Siang itu Jaka tengah berlatih ajian-ajian yang telah dipelajarinya di bawah bimbingan gurunya.
Sang guru bernama asli Raden Surya Wisesa, namun lebih dikenal dengan nama Mpu Anggar Maya. Beliau merupakan seorang pengembara dari suatu daerah bernama Kertasari, di sekitar bukit Batua, dekat Gunung Chuda.
“Jaka, perhatikan kuda-kudamu dengan benar.”
“Baik, Guru.”
Jaka kembali mengulang latihannya dari awal. Beberapa kali Jaka harus mengulangi latihannya, namun tetap tidak menurunkan sedikit pun tekad yang dimilikinya. Ia terus mengulang dan mengulang, sampai latihannya benar-benar memberikan hasil yang terbaik.
“Sudah, cukup!” perintah Mpu Anggar Maya pada Jaka agar menghentikan sesi latihannya.
“Tapi, Guru. Aku belum cukup banyak berlatih,” ucap Jaka mematung menghentikan langkahnya.
“Aku tahu! kau begitu bersemangat untuk berlatih hari ini. Tapi, sekarang waktunya untuk makan siang. beristirahatlah sejenak! Orang yang bersemangat untuk berlatih pun perlu mengisi tenaga juga. Jangan mentang-mentang kau sangat ingin berlatih, tapi kau melupakan bagian tubuhmu,” ucap Mpu Anggar Maya menasihati.
“Baik, Guru. Kalau begitu aku akan beristirahat sebentar.”
Jaka bergegas menghampiri Mpu Anggar Maya yang berada di beranda padepokan. Duduk menunggu Jaka untuk makan siang bersama.
“Guru, bagaimana hasil latihanku hari ini? Apakah ada perbedaan?” tanya Jaka harap-harap cemas menunggu komentar sang guru mengenai sesi latihannya hari ini.
“Latihanmu lumayan meningkat. Tapi kuda-kudamu belum terlalu kuat. Masih banyak celah yang dapat terlihat. Kalau kau tidak bisa memperhatikannya, itu akan menjadi suatu keuntungan bagi musuhmu untuk mengalahkanmu. Ingat itu baik-baik!”
Perasaannya menjadi lega setelah mendengar jawaban Mpu Anggar Maya. “Baik, Guru! Aku akan mengingatnya!”
“Baguslah! Kau lanjutkanlah latihanmu. Aku akan masuk ke dalam. Ada sesuatu yang harus kulakukan.”
“Baik, Guru.”
Jaka memulai kembali sesi latihannya. Sementara Mpu Anggar Maya berlalu meninggalkan Jaka yang sedang berlatih seorang diri. Sampai sore menjelang Jaka masih berlatih seorang diri. Ia tak menghiraukan panggilan Mpu Anggar Maya yang terus memanggilnya agar menghentikan sesi latihannya.
Karena tak kunjung berhenti, Mpu Anggar Maya mencoba mematikan langkahnya dengan memberikan serangan tiba-tiba. Sebuah kayu balok kecil dilemparkan dengan kecepatan tinggi. Jaka terkejut, lantas menampiknya dengan ajian yang tengah dilatihnya. Kayu balok itu pun hancur seketika di hadapannya. Jaka melirik ke sekitaran, pandangannya menemukan sang guru, Mpu Anggar Maya, yang tengah berdiri tak jauh dari beranda padepokan. “Guru..”
“Berapa kali kau kupanggil-panggil, apa kau tak mendengarnya sama sekali?”
“Maafkan aku, Guru! Aku terlalu fokus berlatih, sampai-sampai tak mendengarkan panggilan dari Guru. Ada perlu apa Guru memanggilku?”
Mpu Anggar Maya hanya tersenyum menggelengkan kepalanya. “Apa kau akan terus berlatih sampai malam?”
Jaka bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan Mpu Anggar Maya. Ia baru tersadar bahwa hari sudah hampir gelap. Sambil menggaruk-garuk kepalanya, Jaka tertawa dengan perasaan malu.
“Aku sudah paham maksud Guru. Aku akan segera bergegas masuk,” ucap Jaka dengan wajah malu.
Mpu Anggar Maya membalikkan badan berlalu masuk ke dalam padepokan. Jaka segera ikut menyusulnya masuk ke dalam.
Kamar Jaka. Suasana cukup hening. Jaka baru selesai membersihkan badannya yang kotor bekas latihan hari itu. Setelah berganti pakaian, ia membaringkan tubuhnya membaca beberapa buku ajian yang masih dipelajarinya.
Jaka dengan tenangnya membaca baris per baris buku ajian yang tersimpan di kamarnya.
Setiap selesai membaca satu gulungan buku, ia lalu membaca gulungan yang lainnya. Tanpa terasa waktu bergulir begitu cepat dan malam telah beranjak. Samar-samar Jaka seperti mendengar suara dua orang yang sedang berbicara. Arahnya dari tempat yang biasa ia dan gurunya pakai untuk membaca.
Jaka terus mengulang membaca semua buku ajian yang ada. Hingga sampai pada satu gulungan buku ajian, ada beberapa kata yang tak bisa dicernanya. Ia memutuskan untuk menanyakan hal itu pada sang guru, Mpu Anggar Maya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Rusliadi Rusli
👍👍👍
2023-02-27
0
tisy
thorr keren...tpi trllu pendek chapter nya🥰😍😘🙏
2021-01-14
0
Sofyan Muchtar
lanjutkan... mantap
2021-01-05
0