..."Dengan jarak, kerinduan akan bertindak"...
...-Dina...
...***...
Hari ini Dina sudah bersiap untuk berangkat ke Desa yang terletak tidak terlalu jauh dari kota, hanya butuh waktu dua jam untuk sampai di sana. Ia duduk di mobil dengan pikiran yang tak menentu, sejak semalam ia tak dapat kabar dari Rendra, lelaki itu tidak mengiriminya pesan apapun.
Padahal biasanya setiap malam Rendra selalu mengirimnya pesan dengan segala kehumorannya yang membuat Dina tertawa meskipun tak di balas olehnya. Tapi tadi malam ia tidak mengirimkan pesan apapun dan itu membuat Dina sedikit sedih.
"Jangan melamun," ucap Ghea di samping Dina.
"Ngantuk, semalem kurang tidur," jawab Dina.
"Ya sudah kalau gitu kamu tidur aja, nanti kalau sudah sampai aku bangunin," ucap Ghea tersenyum.
Dina mengangguk seraya merebahkan kepalanya di pundak Ghea yang sedang asyik menonton drama di ponselnya selama perjalanan.
Sesampainya di desa yang mereka tuju, Dina terbangun sambil merapihkan kerudungnya. Mereka semua turun dari mobil dan membawa koper masing-masing.
Dina beberapa kali menguap, wajar saja mereka berangkat sejak shubuh karena takut macet dan Dina semalam tidur kemalaman. Dina mengucek matanya sambil mengambil minum di tasnya dan meneguknya.
"Kurang tidur ya?" sapa seorang lelaki.
"Iya kak, kemarin susah tidur," jawab Dina.
"Nih ada vitamin supaya badan lebih segar, sebentar lagi kita sampai ke penginapan dan sarapan di sana," ucap Riko memberikan vitamin pada Dina.
"Terimakasih kak," jawab Dina tersenyum.
Riko berjalan meninggalkan Dina untuk memimpin perjalanan mereka, mobil mereka tidak bisa masuk ke dalam karena tidak ada tempat parkir, mereka memutuskan menitipkan mobil di rumah ketua RT.
"Ada dua rumah, bagian laki-laki rumah yang coklat itu, yang perempuan yang ini, kalian istirahat dulu sebentar lagi kita siap-siap sarapan," ucap Riko.
Dina dan Ghea memilih langsung masuk ke dalam rumah, rumah yang lumayan besar, ada empat kamar yang bisa mereka tempati dan Dina langsung memilih kamar utama dan langsung memeluk kopernya sambil memejamkan matanya.
"Ehh jangan tidur kayak gitu, kamu tidur di kasur lipat itu," ucap Ghea.
Dina menggeleng, ia malas harus membentangkan kasur lipat yang masih di ikat di ujung kamar, dengan kebaikan hati Ghea, ia langsung membentangkannya agar Dina bisa tidur di kasur.
"Udah tidur di sana," ucap Ghea.
"Makasih kakakku yang paling baik," ucap Dina sambil meringkuk jalan ke kasur.
Ghea hanya terkekeh melihat kelakuan sahabatnya itu. Dina dan Ghea berteman sejak mereka masuk jurusan yang sama, usia Ghea setahun lebih tua dari Dina. Ghea selalu membantu Dina dan menyayangi Dina layaknya seorang kakak. Dan belum beberapa menit, Dina sudah masuk ke alam mimpi, dengan sigap Ghea menggambil selimut dan menyelimuti gadis cantik itu.
...***...
Rendra masih terdiam di hotel. Setelah selesai memberikan rancangan pada asisten hotelnya ia memilih kembali ke kamar hotel untuk beristirahat.
Sejak sampai di Jakarta, ia hanya terdiam dengan segala kebimbingannya. Nadia sudah menghubunginya kembali dan mengabarkan kondisi Papahnya yang masih belum ada perubahan. Ia berharap Rendra bisa datang menjenguknya meskipun kemungkinannya tidak.
Sejak semalam ia hanya tidur tiga jam, beberapa kali panggilan di ponselnya berdering, namun ia tak mengangkatnya ia terlalu malas untuk melakukan hal di luar kehendaknya. Rendra terdiam di kamar, ia memilih untuk mandi dan melakukan kerja pertamanya dan rapat dengan staf hotel.
...***...
Rendra sudah selesai dengan pekerjaan, renovasi juga sudah di mulai sejak siang. Rendra meminta untuk segera di lakukan terlebih dirinya hanya seminggu berada di Jakarta. Ia juga tak ingin lama-lama menginjakan kaki di Ibu Kota.
Ia kini berada do café untuk beristirahat sejenak. Ia mengecek ponselnya yang sudah penuh dengan pesan whatsapp kantornya. Tanpa membacanya terlebih duluia langsung menghapusnya dan mencari kontak Dina.
Baru saja mengirim pesan ternyata nomornya tidak aktif, padahal ia ingin menanyakan kabar gadis yang ia tinggalkan.
Sudah setengah jam ia berdiam diri café mendengarkan lantunan lagu yang sedang berbunyi, hingga tersadar hari sudah hampir sore. Rendra memilih untuk kembali ke Hotelnya. Namun baru saja ia keluar café rupanya hujan turun langsung deras.
Rendra berjalan cepat-cepat ke mobilnya yang terpakir tidak terlalu jauh. Dan baru duduk di mobilnya, kini ponselnya berdering dan rupanya panggilan videocall dari Dina.
"Assalammualaikum ukhti," sapa Rendra.
"Waalaikumsallam, A'Rendra," Jawab Dina.
"Baru di tinggal sehari sama suaminya udah kangen," ledek Rendra.
"Ih apaan sih A, suami-suami, orang belum nikah juga."
"Yaudah nanti udah pulang dari Jakarta mau lamaran atau langsung akad?" goda Rendra.
"Nggak tahu ah Aa mah nyebelin, udah ya Dina mau lanjutin tugas dulu."
"Kamu di mana?"
"Lagi penyuluhan di Desa, Dina juga pulangnya semingguan lagi," ucap Dina.
"Penyuluhan di Desa mana?" tanya Rendra.
"Rahasia, udah ya Dina masih harus bantuin periksa dulu, bye-bye," pamit Dina langsung mematikan sambungan videocallnya.
Rendra mengerutkan keningnya bingung, Dina sedang melakukan penyuluhan di Desa? Tapi gadis itu tidak memberitahunya kemarin? Membuat Rendra penasaran.
...***...
Dina masih sibuk dengan acara penyuluhan di Puskesmas. Banyak warga yang datang dan memeriksa kesehatan mereka. Selain gratis mereka juga memberikan bingkisan untuk warga yang sudah rela datang dan antri.
"Baik, sudah selesai acara hari ini kalian bisa kembali ke penginapan," ucap Riko.
Yang lain mengangguk tersenyum, tampaknya kerja keras hari ini cukup membuat mereka bahagia dan bersyukur.
Ghea sudah pergi ke penginapan lebih dulu karena ponselnya ketinggalan sejak tadi siang, sedangkan Dina hendak berjalan pulang bersama yang lain. Namun saat sedang berjalan tiba-tiba kakinya tersandung batu dan terjatuh.
"Kamu nggak apa-apa?" tanya Riko.
"Tadi nggak lihat ada batu," ucap Dina membersihkan celananya.
"Ayo pulang," ajak Riko.
Dina mengangguk seraya berjalan mengikuti Riko untuk pulang ke penginapan mereka. Tak ada percakapan diantara keduanya, hanya ada keheningan dan membuat Dina canggung bersama pria ini.
Belum sampai ke penginapan, tiba-tiba ponsel Dina bordering dan ternyata panggilan videocall dari Rendra.
"Halo," ucap Dina.
"Wa'alaikumussalam," jawab Rendra.
"Assalamualaikum Aa Rendra," ucap Dina sedikit kesal.
"Walaikumsalam dedek cantik."
"Ada apa?" tanya Dina.
"Gapapa tadi Aa denger bisikan katanya kamu lagi kangen makanya Aa telepon."
"Siapa yang kangen, orang baru selesai dinas, ini mau pulang" ucap Dina kesal."
"Dina ayo jalan keburu sore!" panggil Riko.
"Itu suara siapa? Kamu nggak selingkuh kan?" tanya Rendra.
"Selingkuh? dia itu calon pacar Dina, udah ah Dina mau jalan lagi keburu sore," ucap Dina.
"Tapi Din--,"
tuttututt
Belum sempat Rendra berbicara, Dina sudah mematikan sambungan telponnya yang membuatnya mengumpat kesal. Entah mengapa mendengar suara lelaki lain bersama Dina ia tak tenang, ia takut terlebih wajah Dina yang cantik dan ramah dengan semua orang akan banyak yang menyukainya. Dan Rendra takut Dina akan di sakiti.
Sedangkan itu, Dina tersenyum senang karena bisa membuat Rendra penasaran. Ia memang ingin selalu memancing Rendra, karena sikap protektif lelaki itu melebihi kakaknya Dimas. Dan ini waktunya ia bisa membuat Rendra kesal.
...°°°...
...Terimakasih yang sudah membaca kelanjutannya ...
...Jangan lupa vote dan komentarnya. ...
...^_^...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments