Riana duduk bersama Ima sahabat dekatnya. Menikmati hari libur bersama. Secangkir kopi hitam kesukaan Riana sudah tinggal setengahnya. Ima yang sedari mengoceh tanpa jeda membuat Riana jadi terasa haus. Yang bersuara siapa, yang haus siapa. Aneh bukan?
" Bagaimana kabar Milki sekarang Ria?" tanya Ima akhirnya membuka topik pembicaraan lain.
" Milki? Dia baik - baik saja. Kenapa bertanya denganku?" tanya Riana sambil menghabiskan kopi yang masih tersisa.
" Kenapa tidak kamu terima saja pinangan Milki? Supaya kamu tidak kesepian lagi. Lagi pula,Milki orangnya baik, mapan lagi." kata Ima.
" Aku dari dulu menganggap Milki sebagai sahabat. Tidak lebih dari itu." cerita Riana.
" Oh ho! Sedikit pun rasa suka tidak ada?" tanya Ima semakin menyudutkan Riana.
" Sudahlah jangan membahas Milki. Bagaimana dengan Yoga? Kalian ada rencana lebih jauh tidak, setelah nikah siri?" tanya Riana menyelidik.
" Belum! Cuma kami selalu baik - baik saja!" kata Ima sambil tersenyum.
" Atau kamu mengikuti jejak ku saja, mencari brondong dan menikah siri." tambah Ima sambil terkekeh.
" Otakmu kurasa sudah konslet ya Ma?" sahut Riana sambil men jitak kepala Ima.
" Ow! Sakit nyoya!" teriak Ima.
Tiba - tiba datang dua orang pemuda membawa tas belanjaan dan tas plastik yang berisi makanan siap makan.
" Sudah lama menunggu ya?" tanya Milki sambil meletakkan beberapa kotak nasi.
" Tidak!" sahut Ima.
" Ayo kita makan!" ajak Riana sambil membuka kotak nasi yang berisi kan nasi dan iga bakar dengan lalapannya.
" Yoga harus makan banyak Ima." sambung Riana.
" Kenapa rupanya?" tanya Ima.
" Biar tidak kurus kering seperti itu." tambah Riana sambil tersenyum.
"Yoga memang menginginkan kurus seperti itu Ria!" kata Milki.
" Kenapa?" tanya Riana.
" Karena Ima suka yang kurus - kurus." jawab Milki.
" Yoga! Cepat lah kemari! Kita makan sama - sama." ajak Milki.
" Lanjutkan! Aku mau ngopi dulu bang." sahut Yoga yang lagi membuat kopi di dapur.
" Abang mau kopi tidak?" tanya Milki.
" Boleh!" jawab Milki.
" Aku baru tahu kalau Ima suka yang kurus - kurus." cerita Riana.
" Ah aku tidak milih - milih seperti kamu Riana." sahut Ima sambil melirik Milki.
" Aku tidak milih - milih, hanya belum ada yang berani melamar aku saja." kata Riana akhir nya.
" Bang? Abang sudah dengarkan? Cepat lamar Riana." sahut Ima.
" Eh??" Riana terkejut sampai memerah pipinya.
" Riana mana mau denganku?" sindir Milki sambil melirik Riana.
"Hah??" Riana terkejut dan menatap Milki.
" Maaf! Jangan tersinggung." sahut Milki.
" Jadi gak selera makan!" kata Riana sambil meninggalkan mereka semua.
" Eh? Riana marah beneran ya?" tanya Ima.
" Lagi M mungkin!" sahut Yoga sambil membawa dua cangkir kopi lalu di letakkan di atas meja.
" Wanita kalau lagi M, bawaannya emosi saja ya?" tanya Milki.
" Tidak juga!" jawab Ima.
" Lalu? Kenapa Riana jadi baper?" tanya Milki.
" Mungkin Abang tidak paham kode mbk Riana."
" Maksudnya?" tanya Milki.
" Coba Abang ungkapkan perasaan Abang sebenarnya dan kesungguhan Abang untuk menikahi Mbk Riana." kata Yoga serius.
"Bukan dalam situasi bercanda." tambah Yoga.
" Dulu sudah sering aku lakukan,tapi selalu di tolak." cerita Milki.
" Dulu dengan sekarang lain bang." kata Yoga sambil menghisap batang rokok nya yang sudah menyala.
"Baiklah! Nanti akan aku coba lagi." kata Milki sambil tersenyum.
" Sejak kapan Abang menyukai mbk Riana?" tanya Yoga.
" Sejak kuliah!" jawab Milki singkat sambil minum kopi buatan Yoga.
" Lama juga ya. Bertahan dengan satu nama sampai sekarang. Hebat!" kata Yoga.
" Iya hanya satu nama nya saja." sahut Milki sambil tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Winona mom ❤
double like kak...😍💪
2020-10-23
1
Akira ✨
like
2020-10-22
1
Raditya
Ayo riana buka hatimu tuk milki, tunjukan pd romi km juga bisa bshagia tanpanya, aku yakin romi diam diam msh menaruh rasa
2020-10-22
1