Setelah Resti lapor kepada kepala Dusun, ia kembali ke tempat nenek Welas. Sebab sudah terbiasa keduanya berada di tempat itu. Saat ini usia keduanya baru 20 tahun. keduanya hanya lulus SMA, sebab sudah tidak mampu untuk melanjutkan kuliah. Apalagi saat ini Resti dan Mila adalah seorang pengacara, pengangguran banyak acara.
" Kamu sudah ingat?, siapa kamu sebenarnya?" tanya Mila kepada Devia. Namun kembali Devia menggelengkan kepalanya.
" Hadeeeeehhhh 😅, masa sih jadi amnesia, gara gara hanyut!" Celetuk Resti, kini duduk menemani Mila dan Devia. Sementara nenek Welas pergi kebelakang menyiapkan sarapan.
Nenek Welas yg biasa menjadi buruh tani, serta buruh serabutan disekitarnya. Tampak semangat, ketika merawat Devia saat ini. Sehingga ia tidak perhitungan menawarkan berbagai makanan maupun lauk untuk Devia. Walaupun Devia seakan enggan menjawab. Dan nenek Welas meyakini jika Devia masih trauma.
Resti, Mila dan nenek Welas sepakat memanggil nama Devia sesuai nama di gelang yg dipakai Devia.
" Coba ini foto siapa?" tanya Resti memperlihatkan foto seorang pejabat nomor satu negeri ini. Namun Devia menggelengkan kepala, sebab Devia tidak ingin terjebak dengan pertanyaan Resti.
Resti menghela nafas panjangnya, sebab foto di ponsel itu orang yg sangat dikagumi di negeri ini. Dan Resti serta Mila meyakini, jika Devia lupa ingatan.
" Kalau ini?"
Resti kembali menunjukkan kertas bergambar warna merah, kepada Devia. Devia mengerutkan keningnya. Karena yg ditunjukkan tentu membuat orang berbunga bunga.
" Seratus ribu" Sahut Devia kemudian tersenyum menatap Resti.
Aduuuuhhh....!!
" Giliran sama duit aja langsung apal, giliran ditanya nama dan asal muasalnya engga inget. Kamu pura pura ya?" Ketus Mila disebelahnya, sambil memukul bahu Devia. Namun Devia hanya menggelengkan kepalanya kembali. Malu tentu saja malu, ternyata ia dijebak oleh keduanya.
" Ya kalau itu mah, semua orang tahu. Tapi aku tidak inget sesuatu tentang diriku" Ucap Devia kemudian menunduk sedih. Walau hanya pura pura. Namun itu semua membuat suasana hati Devia menghangat. Sebab ada yg peduli dengan dirinya. Walaupun ditempat ini sebagai orang asing.
Terlebih Devia melihat kedua gadis dihadapannya ini tidak memperdulikan siapa dirinya. Intinya, Resti dan Mila memang tulus menolong dirinya. Begitu juga dengan nenek Welas yg mempunyai rumah ini.
Tidak seperti kehidupan di kotanya, yang setiap anak gadis selalu menunjukkan kelebihannya maupun kekayaannya. Bahkan membandingkan satu sama lainnya. Devia sangat jenuh dan bosan dengan situasi seperti itu. Walaupun kenyataanya, dirinya keturunan dari Anderson ataupun kakek buyutnya Abraham. Yang mempunyai kekayaan lebih dari cukup.
Devia tidak mau menyombongkan diri. Bahkan lebih baik berteman dengan khalayak umum, bukan dengan golongan anak anak orang kaya.
Setelah cukup lama bercengkerama dengan Mila dan Resti. Walaupun sedikit tidak nyambung dengan kelakar keduanya, namun Devia sangat menikmati percakapan keduanya. Hingga dirinya pun akrab, walau sebatas awal perkenalan. Sebab Devia memang belum mengatakan sebenarnya siapa dirinya.
Sesaat nenek Welas pun datang untuk mengajaknya sarapan. Walaupun makanan ala kadarnya orang kampung. Namun itu sudah istimewa bagi Mila dan Resti. Sementara Devia dipapah oleh Resti menuju meja makan yg tersedia. Walaupun sebenarnya meja di ruang tamu nenek Welas.
Hal seperti itu sudah terbiasa di perkampungan ini. Sebab bukanlah rumah mewah yg terbagi bagi dengan ruangan tersendiri. Ruang makan terpisah dari dapur maupun ruang tamu. Begitu juga kamar anak dan kamar orang tua. Di tempat nenek Welas terdapat balai bambu panjang yg biasanya untuk menginap Resti dan Mila yg gabung dengan ruang tamu.
" Oh ya, kemarin memang ada yg hanyut di kali Progo dan mencarinya lho. Jangan jangan itu kamu Dev?, soalnya team SAR juga mencari lho, sampai malam !"
Deg...
" Aku tidak tahu, tapi ku mohon biarlah saya disini dulu. Saya tidak ingat kejadiannya seperti apa. Saya khawatir jika itu hanya pengalihan untuk mencelakai saya.."
Devia mengarang cerita untuk hal itu dan berpesan kepada Resti dan juga Mila. Agar tidak memberitahukan kejadian itu kepada masyarakat disini. Sebab Devia untuk sementara ingin bebas dari pengawasan kedua kakaknya. Ucapannya yg belepotan seperti itu membuat Resti dan Mila menahan tawa. Antara aku, saya dan ucapan yg Devia lontarkan tersebut.
" Oh begitu, emang kamu mempunyai musuh?"
Aduuuuhhh....!!
" Emang jaman penjajahan Jem ?" Celetuk Resti menanggapi ucapan Mila sambil memukul keningnya.
" Ah elah, kan nanyuak..!"
" Ya setidaknya biar inget gitu, siapa tahu dengan dipancing begitu Devia, eh Devia kan namanya tadi?"
Mila kembali mencoba mengingatkan nama Devia. Walau Devia hanya bengong mendengarkan ucapan Mila tersebut.
" Sepertinya mereka sengaja, agar gw ingat nama gw. Tenang aja, gw tetap akan pura pura terus. Selama Abang Devan dan Davin tidak kesini" kata Devia dalam hatinya. Hanya itu sebenarnya tujuan Devia, agar terbebas dari pengawasan kedua kakaknya.
Tak lama kemudian, Resti dan Mila pun pamit karena ingin mempersiapkan diri mendaftar kerja di sebuah perusahaan. Dan kini tinggallah Devia dan nenek Welas.
Keduanya mengobrol cukup lama, dan nenek Welas pun bercerita tentang kisah hidupnya dahulu. Saat usianya masih remaja hingga mempunyai suami. Namun sangat disayangkan, nenek Welas tidak mempunyai keturunan.
Raut wajah nenek Welas terlihat sedih semenjak ditinggalkan suaminya itu. Apalagi dahulu keduanya sama sama mengabdi di keraton yg hingga sekarang masih kokoh berdiri.
Ia juga cerita jika keraton sudah menyerahkan kekuasaan kepada negara. Namun tetap masih berdiri sebagai simbol bahwa budaya serta kekuasaan kerajaan dahulu masih ada hingga sekarang.
Devia sangat menikmati cerita nenek Welas yg dahulu seorang abdi dalem. Yang kini merasa kesepian itu. Bahkan meminta Resti dan Mila menemani ketika sendirian seperti saat ini. Terlebih ketika kedua anak yg sudah dianggap cucu itu ingin bekerja, sepertinya tidak rela. Namun karena keinginan dan mengejar cita citanya, membuat nenek Welas rela melepas keduanya.
Dan kini ada yg menemani, walaupun baru mengenalnya. Dan nenek Welas sangatlah cocok dengan Devia. Karena Devia sudi mendengarkan cerita serta keluh kesahnya. Nenek Welas berharap, Devia tidak segera mengingat jati diri Devia. Sebab jika semuanya terjadi, maka ia akan kembali sendiri berteman sepi.
" assalamualaikum..!!"
Seseorang mengetuk pintu dari luar rumah. Suara wanita yg sangat lembut terdengar di telinga Devia. Nenek Welas pun beranjak dari duduknya menuju pintu rumah
" Waalaikumsalam warahmatullahi wa barakatuh" Sahut salam nenek Welas, terhadap seseorang dibalik pintu. Kemudian membuka pintu. Tampak seorang wanita paruh baya tersenyum kepada nenek Welas.
" Bagaimana kabarnya mbok..?" Ucap wanita paruh baya itu kepada nenek Welas yg juga turut tersenyum menyambut kedatangan wanita paruh baya tersebut.
Devia mengernyitkan keningnya, sebab penampilan wanita itu bukan sebagai rakyat jelata sekitarnya. Wajah cantik walau usia sudah berumur. Serta berpakaian layaknya seorang bangsawan keraton. Walaupun penampilannya tidak mencolok seperti di tv tv.
" Alhamdulillah, simbok sehat walafiat, lan kaparing berkah. Semanten ugi Kanjeng Gusti Ayu, mugi pinaring wilujeng dan panjang yuswanipun. Pikantuk kugrahan ingkang linuber pangaksami. " Sahut nenek Welas tampak sangat menghormati wanita paruh baya itu.
Kemudian keduanya masuk kedalam rumah nenek Welas. Tampak wanita paruh baya itu mengernyitkan keningnya. Melihat orang asing di dalam rumah, yg tak lain adalah Devia.
...****************...
Biyuuuhh....
Bahasanya kaku 🤣🤣. Banyak typo. Dah nikmati aja😁
Tapi semoga paham bagi para reader, walaupun tidak ada translate nya.🤭
Silahkan subscribe
Like
Dan komentar anda.
Si©iprut
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
✏️Pena Kosong
sampai kapan ya bisa pura2, penasaran bakal seperti apa🤔
2024-11-09
0
✏️Pena Kosong
pengangguran banyak acara😭😭
2024-11-09
0
ѕнισυχ ¹²
sudah bosss
2024-10-14
0