Jaka Umbara masih terpaku ditempatnya sambil terus memeluk ibunya. Perasaan sedih yang dirasakannya membuat dirinya tak mampu untuk menggerakkan mulutnya. Ia hanya terdiam dalam balutan kesedihan yang sangat menyiksa hatinya.
Suara kaki kuda beriringan terdengar di kejauhan. Suaranya kian dekat dan semakin dekat. Jaka yang masih terpaku tak menghiraukan suara apa pun yang menuju ke arahnya. Hanya satu yang ada dipikirannya saat itu. Ia tak lagi punya seorang pun untuk menjadi sandarannya menghilangkan kesedihannya.
Suara kaki kuda hampir mendekat, namun sedikit pun Jaka tak menghiraukannya. “Itu dia! Dia telah membunuh seseorang. Segera tangkap dia. Bawa dia ke hadapan Baginda Raja.”
Teriakan sebuah suara yang begitu tiba-tiba akhirnya mampu menghilangkan rasa kesedihannya untuk sesaat, namun tak berlangsung lama.
“Kalian... Kalian telah membunuh ibuku!”. Jaka bangkit dengan penuh amarah. Kepalan tangannya begitu kuat. Amarahnya telah membuatnya kehilangan akal sehatnya. Ia dengan secara membabi buta menyerang sepasukan orang berkuda yang mendekat dengan sekuat tenaganya.
Belum sempat sampai di tujuan, tiba-tiba kepala Jaka terasa berat. Pandangannya gelap. Suara di sekelilingnya tiba-tiba menghilang. Hanya sebuah pukulan keras di tengkuknya yang bisa ia ingat sebelum ia benar-benar kehilangan kesadarannya.
“Hei, bangun.. cepat, bangun!”
Kenapa gelap sekali? Tubuhku terasa sakit! Kesadaran Jaka mulai kembali. Ia yakin mendengar suara seseorang yang seperti sedang membangunkannya. Ia sedang menerka apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya.Udara dingin seolah mengelilingi tubuhnya. Samar-samar suara mulai terdengar jelas. Kesadarannya sudah pulih sepenuhnya.
Jaka membuka matanya perlahan. Melihat sekeliling dan menemukan banyak orang yang duduk sambil berteriak keras. Bunuh dia! Bunuh saja! Jangan biarkan seorang pembunuh berkeliaran di sekitar kerajaan kita!
“Akhirnya kau bangun juga, dasar bocah tengik!” Suara seseorang membuat Jaka tersadar akan posisinya. Ia merasakannya. Tangan terikat. Bajunya basah kuyup. Ditambah situasinya saat ini begitu familiar baginya. Ia mencoba mengingat sebisanya meski membuat kepalanya sedikit terasa pusing.
“Ah, iya. Ini persis seperti mimpi tempo hari itu.” Jaka membatin. Ia teringat tentang ibunya seketika. Dimana ibu? Ibu.. dimanakah dirimu sekarang?
“Hei, bocah! hari ini kau takkan bisa lari lagi! Tak akan ada seorang pun yang akan menolongmu kali ini.”
Jaka tak menghiraukannya. Ia baru saja teringat ibunya yang telah tiada. Ia tak yakin akan ada seseorang yang peduli padanya setelah ibunya mati.
“Baginda Raja telah tiba. Mohon para hadirin diam sejenak dan memberikan hormat.”
Seluruh orang yang hadir memberikan hormat mereka. Jaka menengadah. Memandang seseorang yang dianggap sebagai Baginda Raja. Pakaian kebesaran menghiasi tubuhnya. Mungkin saja ia memang Baginda Raja di kerajaan ini, pikir Jaka.
Ia tak pernah sekali pun melihat sosok Baginda Raja yang diagung-agungkan oleh seluruh rakyat. Ia hanya mendengar namanya dari beberapa orang, karena memang ia dan ibunya hanya tinggal dari tempat yang sangat jauh dari istana kerajaan.
Baginda Raja duduk di atas singgasana yang di tempatkan khusus. Di sekelilingnya duduk pula beberapa pejabat penting yang membantu tugas kerajaan. Baginda Raja mulai angkat bicara. “Patih Banaspati, tolong beri penjelasan. Apa yang tengah terjadi pada hari ini?”
“Mohon ampun, Paduka Raja. Hamba mendengar hari ini telah terjadi pembunuhan di daerah kerajaan. Dan dari saksi yang telah melaporkan kejadian ini, mereka mengatakan bahwa anak inilah yang membunuhnya,” ucap Patih Banaspati melaporkan pada Baginda Raja dengan penuh penghormatan.
“Di mana para saksinya? Aku tidak melihatnya barang seorang pun?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Rusliadi Rusli
lanjut thor
2023-02-27
0
Asep Dki
widih kasisn si jaka jd tersangka..😭😭😭
2021-01-13
1
Mase Solo
mantaaap,,,semangat,,
2021-01-04
1