Devia, Resti dan Mila sore ini kembali ke rumah sakit untuk menemui ayahnya Mila. Karena hari ini ayah Mila sudah boleh pulang. Dan Devia serta Resti menyewa angkot untuk membawa ayah Mila pulang ke rumah. Dan tentu Devia dan Resti patungan. Dan Mila pasrah dengan hal itu, sebab dirinya memang benar benar sudah kehabisan uang.
Walau untuk operasi dan semua pengobatan sudah ada yg membayar. Namun untuk keseharian mondar mandir, serta untuk makan keluarganya, uang gajian Mila tidak cukup. Sementara kakaknya Ikbal tidak mau keluar uang sepeserpun. Membuat Mila mengelus dada terhadap sikap kakaknya itu.
Beruntung keluarga Mila yg lain bersedia membantu, walau hanya sekedar tenaga maupun yg lainnya. Sementara masalah biaya hanya Mila yg memikirkannya. Adiknya yg masih sekolah pun lebih banyak meminta kepada Mila. Sebab orang tuanya hanyalah petani dan buruh tani.
" Sudah siap semua Mak?" tanya Mila sambil melihat mamaknya yg beberes perlengkapan yg dibawa dari rumah. Berupa termos dan bekal lainnya.
" Sudah Nul, naik apa untuk pulang?, taksi?"
" Angkot, Via dan Resti yg menyewa " Sahut Mila merasa tidak enak kepada Devia dan Resti saat ini.
" Ya udah ga papa, terimakasih Res, nak Via" Sahut mamaknya Resti. Begitu juga ayahnya Resti juga mengucapkan banyak terima kasih.
" Sama sama lek" Sahut Resti dan Devia bersamaan.
Dan akhirnya mereka pun menuju angkot yg disewa. Tak lupa Mila mengambil obat obatan di apotik untuk perawatan selama dirumah. Ayah Mila sudah tidak betah berada dirumah sakit. Bahkan sampai hari ini belum mengetahui, siapa yg sudah membayar biaya rumah sakit.
Mila dan juga mamaknya berfikir, jika yg membantu adalah Kanjeng Gusti Ayu. Sebab hanya dialah yg mampu untuk membayar biaya sebesar itu di rumah sakit. Dan Mila berniat untuk berterima kasih kepada Kanjeng Gusti Ayu nantinya jika bertemu. Terutama saat berada di rumah nenek Welas nanti.
Sesampainya dirumah banyak tetangga yg menjenguk ayahnya Mila. Sehingga rumah sampai penuh karena orang berdatangan silih berganti. Devia dan Resti pun pamit undur diri. Sebab hari sudah malam dan Devia harus kembali ke rumah nenek Welas.
Devia terkejut, saat nenek Welas menyambut dengan isakan tangis. Devia mencoba menenangkan nenek Welas. Nenek welas sempat berfikir jika Devia kabur dari rumah. Namun setelah cerita jika Devia menjemput ayahnya Mila, barulah nenek Welas berhenti menangis.
" Tadi den Satria kesini " Ucap nenek Welas, setelah Devia selesai mandi dan juga makan yg tersedia. Devia tidak pilih pilih makanan. Makanya nenek Welas sangat senang dibuatnya
" Ada perlu apa Den Satria kemari mbok ?" tanya Devia, dan ia sudah terbiasa memanggil Satria seperti itu. Kecuali kalau sedang bicara berdua dan dalam keadaan serius, maka Devia memanggilnya dengan Raden maupun Den.
Devia sebenarnya malas jika membicarakan derajat dan pangkat seseorang. Karena sudah terbiasa dengan keseharian di keluarganya. Hal itupun berlaku bagi Satria maupun keluarga besarnya. Akan tidak dianggap jika sudah berada didepan keluarga besarnya. Semua setara dengan orang orang khalayak umum lainnya. Hanya saja keluarga besar Devia akan selalu menguji seseorang jika berkaitan dengan salah satu keluarganya.
" Ia kesini dalam keadaan terluka, padahal habis dari Jakarta. Mungkin dia berkelahi disana " Sahut nenek Welas, karena iapun diberitahu oleh Satria tadi. Jika dirinya diserang oleh seseorang ketika di Jakarta
Devia mengerutkan keningnya, sebab kejadian itu di Jakarta. Dan Devia menebak jika Satria bertemu dengan abangnya, Davin dan Devan.
" Kok bisa " Devia mencoba bertanya, tentang kejadian yg menimpa Satria. Agar bisa tahu alur ceritanya. Apakah memang benar Davin dan Devan atau orang lain lagi.
" Katanya dua orang pemuda. Tapi tidak mau melukai Satria. Sementara yg lainnya kejadian berbeda. Sebab hanya seorang wanita yg membuat dirinya terluka "
" Bunda" ucap Devia dalam hati. Dan itu pasti bunda Daniella, orang yg lebih kejam dari kedua kakaknya. Devia geregetan kemudian mencoba menghubungi bunda Ella melalui telepon. Namun sama sekali tidak diangkat oleh ibundanya. Devia pun lemas seketika, karena hal itu tidak jauh dari keluarganya.
Devia berharap agar Satria tidak lagi meminta dirinya menjadi kekasih maupun istrinya nanti. Sebab keluarganya tidak akan mudah untuk menyatukannya.
Devia kemudian teringat dengan bibi Safira dahulu. Jika pernikahan bibi Safira dan om Angga banyak sekali drama. Oleh sebab itu Devia sangat hati hati dalam pergaulan dengan teman lelaki. Jangankan untuk berpacaran. Teman temannya yg di Jakarta pun terkena dampak akibat menyatakan suka kepada Devia.
" Sudah sana istirahat, ga usah terlalu difikirkan tentang Den Satria " Ucap nenek welas kepada Devia yg tampak sejak tadi melamun.
" Eh iya mbok, kalau begitu Via istirahat dahulu " Sahut Devia kemudian masuk ke kamar. Meninggalkan nenek welas berada di ruang tamu sendirian.
" Sebenarnya siapa dirimu cah ayu, banyak sekali yg membuat simbok penasaran. Mungkin dirimu sebenarnya tidaklah lupa ingatan. Atau mungkin karena kasihan kepada tubuh renta ini. Hah...!, Suatu saat pasti simbok akan tahu siapa dirimu sebenarnya. Semoga simbok mempunyai panjang umur ketika dirimu hingga waktu tiba nanti. Sebab simbok ingin kau ada yg selalu menjaganya..., Satria ?, saat ini dia masih merasa bersalah akan hilangnya Romiyati anakku. Tapi tidak mengapa, itu sebagai tanggung jawab dirinya. Walaupun simbok tidak merasa dirimu bersalah. Dan berharap Satria bisa tatak teteg titis dalam segala hal. Dan simbok merasa Devialah yg bisa membuatmu mencapai hal itu " monolog nenek Welas, tentang Devia dan juga Satria.
Ia merasa Satria terlalu gegabah untuk menyatakan asmara kepada Devia. Sebab Devia masih banyak hal yg harus di pecahkan. Terutama tentang lupa ingatannya itu, benar atau tidaknya. Karena selama ini tidak merasa seperti seorang yg lupa ingatan atau amnesia.
Berbeda dengan Romiyati dahulu, sebab ia selalu kesakitan hingga berbulan bulan. Dan kemudian menghilang begitu saja.
Dulu ada yg pernah mengecoh tentang keberadaan Romiyati yg sudah meninggal. Namun nenek Welas tidak percaya akan hal itu. Sehingga berbagai pembicaraan pun menjadikan nenek Welas trauma. Dan kini dengan jalan pikirannya percaya, jika Romiyati masih hidup saat ini.
" Simbok yakin, jika Romiyati saat ini masih hidup. Dan entah berada dimana sekarang. Semoga Allah memberikan petunjuk keberadaan Romiyati." nenek Welas pun akhirnya istirahat. Sebab hari telah malam. Namun sebelum tidur, ia mengintip Devia yg ternyata sedang sibuk dengan laptop dan juga ponselnya. Setiap kali ingin menanyakan hal itu. Namun rasa takut jika Devia meninggalkan pun menghantui dirinya.
Nenek Welas seakan mempunyai ikatan batin dengan Devia saat ini. Namun hingga hari ini semua belum terjawab, apakah itu sebenarnya.
" Bahkan jam segini pun kamu masih sibuk, entah dirimu itu mempunyai usaha atau apa. Dan seakan kau memerintahkan semua kemauanmu kepada orang yg di jauh sana " Kembali nenek Welas, merasa Devia bukanlah orang biasa pada umumnya. Sebab seringkali nenek Welas mendengar dan melihat, jika Devia seperti seorang pemimpin yg suka memerintah kesana kemari.
Nenek Welas pun menuju bilik kamarnya, khawatir Devia mengetahui jika dirinya mengintip dari bilik pintu kamar. Helaan nafas pun di lakukan oleh nenek Welas saat tiba di kamarnya. Sungguh, selama Devia berada di rumahnya, seakan menjadi berkah tersendiri.
...****************...
Hayo nenek ternyata tahu kan, hanya penasaran siapa sebenarnya Devia....
Mohon dukungan 🌹🌹
Like 👍
Subscribe dan Vote ya
Salam
Si©iprut
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
ѕнισυχ ¹³
biasanya begitu
2024-10-17
1
ELANG AL FATIIH
next thor
2024-10-13
1
KHARIES NUR MALIQ
semangatttttt
2024-10-12
1