*Crack
Kotak kayu yang dibuka oleh ibuku itu menimbulkan suara berdecit saat dibuka
"Hmhmmm hmhm~"
Ibuku bersenandung riang saat membuka kota kayu yang berisi buku buku mahal tersebut
"Aku sudah menunggu cukup lama untuk edisi ini hehe"
Sepertinya ibuku memiliki obsesi yang aneh soal buku buku
*Clack
"Oh? Lucia kau sudah kembali?"
Ayahku menyapa ringan dengan senyum ramah diwajahnya
"Hm? Ada apa sayang? Tidak biasanya kau selemas ini?"
Kalau dipikir pikir benar juga, dia biasanya akan berteriak seperti anak kecil dan akan segera memeluk kami, tapi kali ini tidak
"Haaa... Ini soal orang orang itu.."
Edward duduk lemas di sofa tepat disebelah ibuku yang sedang memegang buku di tangannya
"Apakah sudah ada pergerakan?"
Ibuku bertanya dengan khawatir kepada ayahku yang masih dalam kondisi lemas disebelahnya
"Lebih buruk.. Sepertinya mereka mencoba menciptakan benda itu lagi"
Ayahku menjawab dengan malas, meski begitu ibuku memasang ekspresi terkejut dan bingung
"Maksud mu, para corrupted?"
"Yah seperti dugaan mu"
*Buk
Buku yang dipegang ibuku terjatuh, wajahnya seketika memucat seolah mendengar sesuatu yang mengerikan
"Jangan khawatir kita berhasil menghapus sebagian besar data mereka, dan itulah sebabnya mereka mulai dari awal kembali dan itu akan memakan waktu cukup lama, cukup sampai kita berhasil menemukannya"
Ayahku yang semula terduduk lemas menegakkan tubuhnya dan memegang kedua bahu ibuku, berusaha meyakinkannya
"Tapi..."
"Jangan khawatir, kau tau hampir semua orang yang berada di sini adalah pejuang bukan? kita akan aman"
Ayahku tersenyum lembut sebelum memeluk ibuku yang wajahnya memucat karena ngeri
'Hebat sekali mereka, berani bermesraan di depan seseorang yang sudah menjadi bujangan selama tiga puluh tahun'
"Ummm.. Sayang anak kita membuat ekspresi aneh lagi"
Ayahku yang tidak sengaja melirik ku membuat ekspresi konyol yang aneh
"Eh? Pft- Ahahahahah ekspresi apa itu ahahahaha"
"Dia seperti sedang melihat sampah saja yah.."
Suasana suram sebelumnya hilang seketika seolah tidak pernah terjadi sama sekali, dan malah digantikan oleh suasana hangat keluarga yang dipenuhi tawa
'Yah kehidupan ini tidak buruk juga'
Mereka berdua sedikit berdebat dari siapa aku mendapatkan tatapan itu semakin memperhangat suasana
"Hihi"
Untuk pertama kalinya setelah dilahirkan aku tertawa jujur melihat kehangatan keluarga baru ku ini
Tanpa sadar waktu berjalan sangat cepat seolah segala sesuatu baru terjadi kemarin, saat ini aku sudah berumur lima tahun
...----------------...
*Tap tap tap tap
Seorang anak berambut putih berlari disebuah taman dengan sebuah ranting ditangannya
"Heeei!!! Arthur!!! Ayo bermain!!"
Dia Leon kecil, sudah lima tahun dan dia telah tumbuh menjadi anak kecil yang imut
"Pergilah kakak, kau mengganggu ku"
Dalam lima tahun sebelumnya tidak banyak hal menarik yang terjadi aku masih diganggu oleh Leon saat latihan, ayah dan ibuku masih tetep romantis, dan terkadang aku mengobrol dengan Rust
Penampilan ku tidak banyak berubah, masih dengan rambut hitamku dan mata heterokromia ku namun bedanya aku menjadi semakin tampan
Aku segera menutup buku ku dan menepuk ringan kepala Leon dengan buku yang berada ditangan ku
*Tuk
"Aduh!"
