Seperti biasa Devia bersama Resti berangkat ke kantor menggunakan angkot. Hari ini Mila tidak masuk kerja, sebab ayahnya dirawat di rumah sakit. Dan Mila minta ijin untuk menjenguk serta mengurus ayahnya itu.
Devia ingin membantu, namun bagaimana caranya agar tidak ketahuan oleh Mila dan Resti. Sebab Resti selalu menganggap Devia adalah orang kaya sesungguhnya. Sebab dengan memberikan uang secara cuma cuma kala itu membuatnya minder jika bersama Devia
" Hey, melamun terus. Mikirin apaan sih ?" Devia mencoba menegur Resti yg sering melamun.
" Aku tuh masih penasaran sama kamu. Bahkan kehidupan disini dengan di rumahmu sana pasti berbeda. Tapi kenapa kok kamu betah disini sih?, apa karena Den Satria ?" Sahut Resti membuat Devia gelagapan, tidak dipungkiri juga ia tertarik dengan Satria. Terlebih perhatiannya. Walau kadang membuat Devia jengkel dan salting bersamaan.
" Hais, gw tuh mikirin simbok Welas, sebenarnya itu tanggung jawab Satria. Tapi simbok Welas tidak mau jauh dari gw. Gw harus bagaimana coba." Devia mencoba memberikan keterangan yg realistis dari sudut pandang Resti. Sebab kalau masalah Satria itu jauh berbeda dengan kemauannya saat ini.
" Oh kirain tentang Den Satria"
" Hais, mana gw berani. Dia orang ningrat begitu. gw mah apa coba. Hanya remukan ciki nempel di plastik. Terlihat tapi terus dibuang." Resti menahan tawanya mengenai perumpamaan Devia itu bahkan sampai menepuk pahanya sendiri kemudian memegang perut karena sakit akibat tertawa.
" Ya kan ?" Resti mengangguk namun tawanya tidak terhenti.
" Tapi begini maksudku Vi, kamu kan juga orang kaya. Masa remukan ciki sih!"
" Kaya apaan, sama aja kali Res. Hidup disana tidak jauh di sini. Keluarga gw juga sederhana. Emang bayangan lo bagaimana tentang gw?" Sahut Devia menatap Resti. Mungkin Resti mengira Devia seperti Rafi Ahmad yg kaya raya itu.
" Yah tebakanku sih kaya di novel novel, kamu itu orang kaya punya banyak perusahaan. Punya mansion mewah dan pesawat pribadi begitu." Sahut Resti yg terbiasa membaca novel online noveltoon.
" Ngaco lu, kalau engga percaya tanya budhe Watik sana. Lu kan punya nomernya kan. Dia aja pensiun, ga kuat bayar budhe Watik keluarga gw tuh " Ucapan Devia dan hal itu dipercayai oleh Resti dan mulai saat ini percaya jika Devia hanya orang biasa seperti khalayak umumnya.
" Tapi wajahmu dan kulitmu agak kebule bulean lho " Ucap Resti sambil mencoba menelisik wajah serta kulit Devia saat ini. Memang terlihat mirip bule namun tertutupi kulit asia ibundanya.
" Ya elah Ris, emang lu percaya sama Mila juga jika dia keturunan negro. Hitam begitu ?"
" Hais, itu kan aku kenal sama keluarganya. Dianya aja yg sering panas panasan di sawah makanya kulitnya exotis begitu" Canda Resti, memang Mila berbeda warna kulitnya dengan Resti apalagi dengan Devia. Tentu hal itu menjadi perbincangan hangat antara Resti dan Devia. Namun tak mengurangi keakraban keduanya apalagi mengenai ras tertentu.
" Sore jenguk ayahnya Mila ya Vi, di rumah sakit "
" Ok ".
" CK, kamu main oke saja, entar kalau Den Satria cegat pulangnya lagi, ga jadi kan"
" Tetap jadi, gw udah nolak pokoknya kalau dia ada. Bodo amat sama Satria. Bisanya ngancam mulu" Sahut Devia gemes juga dengan sikap Satria yg selalu memintanya selalu bersama.
" Inget aku lho Vi, ancamannya menyangkut kehidupanku selanjutnya" Ucap Resti yg tahu jika Satria mengancam karirnya di perusahaan. Karena telah memalsukan identitas diri Devia. Walaupun keduanya sama sama bersalah. Resti meminta Devia untuk selalu menolongnya dalam hal ini. Tentu dengan Devia agar tetap dekat dengan Satria.
" Tenang saja kalau masalah itu. Dia ga bakalan berani mengusik Lo." Sahut Devia, sebab hal ini akan disampaikan ibunda Satria yg tak lain Kanjeng Gusti Ayu.
" Lapor Kanjeng Gusti Ayu ya!" Celetuk Resti dan hal itu diangguki oleh Devia.
