Suasana sudah begitu sepi, gelap tanpa cahaya karena jam sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB. Seorang lelaki yang menolong Aisyah masih belum terlihat jelas. Sedangkan Aisyah masih tergelatak di tempat kejadian, karena jatuh pingsan.
"Aisyah...Aisyah...bangun Aisyah!" Teriak seorang lelaki yang memanggil nama Aisyah untuk menyadarkan Aisyah.
Lelaki itu merasa begitu panik. Dan berpikir untuk membawa Aisyah segera pulang ke rumahnya, agar Aisyah segera mendapatkan pertolongan dari keluarganya.
Lima belas menit kemudian, sampailah lelaki yang membawa Aisyah di rumah Aisyah. Dan sesegera mungkin lelaki itu mengetuk pintu dan meminta bantuan.
*****
Tak lama kemudian, akhirnya aku membuka mataku dengan perlahan. Dan setelah aku membuka kedua mataku dengan jelas, ternyata aku sudah sampai di rumah. Padahal, aku pengen tahu siapa yang menolongku dan membawaku kerumah.
"Aisyah, akhirnya kamu sadar juga sayang." Ucap papaku yang kebetulan duduk disampingku dan menemaniku.
"Pa, siapa yang sudah membawa Aisyah sampai ke rumah tadi?" Tanyaku yang merasa penasaran dan dengan nada bicara yang masih lemas.
"Yulian, sayang." Jawab Papaku dengan singkat, namun beliau masih memberikan senyuman manisnya.
"Apa, Yulian pa?" Tanyaku yang seakan tidak mempercai semuanya.
"Iya sayang, tadi Yulian yang membawa kamu dan menggendong kamu sampai rumah." Jawab papaku lagi yang menjelaskan.
Sejenak aku terdiam dan termenung. Seakan tak percaya bahwa Yulian yang membawaku pulang. Karena sebelumnya kami bertengkar dan berjauhan. Oh Tuhan, aku masih belum percaya. Aku bingung harus berbuat apa. Mau ku telfon atau sekedar memberi pesan chat kepadanya tapi, aku memiliki rasa ragu juga. Karena aku masih menyimpan rasa kesal, kecewa dan amarah kepadanya.
"Sayang, kenapa kamu kok diam saja? Sebenarnya apa yang terjadi sama kamu? Kenapa kamu bisa pingsan seperti tadi? Papa sangat khawatir sama kamu." Ucap papa ku yang penuh dengan pertanyaan dan itu membuatku bingung mau ku jawab darimana.
"Emm...ceritanya panjang Pa. " Jawabku singkat karena aku malas membahasnya.
"Ya sudah kalau begitu, tidak apa-apa. Yang penting kamu baik-baik saja. Dan sekarang kamu istirahat." Ucap papa dengan begitu lembut dan terlihat sangat jelas dalam raut wajahnya yang begitu mengkhawatirkan aku.
"Baik Pa." Balasku dengan singkat.
Aku pun berusaha melupakan kejadian yang sangat buruk bagiku. Dan kucoba untuk memejamkan kedua mataku kembali. Hingga akhirnya aku pun terlelap.
*********
Pagi yang cukup cerah. Dan ku buka kedua mataku untuk melihat indahnya dunia. Namun, aku masih belum beranjak dari kamar tidurku, hingga akhirnya aku penasaran dengan suara yang aku dengar.
Begitu merdu, bikin ademlah dihati. Lantunan ayat suci Al-Qur'an yang dibaca oleh seorang gadis entah siapa itu. Dan saking penasarannya aku sama suara itu, aku segera beranjak menuju kamar mandi. Dan setelah itu, ku ambil baju gamis punyaku yang berwarna maroon dan ku padukan dengan jilbab hitamku.
"Yah, akhirnya selesai juga. Lumayanlah, tidak kalah cantik sama Aisyah istri Rosul. Begitu percaya dirinya aku." Kataku yang didepan cermin karena habis berdandan namun tetap sama, tanpa make up yang berlebih.
"Non Aisyah, sudah bangun non?" Tanya bik Murni sambil mengetuk pintu kamarku.
"Iya bik, sudah kok. Aisyah bentar lagi turun." Jawabku dengan pelan.
Dan akhirnya aku turun dan menyapa bik Murni yang menyiapkan sarapan dimeja makan. Dan ada juga papa yang sedang duduk di meja makan sambil membaca koran dengan menyeduh kopi hangat dihadapannya.
"Selamat pagi semua!" Sapaku dengan senyuman penuh semangat.
"Pagi juga sayang."
"Pagi juga non!"
Balas papa dan bik Murni secara bersamaan.