"Jangan berlari lari, nanti kau jatuh"
Aku tersenyum lembut melihat kakak kecil ku yang sedang memegangi kepalanya yang baru saja ku ketuk dengan buku barusan
Jika kalian bertanya kenapa aku memanggilnya kakak mari kita kembali ke beberapa hari yang lalau
...----------------...
"Hei Art!"
Sebuah suara memanggil ku saat aku sedang membaca buku dengan santai dibawah sebuah pohon
"Ya?"
"Aku ini lahir lebih dulu bukan?"
"Ya"
"Kalau begitu panggil aku kakak!"
Leon memasang wajah bangga sambil melipat kedua tangannya
"Kau hanya berbeda beberapa menit, kita tidak harus melakukan itu"
Aku dengan enggan menepis permintaan konyolnya itu dengan jawaban yang sekiranya masuk akal
"Ehhh tidak! Pokoknya panggil aku kakak!!
"Ehhh"
...----------------...
Kembali ke waktu sekarang kalau dipikir pikir alasanku menurutinya itu karena tak tahan lagi karena dia terus menerus memintaku memanggilnya kakak hingga pada akhirnya aku menyerah dan memanggilnya kakak
"Ayolah! Mari kita main!"
"Tidak"
Aku segera merapikan pakaianku dan berjalan menuju rumah
"Ayo bermain?"
"Tidak"
Aku menolaknya dengan tegas berharap dia akan menyerah dan pergi meninggalkan ku sendirian
*Sret
Leon tiba tiba berada di depan ku mencoba menghalangi ku dengan tubuh kecilnya
"Ayolah kumohon~"
'Ah sepertinya ini yang dinamakan teknik anak anjing'
Meski tak berefek aku masih tidak tega melihat anak berumur lima tahun mencoba yang terbaik untuk mengajakku bermain
"Haa.... Baiklah kalau begitu apa yang harus kita lakukan?"
"Horeeee! Kalau begitu ayo ke kota!"
Leon berseru gembira mendengar jawabanku dan segera menarik tanganku pergi
"Tunggu sebentar Leon!"
"Eh? Kenapa?"
"Kau ingat pesan ibu bukan?"
"Selalu gunakan penyamaran?"
"Tepat"
Ibu selalu berpesan jika kita ingin mengunjungi kota kita harus menggunakan penyamaran, jika itu aku aku paham karena rambut hitam ini yang melambangkan iblis
Setelah mencari di beberapa buku, ternyata iblis sangat dibenci oleh semua ras karena leluhur mereka memusnahkan hampir setengah dari populasi dunia ini
Tapi Leon, entah kenapa dia juga harus menggunakan penyamaran, apakah karena rambut putihnya
"[ILLUSION]"
Sebuah cahaya menyelimuti kami berdua, seketika warna rambut kami dan mata kami berubah warna
Warna rambut kami sekarang sama sama berwarna coklat dan mata kami berwarna coklat terang
"Kalau begitu ayo"
Ucap ku ringan kepada Leon dan segera kami berjalan menuju pusat kota yang ramai oleh para warga
Setelah kami masuk ke kawasan pusat kota kita disambut dengan pemandangan toko toko yang dihiasi dnegan cukup baik
'Tempat ini tidak banyak berubah'
Aku masih mengingat dengan jelas saat aku dan ibuku datang kesini dan bertemu nenek Ito
"Wahhh lihat Art disana ada yang menjual sate! Ayo kita kesana!"
Leon langsung menarik ku kearah penjual sate tersebut
"Pak! Kita beli dua!"
"Haa... Beli satu saja pak"
"Hahaha baik pria kecil"
Penjual toko tersebut tertawa kecil saat kami memesan
"Eh? Kenapa cuma satu? Kau tidak mau?"
Aku menepuk bahu Leon yang sedang memiringkan kepalanya
"Aku tidak nafsu makan kak, jadi kau saja"
"Nah silahkan nak ini dua satenya"
Penjual itu bukannya memberikan satu sate tapi malah memberikan dua sate kepada kami
"Eh? Tapi bukannya aku memesan satu?"