Hingga keduanya sampai kekantor dan melakukan aktifitasnya selama jam kerja. Beruntung hari ini tidak terlihat Satria di kantor. Hal itu membuat Devia lega dan fokus dengan pekerjaannya.
Sore harinya Resti dan Devia pun menuju rumah sakit, tempat dirawatnya ayah Mila. Kebetulan Mila berada disana dan Resti serta Devia menemuinya lebih dulu.
" Bagaimana kondisi Lek Sukri Mil ?" tanya Resti yg akrab memanggil ayahnya Mila dengan sebutan pak lek atau lek Sukri.
" Sudah membaik, ini masih perawatan dan dilakukan secara intensif. Sebab perut bapak harusnya di operasi usus buntu nya. Tapi biayanya belum cukup Res. Nunggu mas Ikbal dapat pinjaman dahulu " Ucap Mila tampak sedih, karena faktor biaya rumah sakit.
Sebab kartu kesehatan dari pemerintah tidak mampu bayar tiap bulannya. Berharap keluarganya tidak menginjakkan kaki dirumah sakit kedepannya. Namun siapa sangka ayahnya justru masuk rumah sakit dan harus operasi.
Resti berusaha menghibur Mila, ingin membantu juga rasanya tidak mungkin untuk saat ini. Gaji pertama bekerja pun sudah diperbantukan kepada Mila. Begitu juga Devia yg tampak menimbang nimbang bantuan lain terhadap Mila saat ini.
" Tak nengok lek Sukri sik" Ucap Resti dan kemudian menyeret Devia masuk kedalam ruangan. Disana ada mamaknya Mila yg membantu suaminya minum. Tampak keduanya tersenyum melihat sahabat anaknya datang. Devia membawa buah buahan untuk lek Sukri yg sedang dirawat saat ini.
Berbagai pembicaraan pun terjadi. Mamaknya Mila sudah mengetahui siapa Devia tersebut. Bahkan banyak gadis yg berlomba lomba ingin seperti Devia yg dekat dengan nenek Welas. Namun larangan orang tua membuat banyak gadis mengurungkan niatnya. Sebab kedatangan Raden mas Satria dan Kanjeng Gusti Ayu menjadikan masyarakat sungkan jika bertemu. Walaupun satu dua orang tetap memperhatikan serta menjaga nenek Welas tanpa diketahui oleh Satria dan ibundanya.
" Nak Via belum ingat siapa sebenarnya?" tanya mamaknya Mila yg selalu memperhatikan Devia semenjak kedatangan pertama Devia di rumah nenek Welas.
" Belum lek" bukan Devia yg menjawab, tapi Resti memotong Devia yg ingin menjawab pertanyaan dari mamaknya Mila. Dan tampak senyuman dari bibir mamaknya Mila. Sebab Devia sendiri merupakan anak yg sopan dan selalu menjaga etika berkomunikasi dengan orang lain. Bahkan tata Krama dan tindak tanduknya juga membuat orang kesengsem dan menginginkan menjadi menantu putranya. Namun semua terpatahkan dengan perilaku Kanjeng Gusti Ayu yg selalu dilihat masyarakat terhadap Devia membuat masyarakat sungkan terlebih dahulu untuk mendekati Devia.
Tapi Devia sendiri yg mau berbaur dengan masyarakat, dengan alasan mencoba mencari kesembuhan dengan sendirinya.
Masyarakat kampung tempat Resti tidak melaporkan tentang Devia, sebab semua menghormati nenek Welas, apalagi dengan Kanjeng Gusti Ayu. Dan mereka tidak berani berbuat macam macam terhadap Devia dan juga nenek Welas.
" Oh ya lek, kami keluar dulu menemui Minul " Ucap Resti berpamitan kepada orang tuanya Mila. Sering menyebutnya Minul, karena kalau berlari kental kentul karena badannya berisi.
" Yo wes, makasih Yo " sahut mamak ya Mila dan kini tinggallah berdua kembali bersama suaminya yg terbaring.
" Muga oleh berkah Yo pak, tapi kabeh mau pasrah maring Gusti Allah" ucap mamaknya Mila kepada suaminya. Dan suaminya pun mengangguk membenarkan. Tidak tahu mitos dari mana, jika dekat dengan abdi dalem rejeki bisa lancar. Yang penting hindari berkeluh kesah dan tetap ngabekti maring Gusti Allah. Itu adalah cirikhas dari warga perkampungan tersebut, menjadi keyakinan tersendiri selama beberapa kurun waktu belakangan ini.
Dan memang sudah terbukti walau itu semua tetap dengan usaha dan tawakal. Tak lupa untuk setia beribadah menurut kepercayaannya masing masing.
...****************...
Devia oh Devia.....
Mohon dukungan 🌹🌹
Like 👍
Subscribe dan Vote ya
Salam
Si©iprut
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Muhammad Zidan
ammirennn
2024-10-12
0
Muhammad Zidan
wehhhh dasar
2024-10-12
1
Muhammad Zidan
kbnykn baca novel hhha
2024-10-12
0