"Haa... Apa yang harus aku lakukan"
Aku saat ini sedang berjalan ke tempat latihan kesatria kami setelah berganti baju menjadi baju latihan
Kepalaku masih terus terganggu dengan benang sihir yang terus menerus dikatakan gagal oleh Rust
'Apa yang kurang darinya?...'
Aku terus berfikir sambil menatap benang sihir yang mengembang di tanganku
'Apakah konsentrasi sihirnya rendah?...'
Aku terus berfikir dan berfikir sampai sampai aku tak sadar sudah sampai ditempat latihan para kesatria dan...
*Duk!
"Aghh!!"
Sebuah pedang kayu menghantam kepalaku dengan ringan. Meskipun ringan itu mengejutkan ku
"Apa yang kau pikirkan Art? Bisa bisanya kau berjalan dengan tatapan ke tanah"
Yang berada di depanku adalah Leon yang sedang memegang pedang kayu yang disandarkan di bahunya
"Jangan mengejutkanku kak..."
Aku hanya bisa membuat wajah pahit, lagipula ini juga salahku karena tidak memperhatikan jalan
"Hahahaha sepertinya dia sedang mendapatkan masalah dengan Rust!"
Ayahku tertawa ringan sambil mengelus kepala ku dengan kasar
"Karena kau baru datang lari sepuluh putaran!"
"Baik!"
Aku bergegas berlari mengitari lapangan yang terlihat cukup luas untuk tempat latihan kesatria
Meski aku berlari, pikiranku tidak berada ditempatnya
Aku terus menerus memikirkan apa yang salah dalam sihir ku apakah intensitas mananya kurang?, apakah warnanya berbeda?, apakah ketebalannya kurang?
"Art! Sudah cukup ayo kemari!"
Pikiran ku kembali ke tubuhku, tersentak dengan panggilan ayahku yang menyuruh ku untuk mendekatinya
Aku mendekatinya tanpa mengucapkan sepatah kata pun dan hanya menatap jalan dengan tatapan kosong
"Ada apa Art? Kau terlihat aneh hari ini?"
Ayahku memiringkan kepalanya dengan wajah sedikit khawatir melihat putranya yang terlihat suram
"Ayah... Apa yang kurang dari benang ku"
Aku mengulurkan kedua tanganku memperlihatkan seutas benang yang terlihat diantara keduanya
Ayahku sedikit terkejut melihat benang ku lalu mengangguk seolah olah dia paham tentang apa yang terjadi
"Art. Bukankah kau belajar sihir melodi dengan Rust?"
"Ya?"
Aku memiringkan kepalaku dengan bingung dengan pertanyaan ayahku yang aneh
"Lalu kenapa kau membuat benang dan bukannya garis?"
Aku masih bingung dengan apa yang dibicarakan ayahku, menangnya apa bedanya?
"Garis milik rust itu bisa ditembus, sedangkan miliki mu-"
Ayahku mencabut sehelai rambutnya lalu mendekatkannya ke benang ku lalu seketika benang ku memotong rambut ayahku
"Benang milik mu memotong sesuatu"
Hal ini membuat ku terkejut sampai membelakkan mataku tidak percaya dengan apa yang aku lihat
"Lalu apa yang harus aku lakukan...."
Aku menundukkan kepalaku mencoba berfikir keras tentang apa yang harus kulakukan
"Kau tidak perlu khawatir, untuk sekarang ambillah pedang mu dan ikut berlatih bersama Leon"
Aku hanya mengangguk dalam diam mendengar perkataan ayahku yang memasang senyum diwajahnya
"Benang yang bisa memotong sesuatu diusia segini... Apa yang kau pikirkan anak ku..."
Aku seolah mendengar sesuatu seperti gumaman ayahku namun aku menghiraukannya dan segera mengambil pedangku
Aku segera berjalan disebelah Leon dan berdiri tepat di sebelahnya dengan posisi pedang standar
"Kalau begitu ayunkan sebanyak lima ratus kali!"
"Baik!"
Yah aku tidak tahu apakah pelatihan pedang ini wajar untuk dilakukan oleh anak berumur lima tahun tapi ini seharusnya baik baik saja jika ayahku yang melakukannya
...****************...
""Lima ratus!!""
