" Siapa mbok?" tanya wanita paruh baya itu sambil menatap gadis cantik. Yang kini duduk sambil menunduk menghormati tamu nenek Welas. Tampak wajah Devia bersemu merah, kala tamu tersebut mengusap kepala Devia.
Devia gugup dengan perilaku Kanjeng Gusti Ayu disebelahnya. Sebab Devia kini mengerti siapa tamu nenek Welas ini. Setelah mengingat beberapa kali melihatnya di televisi. Seorang wanita dari bangsawan tanah jawa, dan masih layak disebut sebagai permaisuri raja. Walau kekuasaan secara nyata saat ini sudah tiada. Namun keluarga ningrat ini masih sangat disegani, dan masih berwibawa penuh di wilayah tanah Jawa.
" Gadis ini kemarin hanyut di kali. Kami menemukannya dan kami bawa pulang kerumah. Menurut informasi, sudah tidak ada orang yg mencarinya hingga siang ini Den Ayu" Sahut nenek Welas, memberikan alasan kepada Kanjeng Ratu Ayu. Tampak Ratu Ayu tersenyum, kemudian menatap Devia secara menyeluruh.
" Namamu siapa nduk cah Ayu?" Tanya Kanjeng Gusti Ayu kepada Devia. Devia menunduk, karena sungkan dan ingin memberikan jawaban yg tepat bagaimana. Terlebih ia tidak terbiasa berhadapan dengan orang orang terhormat maupun bangsawan lainnya.
" Hah...!!"
Devia mengerjapkan matanya. Gugup menjadi pilihan utama untuk menjawab pertanyaan Kanjeng Gusti Ayu disebelahnya. Tampak Kanjeng Gusti Ayu mengulum senyum, sebab Devia gugup menjawab pertanyaannya itu.
" Kalau menurut Resti dan Mila, nama gadis ini adalah Devia. Sesuai petunjuk di gelang yg ia pakai Den Ayu".
Nenek welas menjelaskan masalah nama gadis dihadapannya. Sebab menurutnya, Devia amnesia dan tidak mengingat siapa dirinya.
" Kok , hais... Memangnya kamu tidak ingat siapa dirimu, cah ayu ?".
Kembali Ratu Ayu bertanya kepada Devia sambil tersenyum simpul, namun Devia hanya menggelengkan kepalanya. Kegugupan saat ini berdampak pada mental Devia untuk jujur atau berbohong.
" Sepertinya dia lupa ingatan. Sebab mungkin benturan kepalanya ke bebatuan ataupun kejadian saat dia hanyut di kali"
Nenek Welas tidak membiarkan Devia menjawab. Seperti saat ini, Devia masih begitu gugup dan tampak keringat dingin mengalir di pelipisnya. Membuat Kanjeng Gusti Ayu kembali tersenyum karena raut wajah Devia tampak tidak tenang.
" Ya sudah, semoga lekas mengingat kembali. Saya rasa itu hanya sementara. Oh ya mbok?, apa Satria masih sering kesini?. Semenjak dipaksa Kanda Arya, dia jarang sekali pulang kerumah" Ucap Kanjeng Gusti Ayu menanyakan keberadaan putranya yg kini sering tidak pulang kerumah. Dan salah satu tebakannya menuju ke tempat nenek Welas pengasuhnya dahulu.
Satria memang sering mendatangi nenek Welas yg sudah pensiun menjadi abdi dalem. Semenjak suaminya meninggal beberapa tahun silam. Satria memang sangat menyayangi nenek Welas melebihi saudaranya sendiri.
" Sudah beberapa pekan ini Den Mas Satria mboten pinarak mriki Den Ayu. Mungkin beliau lebih senang berada di luaran sana. Sebab beliau pernah bilang, jika di rumah sudah bosan dengan aturan aturan yg dibuat Ramanipun ". Sahut nenek Welas yg sering mendengarkan keluh kesah Satria beberapa waktu lalu. Namun hingga kini belum juga datang kembali.
Nenek Welas berani melaporkan hal itu kepada Kanjeng Gusti Ayu, sebab keduanya saling percaya. Berbeda dengan suami Kanjeng Gusti Ayu yg sangat tegas dan disiplin. Serta menjunjung tinggi nilai leluhur yg masih dipegang teguh hingga saat ini. Sementara Kanjeng Gusti Ayu dahulunya memang orang biasa dan dipersunting oleh Arya sebagai permaisurinya.
Namun rasa cintanya mulai pudar, semenjak Raden Mas Arya mempunyai selir atau istri kedua. Membuat Kanjeng Gusti Ayu sering mengasingkan diri di rumah nenek Welas.
" Ya sudah, itu tidak mengapa. Dan saya paham tentang Satria saat ini. Apalagi dia juga bersama Rafli pastinya. Nanti saya coba bertanya kepada Rafli tentang keberadaan Satria saat ini" Ucap Kanjeng Gusti Ayu, memahami Satria putranya. Tentu ia juga jengah dengan keluarganya dirumah. Yang sering menjadi perdebatan perebutan tahta dengan saudara saudaranya. Termasuk anak selir suaminya itu.
Dan Kanjeng Gusti Ayu memang meminta, agar Satria tidak bernafsu menguasai tahta maupun harta ayahandanya itu. Sebab akan menjadi permusuhan antara sanak saudaranya nanti. Terlebih dari adik adik ayahandanya yg masih selalu berkeinginan mendapatkan jabatan maupun derajat yg lebih tinggi. Walaupun sebenarnya kini bukanlah sebuah kerajaan seperti dahulu kala.
Penguasaan perindustrian maupun perusahaan lah yg menjadi perebutan antara sanak saudara dari ayahandanya itu.
Dan mungkin dengan kekuasaan yg mereka dapat, menjadikannya termasyhur serta dihormati. Namun berbeda dengan Kanjeng Gusti Ayu dan Satria yg ingin hidup seperti khalayak umum lainnya. Tidak memandang pangkat dan derajat, miskin ataupun kaya.
Devia sejak tadi hanya bisa mendengarkan percakapan. Walau lebih banyak tidak mengerti. Sebab Kanjeng Gusti Ayu dan nenek Welas berbicara dengan bahasa Jawa.
Walau Devia sejatinya mengerti, namun bukan bahasa Jawa Krama seperti yg ia dengar saat ini. Tetapi bahasa Ngoko ataupun kasar yg pernah dipelajari bersama budhe Watik dahulu.
Rasa lelah dan kondisi badannya belum fit, membuat Devia mengantuk. Ingin rasanya badan diurut, namun luka luka yg dialami oleh Devia harus sembuh terlebih dahulu.
Sore harinya setelah istirahat, Devia terbangun dan mencari keberadaan nenek Welas. Yang kebetulan berada di area dapur. Tempat memasak yg masih seperti dahulu. Tidak menggunakan kompor minyak maupun kompor gas seperti saat ini.
Devia perlahan turut serta membantu nenek Welas memasak. Hal ini pernah dilakukan ketika berkunjung ke tempat budhe Watik bersama bibinya, Safira.
" Memang bisa nduk ?" Tanya nenek Welas kepada Devia sambil tersenyum memperhatikan Devia memasukkan kayu bakar yg membara.
" Sepertinya saya pernah begini nek. Tapi lupa dimana " sahut Devia sambil mengingat ingat, secara pura pura. Agar tidak dicurigai oleh nenek Welas.
" Ngga usah dipaksakan, daripada nanti sakit kepala" sahut nenek Welas, yang memang menahan Devia agar tidak teringat kembali. Karena memang menginginkan teman selain Mila dan Resti.
Kehadiran Devia seakan menjadikan nenek Welas rindu terhadap sesuatu yg belum pernah terucap. Dan dilihat dari raut wajahnya yg sudah sepuh, Devia yakin jika nenek Welas menyembunyikan sesuatu. Wajah yg sudah renta itu seakan menahan tangis. Hingga lambat laun tetesan airmata mengalir dipipinya perlahan.
" Apakah nenek senang, jika saya berada disini ?" tanya Devia sambil menatap nenek Welas. Yg dijawab dengan anggukan oleh nenek Welas.
" Senang sekali nduk, nenek jadi ingat dengan Romiyati. Romiyati adalah anak semata wayang nenek dahulu. Ia lupa ingatan seperti dirimu. Namun takdir berkata lain, sebab ia menderita kemudian meninggal atau entah kemana. Sebab sampai sekarang tidak tahu keberadaannya ". Sahut nenek Welas terisak mengingat putrinya yg telah lama pergi. Rasa sedih mengalir begitu saja dalam diri Devia.
" Maaf nek, jika saya membuat nenek sedih. Maka anggaplah saya putri nenek "
Devia memberikan pilihan dirinya sebagai pengganti putri nenek Welas. Karena tidak tega melihat nenek Welas yg begitu sedih.
" Panggil nenek dengan simbok ya !"
...****************...
Ya ampuuuunnn....
Banyak typo di bab ini.
Mohon ampun Baginda Raja
😭😭😭
Mohon dukungan 🌹🌹
Like 👍
Subscribe dan Vote ya
Salam
Si©iprut
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
👑Кιкαη Αqυєєη👑
kalau ada istri kedua, lupa sama istri pertama, /Curse/
2024-08-14
7
✏️Pena Kosong
sepertinya akan menuju pada perebutan tahta. jadi settingnya di keraton sepertinya.
2024-11-09
0
ѕнισυχ ¹²
ini juga perlu diperbaiki
2024-10-14
0