Ku tatap awan dibalik jendela. Kebetulan pagi ini gorden yang melekat untuk menutupinya sudah terbuka. Begitu indah awan yang cerah. Matahari telah memancarkan cahayanya dengan begitu teriknya. Aku yang memandanginya saja sudah tak sanggup untuk bertahan, apalagi kalau aku beraktifitas diluar sana. Entahlah, mungkin saja aku bisa pingsan.
Siang ini aku masih bertahan diruangan yang begitu sunyi, bagaimana tidak? Coba saja kalian bayangin, hanya ada aku diruangan VIP ini. Ya, walaupun terkadang ditemani kak Maryam atau papa. Tapi bagiku itu tetap saja membuatku bosan, karena aku hanya bisa terbaring diatas kasur.
"Aisyah, kali ini kamu ditemani kak Maryam saja ya! Papa harus kerja lagi, karena papa tidak mungkin dong harus libur lama! Papa harap Aisyah mengerti maksud papa bagaimana dan apa!" Ucap papa yang menjelaskan sekaligus pamit kepadaku dan kak Maryam.
"Iya pa, Aisyah mengerti kok. Papa jaga kesehatan ya, hati-hati juga dijalan!" Balasku dengan senyuman melebar.
"Ya sudah, papa berangkat dulu ya sayang! Kalian hati-hati disini. Dan ingat, kalau ada apa-apa kalian hubungin papa. Assalamu'alaikum!" Ucap papa yang mengingatkan.
"Wa'alaikumsalam pa, iya pa!" Kami pun menjawab salam papa secara bersamaan.
Lagi-lagi aku dan kak Maryam dihadapkan dalam suasana hening. Kak Maryam sibuk membereskan sofa yang semalam dijadikan tempat tidur olehnya, sedangkan aku mencoba istirahat dan memejamkan mataku sejenak yang kurasa aku sudah mengantuk karena efek samping obat yang sudah aku minum.
💦💦💦💦
"Aisyah kemana ya? Kok aku kirim pesan tidak dibaca? Apa dia sedang sibuk ya? Ahh...aku kok jadi kepikiran ya sama dia!" Ucap Aida.
"Hei sayang, kamu kenapa kok seperti gelisah gitu?" Tanya suami Aida yaitu Fahri, yang merasa aneh dengan tingkah laku istrinya.
"Emm...tidak kok sayang, aku cuma khawatir saja sama Aisyah." Jawab Aida sambil menatap wajah Fahri.
"Ya kamu coba saja hubungin dia, siapa tau di angkat." Ucap Fahri.
"Sudah loh sayang, sudah dari kemaren lusa tapi nihil. Dia tidak menjawab atau membalas pesanku."
"Ya sudah, sini duduk dulu! Kamu tenang saja dulu dan mencoba hubungi kerabat atau orang terdekatnya saja." Ucap Fahri memberi saran.
"Ok sayang, aku coba hubungin kak Maryam saja!" Ucap Aida.
🌹🌹🌹🌹
"Kring...kring...!" Suara handphone berdering.
"Hallo Assalamu'alaikum!" Jawab kak Maryam yang kudengar secara samar.
"Wa'alaikumsalam kak Maryam, apa kabar kak?" Ucap Aida berbasa-basi terlebih dulu.
"Alhamdulillah baik Aida, kamu sendiri bagaimana?" Tanya kak Maryam dengan senyuman dibalik cadarnya.
"Alhamdulillah baik juga kak! Oh iya kak, Aisyah kemana ya kak kok dari kemaren Aida hubungin dia tidak ada respon sama sekali?" Ucap Aida yang sekaligus bertanya dengan keadaan Aisyah.
"Oh Aisyah, dia lagi sakit Aida. Kemaren Aisyah mengalami kecelakaan dan sekarang dia masih dirawat di Rumah Sakit." Jawab kak Maryam sembari menatapku sebentar.
"Apa kak, Aisyah kecelakaan. Ya Allah, ya sudah kak, Aida langsung saja menuju ke Rumah Sakit. Kak Maryam kasih tau alamatnya ya!" Ucap Aida merasa terkejut dan menutup telfonnya tak lupa juga memberi salam sebelum menutupnya. Sedangkan kak Maryam juga sebaliknya, menjawab salam Aida dan segera memberikan alamat Rumah Sakit melalui pesan.
🌹🌹🌹🌹
"Tok..tok..tok..!" Suara pintu yang diketuk dari luar.
"Iya siapa ya?" Balas kak Maryam dengan membuka pintu.
