara waktu, Ya_selama aku masih di rawat saja.
Sebenarnya sih, aku sudah merasa ngap di Rumah Sakit. Tapi mau bagaimana lagi, keadaanku masih belum memungkinkan untuk pulang ke rumah. Uppsss aku hampir lupa, aku kan bukan anak kandung Papa. Rasanya masih begitu terngiang ditelingaku dan terasa begitu hancur ketika ucapan itu sesaat terlintas di otakku.
****
"Bagaimana dok keadaan anak saya?" Tanya papa kepada dokter yang membuatku sadar dari lamunanaku.
"*Putri bapak baik-baik saja, cuma harus banyak istirahat dulu di Rumah Sakit untuk sementara wakt*u." Jawab dokter menjelaskan.
"Alhamdulillah kalau begitu. Terimakasih ya dok!" Ucap papa berterimakasih.
"Ya sudah pak, saya keluar dulu ya, permisi!" Ucap dokter kepada kami, lalu meninggalkan ruangan dan tak lupa juga untuk menyuruhku meminum obat yang membuatku mual dengan rasa pahitnya. Ya, harap maklum saja dari kecil aku tidak suka obat.
"Alhamdulillah dek, kamu sudah semakin membaik. Ini juga berkat Yulian yang selalu mendo'akan kamu!" Kata kak Maryam dengan senyumnya yang melebar.
Disaat itulah aku merasa bingung apa maksud dari perkataan kak Maryam. Kenapa bersangkutan dengan Yulian?
"Maksud kak Maryam apa?" Tanyaku kepada kak Maryam dengan penasaran.
"Emmm...kasih tau tidak ya sama adek kakak yang satu ini?" Kata kak Maryam yang meledekku dan itu sungguh membuatku semakin penasaran.
"Apaan sih kakak ini, nggak lucu tau!" Gerutuku pada kak Maryam.
"Ok, kakak minta ma'af. Sebelum kakak cerita, kakak boleh tanya sesuatu sama Aisyah?" Tanya kak Maryam dengan serius.
"Tanya apa kak?" Jawabku dengan mengerutkan keningku dan membuat sebelah alisku ke atas. Ya, kalian bayangin ajalah bagaimana ekspresi wajahku.
"Aisyah sayang apa tidak sama papa dan kakak?" Tanya kak Maryam dengan lembut.
"Emm...Aisyah sayang sama kalian. Aisyah juga sudah menganggap kak Maryam adalah kakakku sendiri. Tapi jujur saja, Aisyah bersedih mendengar perkataan kak Maryam dengan papa waktu itu. Sekarang Aisyah merasa bukan siapa-siapa lagi dan Aisyah merasa sendirian ." Jawabku jujur dengan menundukkan kepala dan kedua mataku yang berkaca-kaca akhirnya tak dapat membendungnya.
Suasana menjadi hening seketika, karena hanya ada aku dan kak Maryam yang saat itu berada di dalam ruangan. Dan sedangkan papa, beliau ijin keluar untuk mencari makanan pagi ini.
"Teessssss!" Jatuhlah air mataku membasahi pipi.
"Janganlah menangis! Hapus air mata kesedihanmu. Jangan merasa kamu sendirian. Kamu masih punya papa dan kakak. Sampai kapanpun, kamu tetap keluarga kami. Papa dan kak Maryam sangat sayang sama kamu. Ingat perkataan kakak ya Aisyah!" Tutur Kak Maryam sambil memelukku.
Aku merasa nyaman sekali berada dipelukkan kak Maryam. Dia kakak yang baik, aku bersyukur memiliki keluarga yang menyayangiku dengan tulus. Ya, walaupun aku menyadari bahwa aku bukan saudara kandungnya.
Akhirnya, dengan sedikit penjelasan dan perkataan dari kak Maryam aku mulai mengerti. Dan aku berdo'a kepada Tuhan untuk bisa kuat dalam menghadapi segala cobaan yang harus aku hadapi. Termasuk juga ya, mendengar penjelasan dari papa entah itu menyakitkan atau...apalah, aku tidak mau tau!
"Kakak harap Aisyah selalu sabar dalam mengahadapi apapun. Oh iya, Aisyah masih mau kan menjadi seseorang yang lebih baik lagi?" Tanya kak Maryam dengan menatap kedua mataku dan ekspresi wajah yang begitu serius.
"Iya kak, Aisyah masih mencoba untuk beristiqomah!" Jawabku dengan sedikit senyum, tapi bukan berarti aku masih dalam keadaan bersedih ya! Hanya karena keadaanku yang masih sedikit merasa lemas.