"Yang ini aku gratiskan, anak anak seperti kalian harus makan banyak agar tumbuh tinggi, ngomong ngomong harganya jadi tiga Cooper kecil"
Aku tersenyum kecil melihat penjual baik hati itu yang mau memberikan daging ini meskipun aku tidak memintanya
"Kalau begitu terimakasih pak, ini tiga coopernya"
Setelah aku memberikan tiga koin cooper aku segera pergi bersama Leon meninggalkan toko sate tersebut
"Hmm~ bukankah sate ini cukup enak?"
"Kau benar, ini diluar ekspektasi ku"
Rasa sate ini sangat lezat, bumbunya meresap dengan baik kedalam daging, dan tingkat kematangannya pas sehingga mudah dimakan
Saat kami berjalan santai sebuah gang menarik perhatianku, gang yang pernah kami kunjungi lima tahun yang lalu
"Hei Leon, ayo kemari sebentar"
"Eh? Mau kemana?"
Tanpa menjawab Leon aku langsung berjalan menuju gang itu dan berhenti disebuah toko buku tua yang terlihat familiar
"Toko buku? Kaka ingin beli buku lagi?"
"Hei kakak, tidak kah kau familiar dengan tempat ini?"
Saat mendengar ucapan ku Leon hanya membuat ekspresi bingung diwajahnya, sepertinya dia tidak ingat sama sekali
"Haa... Sudahlah, ayo masuk"
Aku segera menarik tangan Leon masuk ke toko buku tua itu
*Clang clang
Suara lonceng yang dipasang di pintu bergema diruang yang penuh dengan rak rak buku
"Wahh, sepertinya kita kedatangan seorang pelanggan"
Seorang nenek tua terdengar dari belakang konter, seorang wanita tua yang tetap cantik meskipun termakan oleh usia
'Dia tidak berubah sedikitpun?'
Aku menetap nenek Ito curiga, penampilannya tidak berubah sedikitpun meski waktu sudah berjalan cukup lama
"Hei nak, kau tahu jika menatap seseorang seperti itu sebenarnya tidak sopan loh"
Tubuhku seketika diselimuti hawa dingin saat nenek itu berbicara, meskipun dia tersenyum namun dia terlihat sedikit menyeramkan
"Maaf atas kekasaran ku, aku ingin mencari sebuah buku"
"Hoo, buku apa itu?"
"Ensiklopedia monster"
"Tentu, biar ku carikan"
Nenek Ito segera pergi ke ruang belakang untuk mencari buku yang ku pinta
"Hei Art, ayo pergi, nenek itu menyeramkan"
"Tenang saja Kak, dia orang yang baik"
Setelah beberapa saat nenek Ito kembali dengan sebuah buku ditangannya
"Harganya satu koin emas"
"Hanya satu koin emas?, Bukankah itu terlalu murah?"
Sebuah buku tentunya akan sangat mahal apalagi jika itu buki yang berharga, buku ensiklopedia monster dapat dibilang cukup mahal, bahkan yang paling murah itu adalah sepuluh koin emas
Jika kalian bertanya kenapa aku memiliki uang sebanyak itu jawabannya sederhana karena aku tidak pernah memakainya, dan juga aku mendapatkan satu koin emas setiap bulannya dari ayahku
"Buku itu terlalu lama berada di toko tua ini, akan sayang jika buku sebagus itu hanya tinggal di tokok ini"
Meski sedikit curiga aku mau tak mau hanya bisa menghela nafas
"Haaa.. Kalau begitu terimakasih"
"Sama sama, dan ayo cepat pergi sekarang sudah waktunya tutup"
Nenek Ito bangun dari kursinya dan mendorong kami dengan lembut keluar dari toko sebelum menutup pintunya
"Dasar... Kalau begitu ayo kembali kak"
"Ya!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Uchiha Itachi
Menggetarkan jiwa! 😍
2024-06-18
1