“Baik, Paduka. Saya segera membawakan para saksi. Cepat, bawa mereka menghadap Paduka Raja!” teriaknya pada beberapa orang agar menghadirkan para saksi. Para saksi kemudian diperintahkan menghadap Baginda Raja agar melaporkan kesaksiannya.
Beberapa orang menghadap Baginda Raja dan segera melakukan penghormatan kepada Baginda Raja. “Hormat kepada yang mulia Paduka Raja,” ucap beberapa orang yang menghadap dengan serentak.
“Bangunlah!” titah Paduka Raja.
“Apa pendapat kalian tentang kejadian hari ini?” tanya Baginda Raja kepada para saksi yang hadir.
“Hamba melihat anak ini membunuh seseorang dengan menusukkan sebilah pedang hari ini di daerah kerajaan, Paduka Raja,” ucap salah seorang saksi memberi keterangan.
“Yang lain?” tanya Baginda Raja lagi.
“Hamba melihatnya juga yang mulia Paduka Raja,” sahut seseorang yang lain.
“Hamba juga melihat dengan kepala hamba yang mulia Paduka Raja.” Yang lain ikut menambahi.
“Baik. Coba kita dengarkan bagaimana pendapat dari tersangka,” sambut Baginda Raja dengan penuh kebijaksanaan. “Apa yang akan ia sampaikan kiranya.”
Jaka yang tak berdaya diseret dengan kasarnya ke hadapan Baginda Raja. Raut wajahnya pucat. Pandangannya tertunduk lesu. Ia diperlakukan seakan ia bukan manusia.
“Anak muda, bagaimana menurutmu tentang para saksi yang mengatakan bahwa hari ini kau telah membunuh seseorang? Apa pendapatmu? Aku ingin mendengarkannya.”
Baginda Raja memandang lekat ke arah Jaka. Ada semacam perasaan yang tak asing yang sulit dijelaskan. Baginda Raja memandang lebih lekat, namun jawabannya tak mampu ia temukan. Jaka tetap tertunduk. Tak ada suara sedikit pun yang keluar darinya.
“Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. Maka eksekusi ini lebih baik ditunda saja untuk sementara waktu.”
“Tapi Paduka Raja..” Patih Banaspati memotong dengan cepat titah Baginda Raja. “kalau masalah ini dibiarkan, maka kita sama saja dengan melepaskan seorang penjahat.”
“Kau seharusnya tahu, bahwa selama ini kerajaan kita tidak pernah melakukan eksekusi hukuman bagi seorang anak kecil.”
“Ta, tapi, Paduka, hal ini pasti akan..”
“Sudahlah! Kita gali dulu informasi lebih banyak lagi sebagai bukti lain untuk memperjelas situasinya. Setelah itu baru kita putuskan untuk melanjutkan eksekusi ini atau tidak. Bubarkan masalah hari ini. Kita kembali ke istana.”
“Paduka Raja bertitah, agar menghentikan eksekusi ini. Dimohon para hadirin untuk meninggalkan tempat masing-masing.”
Orang-orang yang hadir segera meninggalkan bangku masing-masing. Sebagian mereka saling berbisik tentang kejadian hari ini, atau tentang kebijakan yang ditetapkan oleh Baginda Raja.
Hari sudah mulai gelap. Untuk sementara waktu Jaka yang ditetapkan sebagai seorang pembunuh dikurung di dalam penjara kecil yang kumuh. Beberapa ekor tikus berkeliaran menandakan kurangnya pemerhatian terhadap seorang tahanan.
“Ah, lihatlah! tahanan kecil kita yang malang ini. Masih kecil sudah berani membunuh orang,” ucap salah seorang dari dua penjaga yang berlalu melewati ruang penjara Jaka dengan nada menyindir.
“Kudengar Paduka Raja sampai menangguhkan masa eksekusinya karena ia tak mau berbicara sepatah kata pun,” sahut temannya dengan sikap yang serupa.
“Tak tahu malu sekali..” Dua orang itu tertawa seolah tengah membicarakan sebuah lelucon.
Jaka hanya membisu di sudut ruangannya. Hatinya menangis. Bergetar. Dan perlahan air mata mengalir di ujung matanya.
“Haha.. betapa ironisnya hidupku ini,” ucap Jaka lirih sembari tertawa. Ia sungguh tak menyangka hidupnya begitu memilukan.
Pemfitnahan berkedok pembunuhan yang dilimpahkan kepadanya sungguh tak mendasar sama sekali. Tanpa bukti yang jelas ia dipersalahkan atas sesuatu yang tak dilakukannya. Sungguh keadilan yang tak memihak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Rusliadi Rusli
👍
2023-02-27
0
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
alurnya agak terlalu cepat nggak sih? tp.. tetep semngat thor
2021-01-14
1
Elwira Praha
di episode 1 tertulis bahwa Jaka usianya sudah hampir 10th, bukan 5th
2021-01-06
1