"Awww...!" Rintihku lirih.
"Asif al-ukhti, laqad aistadamat biulsudfat maratan ukhraa(ma'af ya ukhti, saya tidak sengaja menabrak kamu lagi)!" Jawabnya dengan bahasa yang tak ku mengerti.
"Ma'af kamu bicara apa?" Tanyaku padanya dengan air mata yang masih mengalir dipipiku.
"Oh ma'af. Aisyah, aku hanya minta ma'af sama kamu karena aku tidak sengaja menabrak kamu." Ucap Fadli.
"Oh tak apa, ma'af aku harus pergi dulu!" Kataku dengan melangkahkan kaki pergi meninggalkannya yang masih mematung dan merasa kebingungan karena tingkahku.
Aku semakin menjauhi Fadli. Jujur aku berasa hancur, hatiku serasa patah Sebenarnya aku begitu mencintainya, tapi lagi-lagi aku merasa kecewa dengan tingkahnya.
"Yulian, apa maksud kamu sebenarnya? Kata kamu, kamu mencintaiku. Tapi nyatanya, kamu begitu cepat mencari penggantiku. Kamu punya hubungan spesial kan sama perempuan itu. Kamu jahat Yulian. Kamu terlalu jahat." Gumamku dalam batin dengan air mata yang bercucuran membasahi pipiku.
"Kamu itu apa-apaan sih, kita itu tidak ada hubungan apa-apa. Kenapa kamu memanggil sayang padaku? Aku tidak mencintai kamu. Dan aku harap kamu jauh-jauh dariku dan hidupku!" Teriak Yulian kepada Syifa yang menyukai Yulian. Namun Yulian tidak pernah menyukainya.
"Kenapa sih Yulian, kamu tidak pernah memandangi aku? Aku itu suka sama kamu!" Ungkap Syifa.
"Dengar ya Syifa, aku itu tidak pernah suka apalagi cinta sama kamu. Yang aku cintai hanya Aisyah. Dan sekarang masalah aku sama Aisyah semakin rumit. Puas kamu?" Teriak Yulian yang semakin kesal.
Yulian lalu pergi meninggalkan Syifa. Entahlah Yulian mau kemana. Apa dia akan mencari Aisyah? Dan sedangkan Syifa, dia masih berdiri mematung menatap kepergian Yulian.
******
"Aisyah, kenapa hari ini kamu aneh sekali? Kenapa aku merasa khawatir melihatmu bersedih seperti itu? Rasanya hatiku ikut hancur. Ada apa denganmu Aisyah? Semoga kamu baik-baik saja!" Gumam Fadli dalam batinnya.
****
"Aisyah, kamu bodoh sekali. Kenapa kamu harus mema'afkan Yulian?" Ucapku dalam batin.
Seperti biasa. Aku menenangkan diri dan hatiku di bukit. Entah kenapa aku merasa begitu tenang dan rileks. Rasanya aku mau tinggal dibukit saja. Dan tak mau pulang ke rumah.
"Ya Allah, apa seberat ini cobaan yang Engkau berikan kepadaku?" Ucapku bersedih.
********
"Aisyah, ma'afkan kesalahanku. Aku tak berniat melukai hati kamu. Andai kamu tahu, aku tak pernah ada hubungan apapun dengan Syifa. Bodoh sekali aku telah melukai hatimu." Ucap Yulian bersedih dan meneteskan air matanya secara perlahan.
Yulian sedang merasa menyesal. Dia menyendiri di sebuah taman dekat kampusnya. Dan tak jauh juga dengan sebuah masjid besar yang mungkin sekitar 5 menit jarak tempuh ke masjid tersebut.
"Yulian, sedang apa kamu disini?" Tanya salah satu Dosen yang mengajarnya.
"Oh, tidak apa-apa kok pak Fadli." Jawabku singkat dengan menghapus air mata yang masih membasahi pipi ku.
" Kenapa kamu bersedih seperti itu? Apa kamu lagi ada masalah?" Tanya Fadli yang selaku Dosen.
"Tidak kok pak." Jawabku singkat.
"Ok tak apa jika kamu tidak mau bercerita dengan bapak. Tapi saya sarankan lebih baik kamu bercerita sama Allah SWT atas masalah kamu. Karena sesungguhnya Allah itu Maha Pendengar yang baik bagi Umatnya." Ucap Fadli memberi saran kepada Yulian.
Lalu, Fadli melangkahkan kaki meninggalkan Yulian yang masih merenung ditaman. Dan tak lupa Fadli mengucap salam sebelum jauh meninggalkan Yulian.
"Entah kenapa aku merasa apa yang diucapkan pak Fadli itu benar. Mungkin memang saatnya aku sekarang berubah. Berubah untuk menjadi yang lebih baik daripada yang dulu!" Ucap Yulian yang beranjak pergi meninggalkan taman. Dan beralih melangkahkan kakinya menuju tempat ternyaman, yaitu Masjid dekat dengan taman.
********
Aku masih nyaman dan merasa tenang disini. Dari kecil aku memang suka berada disini. Tempat ini lah yang membuat aku dan mama selalu bahagia.
Tanpa kusadari hari semakin gelap. Saking kalutnya aku, aku sadar kalau tadi aku sudah bolos kuliah.
"Ya Allah, ma'afkanlah Aisyah. Aisyah khilaf dengan perbuatan Aisyah. Mungkin, ini adalah salah satu cobaan untuk Aisyah dalam beristiqomah." Kataku yang sudah menyadari sebuah kesalahan.
Karena hari sudah mulai gelap dan matahari yang sudah tenggelam. Aku putuskan untuk kembalih mengayuh sepedaku dan pulang ke rumah.
******
"Alahamdulillah, setidaknya aku merasa tenang. Ya walaupun, aku belum bisa bertemu dengan Aisyah dan menjelaskan yang sebenarnya kepadanya." Ucap Yulian sehabis sholat maghrib.
💗💗💗💗💗
"Fadli, apakah kamu tadi sudah bertemu dengan Aisyah gadis yang ibu ceritakan waktu itu?" Tanya Bu Laila kepada Fadli anaknya.
"Iya bu, tadi Fadli bertemu. Tapi, dia tidak mau berteman dengan Fadli. Dia menjauhi Fadli dengan alasan bukan mukhrim dan setelahnya Fadli melihat Aisyah menangis bu." Ucap Fadli menjelaskan.
"Maksud kamu apa Fadli, Aisyah menangis kenapa?" Tanya bu Laila penasaran.
"Fadli kurang tahu tentang itu bu, tapi entah kenapa Fadli merasa khawatir dengan kesedihan Aisyah. Aneh kan bu!" Ucap Fadli.
"Emm...bukan hanya kamu saja yang merasa khawatir, ibu juga khawatir dengan Aisyah, Fadli." Sahut bu Laila dengan wajah gelisah.
"Ya, semoga saja tidak terjadi apa-apa dengan Aisyah bu!" Balas Fadli yang berusaha menenangkan ibunya.
😢😢😢😢😢
Aku mengayuh sepedaku dengan perlahan. Masih terasa sedih dan terluka dihatiku. Lalu aku menyadari sesuatu hal yang telah aku lupakan.
"Ya Allah, aku lupa kalau aku belum menjalankan sholat maghrib." Kataku dengan menepuk jidatku secara perlahan.
Aku segera mencari sebuah Masjid terdekat. Ku lihat disekeliling jalan, dan akirnya aku menemukannya. Masjid itu berada tak jauh dari tempat tinggalku. Aku memarkirkan sepedaku di tempat sepeda yang berada di ujung sisi kanan.
Ku langkahkan kakiku menuju ke dalam Masjid. Ku letakkan barang yang ku bawa disisi pojok kiri ruang Masjid, di mana hanya ada kaum hawa yang berada diruangan itu.
Ku arahkan lagi langkah kaki ku menuju tempat berwudhu yang berada di bagian belakang.
Masjid itu tidak begitu besar, namun bagiku itu tetap nyaman. Banyak orang luar juga yang berdatangan untuk sholat maupun hanya singgah di Masjid itu.
Tak butuh waktu lama untuk menjalankan sholat magrib yang hanya3 rakaat. Mungkin ya_sekitar 15 menit saja. Dan setelah sholat, aku kembali mengayuh sepedaku untuk pulang. Setelah sampai, tak lupalah aku memarkirkan sepedaku di garasi mobil.
"Assalamu'alaikum!" Kataku yang mgengucap salam.
Namun, tak ada jawaban dari dalam. Entah di mana penghuni di dalam rumah ini. Dan akhirnya, ku buka saja pintu depan tanpa bik Murni atau siapapun yang membuka kannya.
Aku melangkahkan kaki menuju kamar dengan perlahan. Dan tanpa sengaja aku melihat papa dan kak Maryam yang sedang mengobrol diruang keluarga. Ya_kebetulan kamarku dekat dengan ruang keluarga, maksimal kan aku melewatinya.
Aku tak bermaksud mengpoing pembicaraan mereka, tapi aku penasaran juga dengan apa yang mereka bicarakan. Dan akhirnya aku mendengar dengan samar dan hanya sekilas.
"Maryam, kita harus bisa berani bicara jujur dengan Aisyah. Aisyah harus tahu yang sebenarnya siapa kamu. Ini sudah saatnya Aisyah tahu kalau kamu putri kandung Papa." Ucap Pak Brian dengan serius yang selaku papa Aisyah.
"Maryam ragu pa, maryam takut kalau Aisyah juga tahu bahwa Aisyah bukan putri kandung papa!" Ucap Maryam dengan khawatir.
Kalian tahu kan bagaimana aku dan perasaanku? Bingung, hancur, dan rapuh. Aku terkejut begitu mendengarnya tanpa sengaja. Dengan mata berkaca-kaca dan gemetar, aku tak sengaja menyentuh vas bunga kecil yang dibuat oleh kaca hingga terjatuh.
"Prrraaaakkkkccaaahhhh!" Vas bunga yang terjatuh.
Suasana menjadi tegang setelah papa dan kak Maryam melihatku yang berada di belakang ruang keluarga. Mereka begitu terkejut dan mungkin mereka juga berpikir bahwa aku sudah mendengarnya. Kita saling bertatapan.
Namun tak lama kemudian, aku berlari keluar rumah tanpa ada tujuan yang pasti kemana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
꧁☬𝕸𝖔𝖔𝖓𝖑𝖎𝖌𝖍𝖙☬꧂
ya ampun.. rahasia apa ini, tambah sakit saja rasa hati Aisyah
2022-07-12
0
Bang AS Syahdika
boleh jg ceritanya
2021-09-09
1
Sunarty Narty
😭😭😭😭jd Aisyah ank siapa,jgn2 sodaraan am Fadli..
2021-06-08
2