"Emm...Aisyah mau tanya nih, tadi ada yang mendengar suara seorang gadis sedang mengaji apa tidak?" Tanyaku secara tiba-tiba yang membuka perbincangan.
"Ada kok non." Jawab bik Murni.
"Iya, memang ada Aisyah." Kata papaku yang memperjelas.
"Hah, ada? Berarti tidak salah dengar dong aku. Lalu, siapa memangnya yang membaca itu?" Tanyaku yang lagi-lagi penasaran dan merasa kagum dengan suaranya.
"Assalamua'alaikum!" Sapa salam dari seorang gadis.
"Wa'alaikumsalam!" Kami menjawabnya dengan bersamaan.
"Sedang sibuk membicarakan apa nih? Tanyanya pada kami yang sedang mengobrol. Ya_mungkin gadis itu lah yang sedang kami bicarakan.
"Kamu siapa ya?" Tanyaku kepadanya dengan nada sedikit sinis, karena aku tidak tahu dia siapa dan ma'af kalau aku menaruh rasa curiga padanya.
"Oh iya, kamu pasti Aisyah ya! Aku Maryam." Jawabnya dengan sangat lembut dan senyum dibalik cadarnya.
Gadis itu ternyata bernama Maryam. Dia seorang gadis yang selalu memakai pakain tertutup dalam arti memakai gamis dan cadar. Jujur sih_aku kagum padanya, karena aku baru tahu dengan sejelas-jelasnya seseorang yang memakai cadar. Dia sangat mulia dan lembut. Tapi, entah kenapa aku menaruh rasa curiga padanya. Mungkin karena aku merasa takut bahwa dia lah yang nanti akan menjadi mama tiri ku.
"Iya betul, aku Aisyah." Jawabku dengan singkat.
"Oh iya Aisyah, kamu cantik banget memakai gamis dan jilbab itu!" Ungkapnya padaku yang entah memuji atau mengejekku yang jarang memakai pakaian seperti ini.
"Oh iya, makasih!" Jawabku masih dengan nada yang singkat.
"Oh iya sayang, ini Maryam keponakan papa." Ucap papa yang menjelaskan. Dan ternyata rasa curigaku salah. Oh Tuhan, ma'afkanlah aku yang su'udzon padanya.
"Oh gitu ya Pa, aku kira dia nanti yang akan menjadi Mama tiriku." Ucapku yang keceplosan.
"Aisyah, kamu ada-ada saja." Jawab Maryam dengan tertawa kecil.
"Ya maaf Maryam!" Ucapku yang merasa bersalah.
Kita lanjut dengan sarapan pagi bersama. Dengan diselingi obrolan kecil. Dan tak lama kemuadian aku beranjak pergi dan meninggalkan mereka untuk berangkat ke kampus.
"Ya sudah, aku berangkat ke kampus dulu ya!" Ucapku pada mereka yang belum menyelesaikan sarapan.
"Aisyah!" Maryam memanggilku.
"Iya Maryam, ada apa ya?" Tanyaku padanya yang sudah berjalan hampir dekat pintu.
"Ada yang kurang loh sebelum kamu berangkat. Kamu kan belum mencium tangan Papa kamu dan kamu juga belum mengucap salam." Kata Maryam yang sok ngajarin aku. Tapi memang benar sih hidupku harus berubah, tidak harus seperti yang dulu.
"Ok, tidak masalah kalau cuma itu saja." Balasku ya_sedikit sinis juga, karena aku masih belum kontra sama dia.
********
Di kampus, aku mencoba mencari Aida. Entah di mana dia sekarang. Padahal, aku mau curhat sama dia tentang Yulian. Karena aku masih belum percaya saja kalau yang menolongku semalam adalah Yulian.
Sampai saat ini pula, aku belum menemukan Aida.
"Di mana sih Aida, apa jangan-jangan dia tidak ada jadwal kuliah ya hari ini?" Kataku didalam hati dan sambil menengok kanan kiri untuk mencari-cari keberadaan Aida.
"Ah, ku telfon dia saja lah kalau gitu!" Kataku yang sudah menyerah karena tak menemukan Aida.
Tapi ketika aku sedang mencari-cari telfonku di dalam tas, ada seorang lelaki yang berada dihadapanku.
"Sibuk cari apa kamu?" Tanya lelaki itu dengan lembut yang memandangiku.
Aku belum sempat menjawab pertanyaannya, karena saking penasarannya aku langsung menatap wajahnya. Dan ternyata lelaki itu adalah Yulian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Raina Wahab
bukan fadil yang menolong aisyah ya thor?
2020-11-18
3
Joanne March⚘
mulai baca lagi
2020-09-17
1