"Siapa sih? Tidak ada siapa-siapa juga !" Ucap kak Maryam yang merasa aneh, karena tidak ada siapa-siapa dibalik puntu. Namun, hanya menemukan setangkai bunga mawar dengan sebuah surat.
"Siapa Kak?" Tanyaku kepada kak Maryam.
"Tidak ada siapa-siapa dek, tapi kakak menemukan ini!" Jawab kak Maryam sambil menyodorkan setangkai bunga.
"Bunga mawar? Untuk siapa kak?" Tanyaku penasaran.
"Emm...kayaknya ini untuk kamu deh! Ada nama kamu disini soalnya!" Jawab kak Maryam yang memberikan bunga itu kepadaku.
Saking penasarannya ku coba olak-alik bunga itu, lalu aku menemukan sebuah amplop yang di dalamnya berisi sebuah surat. Entah dari siapa itu.
"Ada suratnya kak!" Ucapku kepada kak Maryam yang sedang duduk disampingku.
"Emm...mending kamu baca saja suratnya, siapa tau ada nama pengirimnya." Ucap kak Maryam.
Ku buka secarik kertas yang berisikan surat, tulisan yang indah dan begitu rapi.
"Assalamu'alaikum Aisyah, apa kabar? Aku berharap kamu sudah sadar dan baik-baik saja. Ma'af, aku tak bisa menemuimu karena aku tidak mampu menatapmu yang terbaring lemah dan tak sadarkan diri waktu itu. Tapi, bukan berarti aku tak mau menemuimu. Aku belum cukup punya keberanian untuk menemuimu, karena aku takut melukai hatimu dengan sengaja atau tanpa sengaja. Meski aku tau, aku tak bermaksud seperti itu.
Aisyah, terimalah seikat bunga mawar indah ini. Dan aku berharap kamu sudah membaca surat ini. Semoga lekas sembuh bidadariku...!"
Setelah selesai membaca surat itu, aku mengingat Yulian. Dan aku merasa yakin kalau bunga itu darinya. Meskipun tanpa ada nama yang jelas dari pengirim itu.
"Bagaimana dek, ada namanya tidak ?" Tanya kak Maryam yang mengejutkanku dari lamunanku.
"Ahh...iya kak! Emm...tidak ada kak namanya. Tapi, aku yakin kalau bunga ini dari Yulian kak!" Jawabku dengan wajah serius dan menatap kak Maryam.
"Entahlah...!" Balas kak Maryam dengan mengangkat bahunya.
Aku dan kak Maryam benar-benar dihujung kebingunngan. Tapi hatiku merasa yakin kalau itu dari Yulian.
"Aduhhh...!" Desahku lirih merasa kesakitan dibagian kepalaku yang terbalut perban. Mungkin saja karena benturan dikepalaku sedikit keras, jadi aku merasa pusing bila memikirkan sesuatu dengan terlalu.
"Kenapa dek? Sakit ya kepalanya? Sudah, jangan terlalu dipikirkan siapa pengirim bunga itu. Sebaiknya kamu istirahat saja dulu!" Ucap kak Maryam dengan khawatir yang mendengar desahanku.
Kubaringkan lagi tubuhku melentang diatas kasur. Yang tadinya sedikit duduk menyenden di tumpukan bantal. Tiba-tiba aku merasa lelah kembali, padahal tadinya aku merasa sedikit lebih baik. Apa mungkin saja kondisiku yang belum memungkinkan untuk terlalu berpikir atau bagaimana. Entahlah...kini aku hanya mau tidur, mungkin itu lebih baik untuk tubuhku.
"Dek, kakak keluar sebentar ya. Ada sesuatu barang yang harus kakak beli, sebentar saja kok tidak akan lama!" Ucap kak Maryam yang meminta ijin.
"Baiklah kak!" Jawabku singkat.
"Ya sudah, kakak panggil suster untuk jaga kamu. Kamu baik-baik ya! Assalamu'alaikum!" Ucap kak Maryam, lalu melangkahkan kakinya keluar meninggalkan sisi ruangan.
"Wa'alaikumsalam!" Jawabku dengan singkat, lalu ku pejamkan kedua mataku kembali untuk sejenak. Namun sayang, sungguh sayang. Aku tak bisa tertidur dengan pulasnya. Selalu terbayang-bayang dengan sosok wajah tampannya, hidungnya yang mancung, bibirnya yang sedikit tipis. Yah_dia Yulian. Hatiku gelisah memikirkannya. Ku hembuskan nafas panjang, dan akhirnya kuputuskan untuk mencoba menghubunginya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 169 Episodes
Comments
Sunarty Narty
kok AIDA tau Maryam?
2021-06-08
0
finza ridho diamonds
ceritanya top
2021-04-01
1