"Emm...Aisyah mau tidak pakai jilbab dan cadar kembali?" Tanya kak Maryam yang membuatku langsung menyadari dan meraba-raba rambut sekaligus melihat dadaku yang kebetulan sedikit terbuka.
"Ya Allah kak, ternyata Aisyah tidak memakai jilbab dan cadar sedari tadi? Untung saja tadi dokternya perempuan dan hanya ada papa sama kak Maryam disini!" Jawabku panjang lebar sambil menepuk jidadku dengan pelan.
"Emm...gimana Aisyah? Aisyah mau kan memakainya kembali?"
"Jelaslah kak, Aisyah mau banget memakainya. Kenapa kakak tidak bilang dari tadi kalau Aisyah tidak memakai jilbab dan cadarnya?" Lagi-lagi aku menggerutu sambil memanyunkan sedikit bibirku, tapi aku tidak marah kok. Hanya saja, sedikit manja sama kak Maryam.
"Hmm....iiihhhh Aisyah, jelek tahu kalau ekspresi wajah adik kakak ini seperti itu. Nanti Yulian tidak mau lagi loh sama kamu!" Ucap kak Maryam yang meledekku. Dan andai kalian tahu, ucapan kak Maryam membuat pipiku memerah.
"Ihhh apa sih kak Maryam. Ah sudahlah, jangan ledek in Aisyah melulu!" Balasku dengan rasa malu.
"Ok, baiklah! Ya sudah sini kakak pakaikan jilbab dan cadarnya!" Ucap kak Maryam sambil tertawa kecil.
Setelah kak Maryam selesai membantuku dalam memakai jilbab dan cadar, tiba-tiba papa datang membawa makanan dan beberapa buah-buahan. Dan sungguh, rasanya aku ingin segera memakan buah-buahan segar yang dibawa oleh papa.
"Assalamu'alaikum sayangnya papa!" Ucap papa yang menyapa kami dan tak lupa dengan senyuman melebar.
"Wa'alaikumsalam pa!" Balas kami bersamaan.
"Maryam, kamu makan dulu! Biar papa yang temenin Aisyah." Ucap papa kepada kak Maryam dengan menyodorkan makanan yang dibawanya.
"Tid**ak usah pa, papa saja makan dulu. Aisyah biar Maryam yang temenin." Balas kak Maryam dengan lembut.
"Sudah, papa dan kak Maryam makan bersama saja! Aisyah tidak apa-apa kok sendirian. Lagi pula, papa dan kak Maryam makannya kan tidak jauh juga dari Aisyah!" Ucapku yang menyela perdebatan kecil antara papa dan kak Maryam.
Akhirnya mereka makan bersama dalam ruangan ini. Yang jaraknya tak begitu jauh juga dengan tempat aku terbaring lemah. Ya, sekitar 2 meter lah. Kebetulan juga ruangan ini sedikit luas dan ada sofanya juga. Ya, seperti ruang tamu kecillah. Di mana itu yang menjadi meja makan papa dan kak maryam.
Suasana menjadi sepi, karena aku yang tak ingin mengganggu papa dan kak Maryam sarapan pagi. Jujur, aku merasa bosan sekali hanya bisa terbaring di kasur yang tak senyaman kasurku di rumah. Dan akhirnya aku mencoba menghibur diri dalam kebosananku dengan mengotak-atik ponselku yang ku raih dari atas nakas yang tak begitu jauh juga dariku.
"Oh My God!" Kataku yang merasa terkejut, karena ada 5 pesan dari bu Laila dan beberapa juga dari Aida.
"Assalamu'alaikum Aisyah, bagaimana kabar kamu nak?" Pesan dari bu Laila.
"Aisyah, kenapa tidak dibalas pesan dari ibu?"
"Assalamu'alaikum Aisyah, Aisyah lagi sibuk apa tidak? Ibu mau bertemu.
"Aisyah, ibu merasa sedih kalau tidak ada kabar dari kamu nak! Tolong balas pesan ibu ya!
"Aisyah baik-baik saja kan? Ibu merasa khawatir dengan keadaan Aisyah!"
Seketika aku merasa aneh dengan pesan-pesan dari bu Laila yang menurutku begitu berlebihan. Padahalkan, tidak ada hubungan apa-apa antara kami. Tapi jujur saja, itu juga membuatku bersedih atas rasa kekhawatirannya. Entahlah, ada hubungan apa antara aku dan bu Laila. Penuh dengan tanda tanya???
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
꧁☬𝕸𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☬꧂
Bu Laila kangen sama Aisyah ya
2022-07-12
0