Aku dan Leon langsung jatuh ketanah dengan bunyi tumpul yang bergema cukup kecil mungkin karena kami tidak terlalu berat
"Hah.. Hah...Ha.. Berapa kali pun dilakukan ini tetap melelahkan"
"Haah.. Hah.. Haah.. Kau benar... Ini benar benar melelahkan"
Ayahku melihat kami yang kelelahan dengan wajah puas saat melihat kami"
"Kalian segera bersihkan tubuh kalian"
"S-Sebentar lagi.. Aku masih mengatur nafas ku"
"B-Benar!"
Aku dan Leon masih masih mencoba mengatur nafas kami agar menjadi lebih stabil setelah melakukan latihan yang cukup melelahkan
"Hm? Apakah tidak apa apa? Bukankah kalian akan terlambat?"
Aku mengangkat sedikit kepalaku dan melihat ayah ku dengan perasaan bingung, sepertinya ada yang aku lupakan
"Apakah kalian lupa? Ini kan hari festival panen"
""AH! FESTIVAL!!"
Aku dan Leon segera bergegas menuju kamar kami masing masing mengabaikan ayahku yang menatap kosong kearah lorong yang baru saja kami lewati
"Haaaah... Anak anak itu"
Edward hanya bisa memijat pelipisnya seolah pusing menghadapi kelakuan kedua anaknya itu
...****************...
Aku dan Leon berjala menembus keramaian jalan yang dipenuhi dengan kios kios yang berjejer disepanjang jalan
"Lihat Art! Itu ada yang menjual sate!"
"Sate lagi? Sepertinya kau suka sate ya. baiklah klau begitu ayo beli"
Aku dan Leon mendekati penjual sate tersebut dan ternyata dia adalah penjual sate yang sama dengan penjual sate sebelumnya yang aku beli dengan Leon
"Wah wah wah lihat siapa ini, kalian datang lagi rupanya"
Penjual sate itu tersenyum lebar saat melihat kami berada tepat didepan kiosnya
"Pak tolong dua satenya pak!"
"Siap tuan muda!"
Penjual sate itu segera mengambil dua sate yang baru saja matang dan menyerahkan kepada kami berdua
*Ham
Aku dan Leon langsung menggigit sate itu dan sesuai dugaan sate dari penjual ini benar benar enak
Saking enaknya wajahku dan Leon serasa meleleh saat sensasi jus dari daging itu merembes keluar di setiap gigitannya
"Hahaha kalian sepertinya suka sekali dengan sate ku bukan?"
"Benar! Satenya benar benar enak!"
Aku hanya memberikan anggukan kecil sebagai tanggapan sementara Leon berteriak dengan gembira
Penjual sate itu tersenyum dengan bahagia saat melihat tanggapan kami berdua
"Terimakasih nak! Oh iya apa kalian akan nonton orkestra nanti malam?"
"Orkestra?"
Aku dan Leon saling memandang dengan bingung
"Oh kalian tidak tahu ya? Sebenarnya malam ini akan diadakan orkestra oleh orkestra keliling"
"Hei Art! Bagaimana jika kita menontonnya?"
"Eh? Kita harus minta ijin ayah dan ibu dulu bukan?"
Akan sedikit menyedihkan jika melihat mereka berdua berlari kesana kemari untuk mencari kami saat sedang menonton orkestra jadi alangkah baiknya jika berbicara terlebih dahulu
"Hmm sepertinya benar juga"
Leon mengangguk berkali kali seolah paham dengan apa yang aku katakan, sedangkan penjual sate itu tersenyum saat melihat kelakuan kita yang mendiskusikan hal ini
"Baiklah kalau begitu ayo pulang!"
"Jangan pulang secepat kak, kita pergi jalan jalan dulu sebentar dan beli beberapa camilan untuk ibu agar setidaknya kita bisa melunakkan hatinya meski sedikit"
Saat mendengar kata kata ku Leon mengangguk paham dan langsung menarik tanganku
"Kalau begitu ayo!"
"Ah tunggu kak! Terimakasih pak penjual sate!"
meski ditarik oleh Leon aku tetap harus berterimakasih kepada penjual sate karena memberi tahu kami tentang orkestra yang akan digelar nanti malam
"Sama sama bocah! Lain kali beli lagi yaa!!"
Aku tersenyum kecil saat melihat penjual sate itu melambaikan tangannya dengan bahagia
yang tersisa hanya meminta persetujuan ayah dan ibu, kalau ayah aku yakin dia akan mengijinkan tapi kalau ibu..
"Kuharap ini tidak akan terlalu sulit"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments