WISUDA

..."Tidak perlu membawa bunga, selama kau ada di sini aku sudah bahagia"...

...-Dina...

...***...

Sejak tadi shubuh Dina masih sibuk bercermin, padahal satu jam lalu Anin dan Friska istri Gilang sudah membantunya Makeup secantik mungkin. Namun tampaknya gadis ini masih kurang percaya diri dengan penampilannya.

"Dek, udah sejam lho kamu ngaca mulu lama-lama retak tuh cermin," ucap Dimas.

"Apa sih Mas, orang mau lihat kerudungnya takut nya kurang pas."

"Perasaan dari tadi kayak gitu aja, masih aja di bener-benerin. Dasar cewek!" ucap Dimas kesal.

"Teh Anin, Mas Dimas nya nih nyebelin!" teriak Dina pada Anin yang berada di bawah.

"Ngadu aja terus sama Teteh kamu, kayak Mas takut aja!"

Tak lama Anin datang ke atas bersama Daffa yang sudah tertidur di gendongannya.

"Mas Dimas ngapain godain Dina mulu, cepet ke bawah panasin mobil!" kata Anin.

"Iya ini mau ke bawah," jawab Dimas.

"Kalau ada istrinya aja ciut nyalinya," ucap Dina tertawa yang langsung membuat Dimas melotot ke arahnya.

"Eh ngapain belotot gitu, Mas?" tanya Anin.

"Enggak Nin, ampun," jawab Dimas yang langsung turun ke bawah.

Dina yang sudah selesai bercermin kemudian berdiri mengambil tasnya di kasur.

"Udah cantik, hari ini orang-orang bakalan pangling lihat kamu," ujar Anin.

Dina hanya menyengir kemudian berjalan keluar menyusul Dimas yang sudah menunggu di bawah bersama Bapak, Ibu juga keluarga Arya kakak pertama Dina yang ikut datang ke wisuda.

Saat turun ke bawah, Dina celinguk mencari keberadaan Rendra yang tidak terlihat. Entah ke mana lelaki itu padahal dua hari yang lalu ia sudah berjanji akan datang, tapi kemarin malam ponselnya tidak aktif dan membuat risau Dina.

"Ayo berangkat. Kamu naik mobil Mas bareng Bapak sama Ibu," ucap Dimas membuka pintu mobil.

Dina memilih masuk ke dalam mobil yang membawa orang tua dan keluarga Dimas.

Sepanjang jalan menuju universitasnya, pikiran Dina hanya tertuju pada Rendra, nomor ponselnya tidak aktif sudah hampir sepuluh kali Dina mencoba menghubunginya namun gagal.

Sampai akhirnya mereka sudah sampai, Dina yang masih fokus pada ponselnya pun terkejut dengan panggilan Ibu yang menyuruhnya turun dari mobil.

"Kenapa melamun Dek, mau wisuda kok malah bengong gitu," ucap Ibu merapihkan kerudung Dina.

"Nggak apa-apa, Bu," jawabnya tersenyum.

Dina berjalan beriringan bersama keluarga besarnya. Hanya Denis anak Arya yang ikut bersama istrinya sedangkan Cantika dan Alika tidak ikut karena berlibur bersama nenek dari Bundanya.

Sampai di depan gedung Aula, Dina masih merasa risau, ia celingak-celinguk mencari keberadaan Rendra, benarkah lelaki itu tidak akan datang?

"Dek, Mas mau bicara sama kamu," ucap Dimas menarik tangan Dina.

"A'Rendra ke mana sih?" tanya Dina.

"Papah Rendra lagi kritis, kemarin dia udah berangkat ke Jakarta sama Andin," ucap Dimas.

"Pergi? Tapi A'Rendra udah janji mau datang ke wisuda Dina," ucap Dina yang terkejut.

"Keadaannya nggak bisa dipaksakan, Papahnya lagi berjuang buat hidup, nggak mungkin dia ngebelain buat datang ke sini,"

"Tapi Mas ini wisuda Dina, dari jaman bagi rapot waktu SMP, A'Rendra selalu datang," ucap Dina dengan sedikit emosi yang hampir memuncak.

Dimas tahu rasa kekecewaan Dina karena ketidakhadiran Rendra yang memutuskan untuk pergi ke Jakarta. Dan inilah yang Dimas takutkan, jika ia dekat dengan Rendra dan saat lelaki itu tidak bisa menepati janjinya maka adiknya akan kecewa.

Namun Dimas juga sadar Rendra tak sepenuhnya salah karena baru kali ini Rendra tidak menempati janjinya dan itu pun bukan tanpa sengaja Rendra melakukannya karena memang keadaannya tak memungkinkan, disatu sisi Dina wisuda dan disisi lain Papahnya tengah kritis dan pasti Rendra akan menemani Papah kandungnya itu.

"Sudah jangan di pikirkan, sekarang kamu fokus sama wisuda kamu, inget Rendra pasti bakalan senang sama gelar yang kamu terima hari ini," ujar Dimas menahan bahu Dina.

Dina tidak menjawab, ia hanya diam tak memperdulikan ucapan Dimas, baginya hari ini gelarnya kurang lengkap tanpa kehadiran Rendra yang selalu datang di hari-hari spesialnya.

Ia tidak marah, hanya sedikit kecewa. Mengapa Rendra tak mengabarinya sejak awal dan memberitahunya jika Papahnya kembali sakit dan ia memutuskan untuk pergi menemui Papahnya itu.

...****...

Gelar sudah resmi di sangdang Dina, gadis itu kini sudah resmi mendapatkan gelar pertamanya setelah beberapa tahun ia berjuang. Ia keluar dari gedung bersama Bapak dan Ibu, ia memakai baju toga lengkap dengan topi dengan senyum tipis ia menemui kedua kakaknya dan juga juga kakak iparnya yang menunggunya di luar.

"Ciye yang udah sarjana," ledek Anin yang menggendong Daffa.

"Bu perawat jangan manja kalau nanti udah tugas," ledek Arya.

Dina hanya mengerucutkan bibirnya dengan ledekan kakaknya itu, Anin dan Bunda Denis sibuk berselfie bersama Dina yang masih sedikit sedih karena ketidakhadiran Rendra.

"Gimana keadaan Papahnya Rendra, Dim?" tanya Bapak.

"Belum ada kabar lagi, semalem bilang masih belum ada perubahan."

"Semoga aja Papahnya kembali sehat, kasihan juga Andin dia baru bisa lihat Papahnya," ucap Ibu.

Dimas mengangguk kecil, sambil menatap Dina yang mendengar ucapan mereka, Ibu mengelus bahu Dina yang sejak tadi pagi risau karena ketidakhadiran Rendra dalam wisudanya. Ibu dan Bapak sangat tahu jika anaknya itu sangat dekat dengan Rendra, dan ia juga tahu Rendra lah yang selama ini ada di belakang Dina mendukung sepenuhnya dalam hal apapun yang Dina lakukan.

"Selamat Dina atas gelarnya," ucap Riko tiba-tiba datang.

"Makasih Kak, selamat juga gelarnya," jawanb Dina menjabat tangan Riko.

"Eh ini bunganya," ucap Riko memberi satu bucket bunga.

"Terimakasih."

"Boleh foto bareng?"

Dina nampak berpikir sejenak sebelum Ghea yang datang menghampirinya dan ikut memberikan ucapan dan pelukan karena berhasil lulus dan wisuda bersama.

"Selamat gelarnya sahabatku," ucap Ghea dengan riang.

"Kamu juga sama, selamat atas gelarnya," jawab Dina dengan senyuman.

"Eh bentar, kok senyumnya nggak lebar sih, kenapa? Si Aa bawa pacar baru ke sini?" tanya Ghea.

"Boro-boro, datang juga enggak."

"Oalah, pantes mukanya asem banget."

"Gimana kita foto bareng?" tanya Riko yang sejak tadi mendengar ucapan kedua sahabat itu.

"Eh iya boleh banget kak buat kenang-kenangan," jawab Ghea.

Riko mengangkat ponsel pintarnya dan mereka pun berfoto dengan posisi Dina yang berada di tengah-tengah, sedangkan Riko berada di sisi kanan dan Ghea di sisi kiri Dina.

"Eh bentar, nggak boleh foto bertiga kalau kata kolot jaman baheula mah pamali," ucap Ghea.

"Nggak apa-apa kali Ghea, aku aja dulu sering foto bertiga sama Mas Arya juga Mas Dimas," jawab Dina.

"Enggak ih, nggak boleh. Udah sini aku yang fotoin kalian berdua," ucap Ghea mengambil ponsel Riko begitu saja.

Dina sempat menolak tapi merasa tak enak pada Riko yang sepertinya setuju dengan usulan sahabatnya itu. Ia tahu Ghea sengaja mengerjainya karena wanita itu memang senang menjodohkan Dina dengan Riko sejak pertama kali Dina bilang ia suka dengan pesona Riko.

Padahal Dina hanya bilang suka saja namun sahabatnya yang super riweuh itu mengartikan suka dengan kata lain 'jatuh cinta' dan selalu saja menjodohkan dirinya dengan Riko.

"Wih kalian cocok banget, cantik sama ganteng tinggal ganti aja nih gelarnya jadi suami-istri," goda Ghea mengembalikan ponsel Riko.

"Ih Ghea kamu mah ada-ada wae," jawab Dina yang tengah malu karena ucapan sahabatnya itu.

"Gimana kak Riko, mau langsung lamar atau akad?" tanya Ghea.

"Kerja dulu aja kasihan gelarnya," jawab Riko dengan senyum mengembang menatap ke arah Dina.

Dina hanya tersenyum canggung, Riko langsung berpamitan pada orang tua Dina juga kakaknya yang sejak tadi melihat mereka.

"Itu yang tadi siapa?" tanya Dimas.

"Itu lho kakak kelas yang Dina taksir dari awal kuliah," jawab Ghea yang langsung mendapat pukulan dari Dina.

"Oh jadi kamu udah punya kecengang?" tanya Dimas.

"Enggak Mas, apaan jangan di denger si Ghea mah ratu gosip. Lambe turah aja kalah sama gosip dia," ucap Dina memandang kesal ke arah Ghea yang masih tertawa.

"Kalau mau sama dia juga Mas dukung aja, tapi jadi cewek jangan suka kasih harapan palsu, kasihan Rendra," ucap Dimas yang langsung membuat kedua alis Dina menyatu tanda tak mengerti.

"Iya tuh Mas bener, Dina mah jangan jadi fake girl dong kasihan a'Rendra di kasih harapan palsu," ledek Ghea.

Ucapan Ghea sukses membuat semuanya tertawa termasuk Ibu dan Bapak yang hanya diam mendengar percakapan mereka tanpa mau berkomentar. Sejak dulu bagi kedua orang tua Dimas dan Dina masalah hubungan anak-anak nya selama masih dalam hal positif mereka akan mendukung.

Dari kejauhan, mobil putih dengan plat nomor Bandung terpakir tak jauh dari mobil milik keluarga Dimas. Dina dan juga keluargnya kini menatap ke arah mobil tersebut.

Tak lama keluar seorang pria dengan setelan batik dan celana chino coklat berjalan ke arah mereka sambil membawa satu bucket bunga mawar putih dan sebuah boneka bear kecil dalam kotak menghampiri mereka.

"A'Rendra?" kata Dina terkejut.

Rendra yang masih memakai kacamata minusnya tersenyum menyalami Ibu dan Bapak yang terkejut dengan kedatangan tiba-tiba lelaki itu di acara wisuda Dina.

"Lho bukannya di Jakarta?" tanya Bapak.

"Tadi pagi langsung berangkat ke sini," jawab Rendra tersenyum.

Dina dan Dimas yang masih terkejut dengan kedatangan Rendra hanya menatap lelaki itu, raut wajahnya tampak lelah, matanya juga terlihat seperti kurang tidur. Namun senyum manis di wajahnya tak hilang dan terus mengembang hingga merangkul Dimas.

"Naha balik (Kenapa pulang)? Gimana bokap?" tanya Dimas.

"Ada Andin sama Mamah yang jaga," jawab Rendra.

Dimas mengangguk, Rendra juga menyalami kakak pertama Dimas dan kemudian menatap Dina hanya masih diam menatap ke arahnya.

Antara marah, kesal, kecewa dan terkejut semua kumpul jadi satu. Dina tak tahu harus bagaimana kehadiran Rendra yang sudah ditunggunya sejak pagi membuatnya kecewa namun sekarang tiba-tiba saja lelaki itu datang padanya.

"Selamat gelarnya," ucap Rendra tersenyum memberikan bunga dan boneka bear kecil pada Dina yang langsung menerimanya.

Dina tak menjawab, ia ingin menahan tangisnya karena Rendra berhasil membuatnya sedih sekaligus bahagia dalam satu waktu bersamaan.

Rendra tahu, wanita itu sedang dalam binggung dan bimbang. Ia mengambil kameranya dan memberikan pada Dimas untuk mengambil foto dirinya bersama Dina berdua. Tak peduli dengan Dina yang masih diam, wanita itu juga ikut senyum ke arah kamera.

"Boleh minta peluk sebentar?" tanya Rendra pada Dina.

Dina terkejut dengan sikap Rendra yang tiba-tiba meminta peluk darinya. Dulu memang pernah memeluknya saat Dina menangis dan Rendra akan menenangkannya. Namun ini pertama kalinya lelaki itu meminta memeluknya setelah sekian lama.

"Kenapa A?" tanya Dina bingung.

Tanpa menunggu jawaban Dina mengizinkannya atau tidak, Rendra langsung memeluk Dina dengan erat yang membuat Dina juga yang lainnya terkejut dengan sikap Rendra.

Bahkan Dimas sendiri pun terkejut saat melihat Rendra dengan cepat memeluk Dina. Sudah sejak lama lelaki itu tidak pernah memeluk Dina karena menghargai Dina namun kini tiba-tiba saja Rendra mengambil kesempatan.

Dina tidak membalas pelukan Rendra karena masib terkejut dengan sikap lelaki itu, ia memandang ke arah kedua kakaknya dan orang tuanya yang masih terkejut bahkan Ghea yang masih berada di sana juga menatapnya.

"Papah meninggal tadi shubuh," ucap Rendra di telinga Dina.

Dina yang mendengar ucapan Rendra tambah terkejut, ia membalas pelukan Rendra dengan air mata yang tiba-tiba jatuh di bahu Rendra, dan membuat semua keluarganya Dimas ikut terkejut melihat Dina yang kini menangis.

Sedangkan Rendra masih memeluk Dina dengan erat, menahan tangisnya di bahu wanita itu meskipun kenyataannya ia menjatuhkan air matanya yang membuat semua orang tahu bahwa Rendra kini berkabung.

...°°°...

...Terimakasih yang sudah membaca kelanjutannya...

...Jangan lupa Vote & Komentarnya...

...^_^...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!